1. #1

INT. RUANG KARAOKE - NIGHT                            

Kita melihat ruangan karaoke dipenuhi beberapa karyawan yang pulang kerja. Ada yang sedang menyanyi, ada yang menari, ada sepasang kekasih yang bergandengan tangan, dan ada seorang perempuan bernama TIANA AYUDIA KAMANIA (26) duduk dengan tatapan kosong memegang sebuah AMPLOP SURAT.

Beberapa saat kemudian ia meremas amplopnya dan mengetikkan sebuah lagu di keyboard lalu berdiri dengan mic di tangannya dan benyanyi.

TIANA

JIKA TERINGAT TENTANG DIKAU JAUH DI MATA DEKAT DI HATI. SEMPAT TERPIKIR TUK KEMBALI WALAU BEDA AKAN KUJALANI. TAK ADA NIAT UNTUK SELAMANYA PERGI.

CUT TO:

INT. TOKO BUNGA - DAY                                 

TIANA merangkai bunga pesanan untuk pelanggan. Di sisi lain, bawahannya bernama HANING (22) memindahkan beberapa pot tanaman dan bunga-bunga.

HANING

Di sini, Mba?

TIANA

Iyaa. Di situ aja Ning, makasih ya.

Sesaat, Haning menatap Tiana yang sedang merangkai bunga.

HANING

Bagus banget, Mba. Tipsnya dong mba biar kreatif kayak Mba.

TIANA

Tipsnya? sini.

Haning mendekatkan telinganya ke arah Tiana.

TIANA (CONT'D)

(berbisik) Putus cinta (beat)

terus di PHK.

Haning menjauhkan telinganya dari Tiana.

HANING

Mba Hahahaha. No komen deh saya. Saya lanjut lagi yaaa Mba.

Haning melanjutkan pekerjaannya menyemprot tanaman.

INT. TOKO BUNGA - DAY           

Terdengar suara gemerincing dream catcher dan lonceng yang digantung di pintu, pertanda seseorang masuk. TASIA (26) sahabat TIANA berjalan masuk, melihat-lihat bunga dan tanaman yang ada di toko dan tersenyum kepada Haning.

HANING

Ada yang bisa saya bantu, Bu?

Tasia menyimpan jari telunjuknya di bibir.

TASIA

(berbisik)

Saya mau ketemu dia (sambil menunjuk Tiana)

Tasia berjalan perlahan menghampiri Tiana yang sedang fokus merangkai bunga.

TASIA (CONT'D)

Oke juga tempatnya. Pantesan betah.

Tiana menyadari suara Tasia dan membelalak gembira melihat Tasia.

TIANA

SYAAA! Beneran ini? Dari kapan pulang ke Indo? Ya ampuuun. Beneran ngga sih?

Tasia memeluk Tiana. Tiana berkaca-kaca dan membalas pelukan Tiana erat.

TASIA

Kangeeeen.

TIANA

Banget.

INT. TOKO BUNGA - DAY

Tasia duduk dan menyeruput teh dari cangkirnya. Tiana datang dari sebuah ruangan dan menaruh sebuah AMPLOP surat yang sudah lecek berisi surat pemutusan hubungan kerja di atas meja.

Tasia menaruh cangkirnya dan membaca surat yang sudah lecek itu.

Setelah membaca surat, Tasia menghela napas.

TASIA

Segitunya?

Tiana mengangguk. Tasia mengelus-elus bahu Tiana. Simpati.

TIANA

Kerjaan waktu itu lagi gila. Lagi kejar deadline. Emang udah stress parah karena jarang tidur dan tiap hari lembur.

(beat)

Dapet libur sehari, aku pake buat ketemu Raga karena aku belum nemuin Raga semenjak dia selesai tugas di Medan setelah dua tahun. Begitu ketemu...

(beat)

eh, putus. Yaudah, kerjaan makin berantakan, makin ga bener, di kantor ada wacana PHK beberapa karyawan, sampe akhirnya beneran masuk list.

Tasia meminum lagi tehnya.

TASIA

Aku tuh khawatir banget, Tian. Satu bulan waktu itu kita ngga kontakan. Aku telpon ngga di angkat, chat apalagi. Cuma bisa tanya kabar lewat Ibu sama Ayah kamu. Sampe akhirnya tau kamu kenapa.

TIANA

Maaf ya Sya, aku baru cerita sebulan setelahnya. Waktu itu rasanya ga ngerti deh kayak apa. Kayak orang gila kali.

(beat)

6 tahun, Sya. Dari kita kuliah sampe lulus. Dari pacaran jarak deket, sampe terakhir kita LDR. Semuanya baik-baik aja ga ada yang aneh-aneh. Ga ada satu pun tingkah Raga yang bikin curiga. Ngga ada. Ayah, Ibu, Papa Ragaa, Feli. Kamu taulah kita semua udah sedeket apa. Bener-bener jauh dari bayangan, Sya. Harusnya taun ini kita lamaran. Batal semua.

(beat) Bajingan.

TASIA

It’s okay, Ti, aku paham. Terus rencana ke depan apa?

TIANA

Belum ada. Belum mau ngapa-ngapain juga. Sementara ya jagain toko bunga punya budeku ini dulu aja.

Sambil pelan-pelan lupain Raga.

TASIA

Tapi udah satu tahun, Tian.

TIANA

Aku tau.

FLASHBACK TO:

INT. MOBIL - DAY  

RAGA BUDIMAN (26) mengecilkan volume radio mobil. Tiana melirik dan memerhatikan Raga yang sangat fokus menyetir.

TIANA

Kok diem aja sih. Masih laper yaa?

RAGA

(tertawa kecil) Engga.

TIANA

Beneran?

RAGA

Iyaa.

TIANA

Yaudah.

Tiana mengupas permen hendak menyuapi Raga, tiba-tiba tangan kiri Raga mencengkram menghentikan tangan kanan Tiana. Raut wajah Tiana tampak bingung dengan penolakan Raga.

Raga berkali-kali mengetukkan jari telunjuk kanannya pada setir mobil dan menghela napas. Pinggir dahinya berkeringat.

RAGA

Tian?

 TIANA

Hmmm?

Raga menepikan mobilnya dan berhenti di pinggir jalan tol. Tiana terlihat semakin bingung.

RAGA

Ti, aku ngga tau harus mulai dari mana.

TIANA

Mulai? Mulai apa? Jangan aneh-aneh deh.

(beat)

Kita lagi ga ada apa-apa loh, Ga. Dari pagi kita ketawa-ketawa, mesra, jalan-jalan, makan bareng. Kok aku ngerasa kamu bakal ngomong sesuatu yang serius yang bukan kabar baik.

Raga sedikit menundukkan kepala.

TIANA (CONT'D)

Kenapa? Kamu pindah tugas? Kita harus LDR lagi? It’s Okay, Ga. Kita udah pernah dua tahun LDR dan berhasil.

RAGA

Bukan, Ti.

TIANA

Terus?

Jangan bilang (beat)

Engga, kan? Kamu bukan mau minta putus kan? Ga?

Raga menghadapkan badannya ke arah Tiana.

RAGA

Aku minta maaf, Tian.

TIANA

Becanda kamu.

Di luar hujan mulai turun cukup deras.

TIANA (CONT'D)

Serius? Kamu ngga lagi prank aku, kan, Ga?

Raga menggeleng kepala pelan.

RAGA

(dengan suara berat) Aku minta maaf.

Tiana gemetar. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia mencengkram pahanya sendiri, menahan marah dan tangis.

TIANA

Tapi kenapa?

RAGA

Aku jatuh cinta dengan orang lain, Tian.

Tangis Tiana pecah. Begitu juga dengan Raga. Hujan deras menambah suasana menjadi semakin sendu.

EXT. TIDAK JAUH DARI RUMAH TIANA - AFTERNOON

Masih hujan. Raga membuka pintu mobil untuk Tiana dan memayungi Tiana.

Tiana keluar, menatap lamat mata Raga dengan penuh amarah. Air mata kembali mengalir di mata Tiana.

Tiana tiba-tiba meninggalkan Raga dan payungnya, berlari menuju rumahnya. Raga memerhatikan punggung Tiana sambil menutup payungnya, kemudian tertunduk dan menangis.

INT. KAMAR TIANA - AFTERNOON                           

Tiana duduk di lantai di sebelah ranjangnya, menangis sejadi- jadinya. Kita melihat deretan foto Raga dan Tiana memenuhi setiap sudut kamar.

BACK TO:

INT. STASIUN KERETA API GAMBIR JAKARTA - DAY

Tasia berjalan sambil menelepon Tiana. Tiana tidak mengangkat.

Dari jauh, ia melihat seorang pria bernama IKRAM(20) sedang duduk. Tasia gembira menghampiri Ikram.

TASIA

Mas Ikram! (Tasia duduk di sebelah Ikram)

IKRAM

Hey! 

TASIA

Apa kabar Mas?

IKRAM

Baikk. Kamu? Heran bisa ketemu di sini.

TASIA

Hahaha iya. Baik juga dong Mas.

Ikram tertawa sambil memasukkan sebuah brosur di tangannya. Tasia melirik brosur yang dipegang Ikram.

TASIA (CONT'D)

Brosur apa Mas?

IKRAM

Ini, brosur program wisata tempatku kerja, Sya. Tawarin dong ke temen- temennya. Program baruuu. Udah jalan setaun lah. Seru deh. Sebulan tinggal di desa. Cocok buat healing.

TASIA

Sebulan? Serius?

IKRAM

Serius, Sya. Nih bawa deh brosurnya.

Tasia mengambil brosur dari tangan Ikram.

TASIA

Sip deh. Kontak Mas masih yang fotonya lagi di sawah, kan?

IKRAM

Yes. (beat) Sekarang ke mana? Mau aku anterin ngga nih?

TASIA

Mau ketemu temenku Mas. Kayaknya sih udah nunggu di depan. Thanks ya Mas tawarannya.

IKRAM

Ya udah, bareng deh ke depan.

Tasia dan Ikram berdiri, kemudian melanjutkan percakapan.

INT. MOBIL - STASIUN - DAY                             

Mobil melaju. Tasia melambaikan tangan kepada Ikram dari dalam mobil. Tiana ikut tersenyum kepada Ikram.

TIANA

Siapa tuh, Sya?

TASIA

Temen SMA kak Haris. Mas Ikram namanya. Dulu sempet tinggal di rumah hampir dua taun. Makanya udah kayak kakak sendiri. Sekalinya ketemu ya kayak sodara lama ga ketemu aja.

TIANA

Ooh. (beat)

Eh iya Sya, katanya mau cerita. cerita apa?

TASIA

Oooh ngga apa-apa, aman kok.

TIANA

Beneran?

TASIA

Iyaa.

TIANA

Bener ya?

TASIA

Sebenernya,

(beat)

Liburan yuk?

TIANA

Ke mana?

Tasia mengeluarkan brosur program wisata bernama “MENDESA” yang ia dapat dari Ikram. Di dalam brosur kita melihat foto kegiatan para peserta wisata dari mulai berada di sawah, berkebun, di sungai, tinggal dalam satu rumah, malam keakraban, dll.

Tiana meraih brosur tersebut dan melihatnya dengan hati-hati sambil menyetir.

TIANA (CONT'D)

Satu bulan? Seru sih, tapi kok kayak KKN, Sya.

TASIA

Ga KKN juga dong. (beat)

Gimana? Ya? Kita liburan?

TIANA

Pengen sih Sya tapi kayaknya ngga dulu deh.

TASIA

Loh, kenapa?

TIANA

Ga kenapa-napa, belum ada energi aja.

TASIA

Ayo dong Tian. Kamu tuh perlu liburan. Kita liat programnya mereka dulu deh di Instagram. Ya?

Tasia membuka instagram di hpnya dan mengetikkan @mendesa

TASIA (CONT'D)

Kok ngga keluar sih.

TIANA

Refresh. Atau abis kali tuh kuotanya.

TASIA

Adaa. Baru juga diisi tiga hari yang lalu.

TIANA

Yaudah coba pake hp aku. Tuh ambil.

Tasia membuka ponsel Tiana. Membuka aplikasi instagram.

Saat akan mengetik username di kolom pencarian, terlihat di history pencarian terdapat username raga @budimanraga.

Tasia menoleh ke arah Tiana.

TIANA (CONT'D)

Bisa ga?

Tasia terdiam sebentar masih melihat history pencarian.

TIANA (CONT'D)

Sya?

Tasia tersentak dan langsung mengetikkan username @mendesa, membuka laman medsosnya.

Terlihat berbagai foto kegiatan dan kumpulan video dari banyak orang.

TASIA

Eh ada artis juga Ti yang ikutan.

TIANA

Siapa?

Tasia memutar video testimoni dari artis tersebut. Tiba-tiba Tiana melakukakan rem mendadak.

TASIA

Kenapa kenapa? Hati-hati, Ti.

TIANA

Oke, sorry sorry.

Tiana keringat dingin, wajahnya pucat. Tasia panik.

TASIA

Ti? Gantian nyetir yuk.

Mobil berhenti. Mereka bertukar posisi. Tiana menyenderkan badannya pada kursi mobil dan memejamkan matanya, meringis.

TASIA (CONT'D)

Kita ke dokter ya?

TIANA

Langsung ke kontrakan aja, Sya. Gapapa, ini biasa.

INT. KONTRAKAN TIANA - NIGHT 

Haning membukakan pintu. Tasia memapah Tiana masuk.

HANING

Bu! Mba Tian! gapapa?

TASIA

Apa-apa Ning. Minta tolong buatin air anget ya, saya anterin Tian ke kamarnya dulu.

TIANA

Ngga usah gapapa, saya istirahat aja. Tar saya ambil sendiri.

HANING

Udah gapapa Mba. Sekalian makan ya mba? Saya buatin bubur.

TANIA

Ngga usah Ning.

HANING

Gapapa Mba.

TIANA

Ngga usah Ning.

HANING

Gapapa Mba.

Tasia menatap Haning dan Tiana.

TASIA

Mau sampe subuh begitu?

TIANA

Boleh deh, makasih ya.

Haning mengangguk dan langsung menuju dapur, Tasia memapah Tiana ke kamarnya.

INT. KONTRAKAN TIANA- MEJA MAKAN - NIGHT

Terlihat beberapa hidangan tersedia di atas meja. Haning dan Tasia makan bersama.

HANING

Mba Tian udah tidur, Bu?

TASIA

Udah. Abis makan, minum obat langsung tidur tadi.

(beat)

Jangan panggil saya Ibu ah, panggil Mba aja sama kayak Tian. Oke?

HANING

Oke Mba.

Tasia menuang air putih ke dalam gelasnya.

TASIA

Kalian cuma berdua di kontrakkan ini?

HANING

Iya Mba. Tadinya saya kost, tapi Mba Tian nawarin saya untuk ngontrak bareng. Karena saya juga ga ada temen di sini, ya saya sih seneng jadi ada temen.

TASIA

Berarti yang kelola toko cuma Tian sama kamu ya?

HANING

Iya Mba. Mba Tian kepala toko, saya pegawainya. Sejauh ini sih masih aman, Mba. Pesanan ngga padet, orang ke toko juga ngga terlalu rame, jadi masih bisa dihandle berdua. Saya aja jaga toko masih bisa curi-curi tidur atau kadang ngegosip sama yang punya kedai sebelah.

Tasia mengangguk mendengarkan Haning sambil melanjutkan makan.

TASIA

Kamu asli mana Ning?

HANING

Jawa, Mba.

TASIA

Tengah? Timur? Barat?

HANING

Tengah Mba. Mba juga jawa kan sama kayak Mba Tian?

TASIA

Iya, Jawa. Jawa Barat. Hahaha. (beat)

Oh iya Ning, Tian selama ini gimana? Memang sering sakit?

HANING

Saya tuh kadang khawatir Mba sama Mba Tian. Kayak lagi mikirin sesuatuu gitu.

(beat)

Kalau lagi ceria, ya ceria, riang, bercanda kayak biasa. Tapi saya sering liat juga Mba Tian ngelamun, kadang matanya berkaca-kaca.

(beat)

Kalau di toko sih aman. Mba Tian pro banget kalau depan pelanggan. Tapi ya khawatirnya gitu Mba.

Banyak ngelamun apalagi kalau di rumah.

(beat)

Jarang makan banyak juga kalau saya perhatiin. Makanya sampe radang lambung gitu. Udah saya sering ingetin untuk makan teratur tapi susah Mba. Saya juga ngga enak kalau maksa-maksa apalagi sampe galak. Liat Mba Tian sehari sekali makan aja udah syukur deh saya Mba.

TASIA

Aduh. Tapi ngga parah kan Ning sakitnya?

HANING

Engga sih Mba, saya pernah anter Mba Tian ke dokter. Waktu itu pertama kalinya saya liat Mba Tian sampe pingsan. Panik, saya bawa ke dokter. Kata dokter sih faktor stress sama pola makan yang jelek aja.

(beat)

Ga berbahaya tapi ya kalau kelamaan gitu ujung-ujungnya kan bahaya juga ya Mba?

TASIA

Ya ampun.

(beat)

Makasih ya Ning udah jagain Tian. Saya ngga tau dia sampe kayak gitu loh.

HANING

Iya Mba, sama-sama. Maaf juga saya ga bisa bujuk Mba Tian buat makan teratur. Susaaaah Mba. Serius.

(beat)

Saya bikin sarapan, dimakannya nanti sore atau malem. Saya beli makan waktu istirahat, jarang pernah ikut atau nitip.

Atau kalau Mba Tian bikin makanan, dia yang bikin, malah saya yang makan.

(beat)

Tiap dikirim makanan sama Bu Dewi atau dari orangtuanya Mba Tian, selalu saya yang abisin. Sekalinya laper, makannya sering mie instan.

TASIA

Hhh Tiana. Gapapa Ning. By the way, makasih ya Ning makanannya.

Masakannya Enak. Ajarin saya lah kapan-kapan.

HANING

Sama-sama Mba. Masakan restoran emang ngga pernah salah. Hahahaha.

(beat)

Mba Tian tadi yang minta tolong saya beli. Katanya gini

Haning menirukan Tiana.

HANING (CONT'D)

“Ning nanti mau ada temen saya, nginep di sini, kemungkinan dua hari. Saya sekarang mau jemput dia ke stasiun. Nanti jangan masak sendiri ya, beli di restoran aja biar enak.”

(beat)

Biar enak coba katanya mba. Bingung saya tadi mau kecewa apa ketawa waktu Mba Tian bilang gitu. Lempeng ngomongnya ngga disaring. Untung bos saya.

Tasia hampir menyemburkan minumannya, menahan tawa. Haning tertawa.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar