Misteri Gunung Halilintar
2. Menuju Gunung Halilintar

7 INT. KANTOR POLRES - BOGOR

MISBAH SULISTYA (55), Kapolres Garus serta merta menghimpun Unsur SAR. FAISAL JAMIL (45), Kabag Ops membagi tugas dengan GANJAR SURYADI (44) dan HAKIM ARMANDI (40). Misbah meraih telepon, memencet nomor Kantor SAR Bogor. 

8 INT. KANTOR SAR - BOGOR

IBRAHIM ANNAS (55), Kepala SAR Bogor mengangkat telepon yang BERDERING. Lalu mencabut kertas yang keluar dari mesin print. Di ambang pintu, ia melambai pada WALUYA WISNAWA (47) yang stand-by di meja komputer. Waluya menghampiri, tanpa banyak kata, memeriksa laporan itu. 

Waluya memberi kode “ayo kita pergi” pada TATA ADINATA (35), TIRTA SAPUTRA (33) dan GALANG MONTANA (30) yang masing-masing bangkit dengan sigap mengikuti komando.

IBRAHIM:
Tiga unit Gabungan dan empat unit SAR UNPAD akan diluncurkan ke lokasi.

Waluya menghormat pada Ibrahim, lalu pergi diikuti yang lain.

9 INT. MARKAS KODIM 0611 - BOGOR

LETKOL EKA WASUBRATA (42) keluar dari ruang kerjanya dengan ponsel di telinga. Pergi menuju kandang anjing pelacak.

Di kandangnya, ANUBIS, German Shepherd terlatih mendengar siulan Eka, menyalak dengan senang. 

10 INT. KANTOR POLSEK TAROGONG KALER

IPTU ARTAYANA (44) menaruh ponsel di car phone holder.

MISBAH: (V.O.)
Hubungi TAGANA dan PMI, minta unit dari mereka.

Tombol off pada ponsel itu dipencet. Suara Misbah hilang.

11 INT. BASECAMP PARUNG - BOGOR

MAMAH TETEH (50) mengecek barang bawaan, mendaftarkan nama dan jumlah pendaki pada ranger. Ponselnya BERDERING.

P.O.V MAMAH TETEH: Panggilan masuk dari “POLRES”.

12 INT. RUMAH KELUARGA BAHRI - JAKARTA

NONA DETYA BAHRI a.k.a BUNDA NONA (45) terkulai lemas di sofa mendengar kabar kehilangan putra bungsunya.

FAISAL: (V.O.)
Kami akan kabarkan perkembangannya. Ibu sabar saja dan berdo’a...
BUNDA NONA:
Rio itu pakai kemeja flanel biru, bawa bekal coklat Mars, permen karet Babol, Pepsi, Sampoerna Mild merah, keripik Lays dan Pringles. Mungkin, itu bisa membantu...
FAISAL: (V.O.)
Baik, Bu. Semuanya sudah saya catat.

13 INT. GUBUK TUA - HUTAN - GUNUNG HALILINTAR

Di dapur yang merangkap laboratorium kecil, NINI NIDUM (60) menaburkan ampas tahu fermentasi ke dalam kotak plastik tempat cacing darah. Melemparkan sejumput cacing itu ke dalam akuarium berisi ikan-ikan buntal. Lalu, menggiling sekam padi menjadi dedak, menyuguhkan seduhannya ke burung belibis dalam kandang.

Ia bangkit dari bale-bale dapur reyot itu. 

SHOT: Celana komprang berwarna gelap itu bagian belakangnya basah. Si Nini lagi datang bulan.

14 EXT. HUTAN - GUNUNG HALILINTAR

Rio duduk di atas batu, mengetuk-ngetukkan ponsel ke kepala. Tak jauh dari batu itu, seekor ular hijau merayap ke arahnya.

RIO:
Gimana kalo gue mati di sini dan dipaksa masuk klub gentayangan itu?
(mendengus)
Prestasi sekolah ancur, pacaran putus mulu, bokek...

Rio menekuk wajahnya di lutut.

SFX: Suara DESISAN ular.

Rio mulai marah pada dirinya sendiri. Rio MENGERANG kesal. 

15 EXT. SARANG MACAN - GUNUNG HALILINTAR 

Tak jauh dari tempat Rio. Di dalam kerimbunan semak belukar, tampak si Loreng meringkuk. 

SFX: Suara geraman halus si Loreng. 

SFX: Suara lengisan Rio.

RIO:
Please, SOS... Save our soul...
(sengau, meledeki diri sendiri)

16 EXT. CURUG SAWER - GUNUNG HALILINTAR 

Di balik air terjun, Mbah Derwak, anaconda penunggu Curug Sawer, meliuk keluar mengeluarkan desisan lapar.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar