23. INT. RUMAH YU PARTI. SORE.
Cast: Mona, Yu Parti.
Rumah Yu Parti tak terlalu besar, terbuat dari kayu. Di depan rumah Yu Parti terdapat banyak bunga dan sayuran yang membuat rumah itu sejuk dan asri. Di samping agak ke belakang, terdapat tumpukan kayu bakar yang cukup tinggi. Agak jauh di samping rumah Yu Parti, terdapat sebuah gubuk yang tertutup rapat dengan pagar bambu.
YU PARTI
Mari Mbak..
MONA
Ya, Bu..
YU PARTI
Panggil Yu saja, saya masih muda lho
(tertawa)
MONA
(tersenyum)
Ya, Yu..
Mereka masuk melalui pintu dapur.
YU PARTI
Beginilah keadaan rumah saya. Rumahnya orang desa..
MONA
Saya suka rumah Yu Parti. Halamannya banyak bunga dan sayur..
YU PARTI
Nanti Mbak Mona tid..
(terpotong oleh Mona)
MONA
Mona saja Yu, enggak usah pakai Mbak..
YU PARTI
Ah, enggak sopan..
MONA
Enggak papa, Yu. Mona saja..
YU PARTI
(tersenyum)
Ya..
Nanti kamu tidur di kamar itu
(menunjuk ke kamar yang dimaksud)
Kamar itu walau tak dipakai tapi selalu saya bersihkan..
MONA
Makasih ya Yu..
YU PARTI
Sama-sama. O ya, nanti makan seadanya ya..
MONA
Saya enggak pilih-pilih makanan kok Yu..
(tersenyum)
YU PARTI
Ya sudah. Sana kamu masuk ke kamar dulu. Kalau mau mandi, kamar mandinya itu
(menunjuk pintu kamar mandi)
MONA
Yu Parti mau ke mana?
YU PARTI
Enggak ke mana-mana, saya mau mandi. Lagian sudah sore..
MONA
(tersenyum dan mengangguk)
Kalau gubuk kecil yang di samping itu buat apa, Yu?
YU PARTI
Ooh, nanti kamu tahu sendiri
(tersenyum)
24. INT. KAMAR MAMA-PAPA MONA. MALAM.
Cast: Mama, Papa.
Mama duduk di tempat tidur, wajahnya murung. Papa sedang berdiri di ambang jendela.
PAPA
Ke mana anak itu? Menyusahkan saja..
MAMA
(diam tak menanggapi)
PAPA
Coba kamu telepon dia
MAMA
Percumah. Sudah kamu telepon berkali-kali saja tetap tak tersambung..
PAPA
Begitulah kalau kamu salah mendidiknya.
MAMA
(berdiri)
Kamu selalu menyalahkanku. Padahal kamu juga tak becus mendidiknya.
PAPA
(berjalan ke hadapan Mama)
Kau tak sadar kalau aku tak pernah di rumah untuk mencari uang agar aku bisa selalu menuruti permintaanmu yang sungguh tak masuk akal itu?!
MAMA
Ya, mencari uang. Sekaligus mencari perempuan yang bisa kamu ajak kencan?!
PAPA
(menampar Mama)
Jaga omonganmu. Kamu selalu merendahkanku di depan Mona dengan selalu menyinggung masalah itu!
MAMA
(memegangi pipinya, sorot matanya menunjukkan kemarahan)
Tapi benar, kan, apa yang aku katakan, hah?
Kamera menyorot jendela kamar itu dari luar rumah. Hujan mulai melebat
PAPA (VO)
Kurang ajar!
(terdengar suara tamparan)
25. INT. DAPUR RUMAH YU PARTI. MALAM.
Cast: Mona, Yu Parti
Yu Parti sedang memasak sayur di sebuah tungku. Ia memasukkan kayu bakar ke lubang tungku dan meniupnya dengan bambu yang sudah dipotong kedua ujungnya. Mona keluar dari kamar dan menghampiri Yu Parti, dan duduk di dekatnya.
MONA
(menggigil kedinginan)
Masak apa, Yu?
YU PARTI
Dingin, ya?
(tersenyum)
Masak bayam. Sebentar lagi matang..
MONA
Lumayan, Yu. Belum terbiasa aja..
(mendekatkan telapak tangannya ke api)
YU PARTI
(berdiri dan menuju meja yang terletak di dapur, meracik minuman)
MONA
(sesekali memajukan kayu bakar ke lubang tungku)
YU PARTI
Ini wedhang jahe, biar enggak kedinginan. Kalau kamu sakit, pekerjaanmu malah terganggu..
MONA
Ah, jadi ngerepotin Yu Parti..
YU PARTI
(mencubit gemas lengan Mona lalu tertawa)
Kata siapa ngerepotin. Justru saya malah senang, ada orang kota yang mau menginap di rumah saya..
MONA
(tersenyum)
Kalau boleh tahu, di mana suami atau anak Yu Parti?
YU PARTI
(terdiam, wajahnya agak murung)
Di Jakarta, Mon..
MONA
Ooh..
(enggan melanjutkan pembicaraan karena ia tak enak hati dengan Yu Parti yang murung)
YU PARTI
(membuka tutup panci)
Ah, sudah matang. Ayo makan, Mon. Kamu siapkan piringnya..
MONA
Ya, Yu..
TERDENGAR SUARA TERIAKAN DARI ARAH GUBUK: YU PARTI! YU PARTI! YU PARTI!
MONA
Suara siapa itu, Yu?
YU PARTI
Sebentar, Mon
(Yu Parti mengambil nasi dan lauk pauk yang sudah ia masak, lalu ia keluar dan membawa nasi itu ke gubuk. Melalui lubang yang hanya selebar buku, Yu Parti memasukkan makanan itu ke dalam gubuk)
Wes, wes, iki.. (diam sejenak) Dipangan, ya.. aja brisik bae. Kae nyong ana tamu sekang kota. Nek kowe berisik terus, melas tamune. Wes ya..
(Sudah, sudah, ini – dimakan, ya. Jangan berisik terus. Itu aku ada tamu dari kota. Kalau kamu berisi terus, kasihan tamunya. Udah, ya)
MONA
(memperhatikan apa yang dilakukan Yu Parti dari ambang pintu)
26. EXT. DEPAN RUMAH YU PARTI. PAGI
Cast: Mona, Pacul, Yu Parti.
Mona sedang berjemur sembari memandangi lingkungan sekitar rumah Yu Parti, di mana rumah-rumah dari kayu terjejer rapid an masih banyak pepohonan di sekitarnya. Ada jalan setapak yang sudah disemen, yang menghubungkan antar blok rumah. Tiba-tiba Pacul lewat sambil membawa arit.
PACUL
Mbak Mona..
MONA
Hay, Pacul. Mau ke mana?
PACUL
Biasa, Mbak. Ngarit..
MONA
Ngarit?
PACUL
Ya, ngarit, Mbak..
MONA
Apa itu ngarit?
PACUL
(menepuk jidat dan berbicara pada sendiri)
O iya nyong klalen. Wong kota ora ngerti ngarit..
(O iya aku lupa. Orang kota enggak tahu apa itu ngarit)
MONA
(kebingungan, memandangi Pacul dan dahinya mengernyit)
PACUL
Ngarit itu mencari rumput, Mbak..
MONA
Owalah
(tersenyum lebar)
Sendiri? Wardi mana?
PACUL
Wardi sudah berangkat, Mbak..
MONA
Kamu mau nyari rumput di mana?
PACUL
Di kebun sebelah sana, Mbak
(sembari menuju arah kebun yang dimaksud)
MONA
Aku boleh ikut?
Yu Parti tiba-tiba keluar dari rumah.
YU PARTI
Mau ikut ke kebun, Mon?
MONA
Eh, Yu. Ya, nih.. ikut Pacul
(menengok pada Pacul)
Kalau boleh, sih, Yu..
PACUL
Boleh kok Mbak.. tapi agak jauh
MONA
Tak masalah. Sebentar, ya, aku ambil tas dulu..
PACUL
Ya, Mbak..
Mona masuk ke dalam dan kembali dengan menggendong tas dan membawa sebuah kamera.
MONA
Yuk, Cul..
YU PARTI
Titip Mona, Cul. Aja ngasi dicokot semut. Awas lho kowe!
(Titip Mona, Cul. Jangan sampai digigit semut. Awas lho, kamu!)
PACUL
Ya, Yu. Beres..
Yuk, Mbak..
MONA
(mengangguk)
Aku pergi dulu ya, Yu..
YU PARTI
Ya, Mon..
(tersenyum dan memandang haru Mona yang berjalan di belakang Pacul)
27. EXT. DI JALAN SEPANJANG KEBUN. PAGI.
Cast: Mona, Pacul, Wardi, Beberapa Ibu-ibu dan anaknya.
Mona mengikuti Pacul berjalan menuju kebun yang dituju Pacul. Sepanjang perjalanan, mereka melewati kebun-kebun yang terbagi ke dalam petak-petak yang tak terlalu besar. Ada yang ditanami ketela, jagung, dan sebagainya. Mona melihat Ibu-ibu yang sedang mencangkul atau mencabuti rumput, dan anak-anaknya berlarian di sekitarnya.
MONA
Laki-laki di desa ini kebanyakan merantau semua, Cul?
PACUL
Ya, Mbak. Mbak bisa lihat sendiri dari tadi kita tak pernah berpapasan dengan seorang laki-laki dewasa pun..
MONA
Kau sendiri tak merantau?
PACUL
Enggak, Mbak. Aku ingin di sini saja..
MONA
Kenapa?
PACUL
Simbok dan bapakku sudah tua, Mbak. Aku anak tunggal..
Seorang Ibu yang membawa kayu bakar berpapasan dengan mereka
PACUL
Mangkat gasik apa Yu? Jam semene wes bali?
(Berangkat gasik, Yu? Jam segini udah pulang?)
IBU
Ya, Cul..
MONA
(tersenyum pada si Ibu)
Mari, Bu..
IBU
Ya, Mbak. Mari..
PACUL
Kalau aku merantau, siapa yang akan merawat mereka..
MONA
(mengangguk)
Mereka berdua terus berjalan dan Mona melihat seekor ular tanah kecil sedang lewat. Mona ketakutan dan menjerit.
MONA
Ular, Cul, ada ular!!
PACUL
Mana, Mbak?
MONA
Itu itu.. ngumpet di rumput..
PACUL
(mencari ular dengan aritnya)
Huss, aja neng kene kowe. Dayohe nyong wedhi kiye lah..
(Hushh, jangan di sini kamu. Tamuku takut nih)
Ular itu lalu menjauh.
PACUL
Ularnya udah pergi, Mbak. Tenang, bukan ular berbisa..
MONA
Aku kaget, Cul..
PACUL
Ya sudah, Mbak. Kita lanjutkan perjalanan lagi
MONA
Masih jauh, ya?
PACUL
Lumayan, Mbak. Mbak Mona capek apa?
MONA
Enggak kok..
PACUL
Kalau capek biar saya gendong, Mbak..
(tertawa)
MONA
Aku masih kuat kok..
Mereka berdua melanjutkan perjalanan. Mona masih berjalan di belakang Pacul. Ketika sudah sampai di kebun tujuan, Pacul tak sadar bahwa Mona berhenti di belakang untuk memotret. Wardi sudah berada di kebun itu.
PACUL
(berjalan ke arah Wardi yang sedang memotong rumput)
Nah, kita sudah sampai, Mbak..
WARDI
Woo bocah edan. Kowe ngomong karo sapa?
(Woo bocah gila. Kamu ngomong sama siapa?)
PACUL
(menengok ke belakang dan terkejut)
Lah, kae Mbak Mona malah ngefoto apa kae..
(Lah, itu Mbak Mona malah ngefoto apa tuh)
(memandangi Mona)
Mbak!
(tangannya melambai)
MONA
Ya, sebentar..
WARDI
Kowe beja temen mangkat karo Mbak Mona..
(Kamu beruntung sekali berangkat sama Mbak Mona)
PACUL
Pacul gitu loh..
WARDI
(memonyong-monyongkan bibir)
MONA
(berjalan ke arah Wardi dan Pacul)
PACUL
Ini tempat kami mencari rumput, Mbak..
MONA
Ini kebun milik siapa?
WARDI
Yang punya sedang merantau ke Jakarta, Mbak. Istrinya enggak punya hewan ternak, jadi rumputnya dipotong kami-kami ini..
Di dekat kebun itu, ada seorang perempuan yang sedang mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar tanaman utama. Seorang anaknya (laki-laki) berlarian mencari belalang.
MONA
Ya sudah, aku mau ke Ibu itu ya. Kalian cari rumput dulu. Jangan dulu pulang ya..
PACUL
Ya, Mbak..
WARDI
Oke, Mbak. Pasti aku tunggu Mbak walau sampai maghrib..
MONA
(tertawa lirih)
Ya sudah..
(pergi menghampiri si Ibu)
Kamera menyorot Ibu-ibu yang sedang beraktifitas. Beberapa remaja lelaki lewat sembari membawa ketela atau rumput. Mona nampak asyik mengobrol dengan si Ibu, mereka duduk lesehan di tanah tanpa alas. Pacul dan Wardi asyik mencari rumput. Selesai mengobrol dengan si Ibu, mona lalu menghampiri ibu-ibu lain yang juga sedang bekerja. Merasa cukup dengan wawancara hari itu, Mona lalu menghampiri Pacul dan Wardi dan memotret mereka berdua.
MONA
Cul, Di,
(memotret mereka)
28. EXT. JALAN PULANG. SIANG.
Cast: Mona, Pacul, Wardi
Mereka bertiga sedang beristirahat di pinggir jalan setapak, sembari memakan buah pepaya. Rumput Pacul dan Wardi tergeletak tak jauh di samping mereka.
MONA
Kamu enggak merantau, Di?
WARDI
(menggeleng)
Aku dulu pernah merantau, Mbak. Tapi aku sakit-sakitan. Akhirnya pulang..
MONA
Berapa lama?
WARDI
Sekitar tiga bulan, Mbak.
MONA
Orang tuamu?
WARDI
Bapak sudah meninggal karena kecelakaan kerja di Jakarta. Di rumah sekarang hanya aku, adikku, dan ibuku. Mampir ke rumahku lah, Mbak..
PACUL
Mampir ke rumahku juga..
WARDI
Kowe arep ngenalna Mbak Mona meng wong tuamu? Wong tuamu ya sadar kalau Mbak Mona ora pantes babar blas nggo kowe, Cul Pacul..
(Kamu mau ngenalin Mbak Mona ke orang tuamu? Orang tuamu ya sadar kalau Mbak Mona enggak pantes sama sekali buat kamu, Cul Pacul)
PACUL
Lha kowe ngapain ngajak Mbak Mona mampir? Mbokmu ya ora bakal nerima Mbak Mona dadi menantune, malah dikira kowe duwe majikan anyar Di Wardi..
(Lha kamu ngapain ngajak Mbak Mona mampir? Ibumu ya ora bakal nerima Mbak Mona jadi menantunya, malah dikira kamu punya majikan baru Di Wardi)
MONA
(tertawa)
Udah udah. Kalau sempat nanti aku mampir ke rumah kalian berdua. Pepayanya udah habis nih...
(diam)
Kalian tahu siapa yang dikandang di gubuk samping rumah Yu Parti?
WARDI
Ooh, Yu Sanem, Mbak..
PACUL
Yu Sanem dulu sempat kerja di Jakarta, nikah siri sama majikannya. Tapi si majikan malah ninggalin, akhirnya Yu Sanem jadi gitu, Mbak..
MONA
Kenapa dia dikandang?
WARDI
Dulu dia sering berteriak-teriak di jalanan, Mbak..
(memperagakan ketika melihat Yu Sanem kumat di jalan: berjalan merangkak sembari meratap-ratap)
Anakku anakku anakku
MONA
Masa sampai begitu?
WARDI
Dia juga sempat mau bunuh diri. Untung ada orang yang ngeliat. Akhirnya dia dikandang di situ. Lagi pula dia udah enggak punya keluarga sama sekali. Dia anak tunggal dan orang tuanya meninggal udah lama banget
PACUL
Kadang aku merasa kasihan dengan Yu Sanem, Mbak.. Yu Parti yang selama ini sering merawat Yu Sanem..
MONA
(mengangguk)
Ayo pulang, pepayanya udah habis
PACUL
Wardi kuwe sing tukang ngentekna gandul..
(Wardi tuh tukang ngehabisin papaya)
WARDI
Kowe lah, nyong kor mangan siji, kowe mangan telu..
(Kamu lah, aku cuma makan satu, kamu makan tiga)
MONA
(tertawa lirih mengamati tingkah laku Pacul dan Wardi)