METANOIA
4. 4. JENGA DAN KARTU
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Ezekiel menghela napas panjang. “Gue gak tahu masalah hidup kalian apa,” ujarnya tertuju pada si kembar.

           Sama seperti Anna, Ezekiel pun sebenarnya tidak menyukai permainan ini. Namun, seribu alasan pun mereka tidak bisa menolak dan mengakhiri permainan ini hingga benar-benar selesai.

           Padahal jika orang awam bermain jenga pasti di menit pertama pun sudah jatuh berantakan. Ezekiel tidak habis pikir jenga apa yang sebenarnya mereka gunakan hingga begitu sulit untuk mengakhiri permainan dengan cepat.

           “Oke, cepetan mulai biar cepet beres.” Anna menyandarkan punggungnya ke sofa. Tidak memiliki pilihan selain menghadapi permainan ini.

           Permainan jenga si kembar sangat terkenal seantaro sekolah, bahkan hingga sekolah lain pun tidak sedikit yang mengetahui permainan ini. Hanya saja yang menjadi perhatian orang-orang adalah ‘tidak sembarang orang’ yang bisa memainkan jenga bersama si kembar. Hanya orang-orang yang mendapatkan ‘undangan’ saja yang dapat bermain.

           Tidak jarang orang yang sengaja menantang si kembar untuk bermain. Namun si kembar tetap akan memilih ‘orang-orang tertentu’ saja. Dikarenakan kemisteriusan ini, tidak sedikit rumor menakutkan tentang permainan ini dan si kembar yang tersebar luas.

           Mereka duduk melingkar dengan rapih. Arlan, Zenith, Ezekiel, Anna dan Arkan. Permainan dimulai dari kiri, yaitu Arlan.

           Baru kali ini Zenith merasa tidak tenang sebelum permainan di mulai. Penyebabnya adalah ini bukan tubuhnya sendiri. Zenith takut mendapatkan misi yang bisa merugikan tubuh Anna.

           Tentu saja Arlan menyelesaikan bagiannya dengan mudah dan gotcha! Sesuai tebakan, Arlan tidak mendapatkan jenga yang sudah di tempeli oleh stiker merah berbentuk lingkaran. Arlan melaluinya tanpa beban.

           Zenith juga berusaha sok santai ketika mengambil salah satu balok jenga. Diam-diam Zenith menghela napas lega karena tidak mendapatkan stiker merah.

           Giliran ketiga adalah Ezekiel. Tanpa ekspresi, Ezekiel menunjukkan balok jenga berstiker merah yang di pegangnya sebelum meletakan balok jenga tersebut ke susunan paling atas. Tanpa perlu disuruh, Ezekiel mengambil sendiri salah satu kartu diantara tumpukan kartu yang tertutup.

           “Oh Godness.” Ezekiel membelak tak percaya membaca perintah di kartu yang ia dapat.

           “Kiss someone who beside you.” Baca Ezekiel dengan nada pelan, namun masih bisa di dengar oleh semua orang.

Cium seseorang yang berada disampingmu? Ezekiel melirik berulang kali orang yang berada disampingnya. Anna dan Zenith.

“Gak harus bibir kan?” tanya Ezekiel hati-hati.

Arkan menyilangkan kakinya. “Just kiss. Wherever you want.” Balasnya santai.

           Ezekiel menghela napas lega. Setidaknya misi pertama yang ia dapat masih termasuk mudah. Namun untuk memutuskan siapa yang akan Ezekiel cium diantara Zenith dan Anna lah yang membuatnya merasa kesulitan untuk memutuskan.

           Jika Ezekiel mencium Anna, mungkin akan terasa canggung karena mereka tidak sedekat itu meski terbilang cukup akrab. Tetapi, apabila Ezekiel mencium Zenith, bukankah itu menyeramkan?

           Demi menghargai seorang perempuan, Ezekiel mencium pipi Anna (tubuh Zenith) dengan cepat. Sontak Zenith yang melihat itu langsung melayangkan bantal pada kepala Ezekiel. Sementara Anna kehilangan kata-kata. Seharusnya Anna sekarang sedang mengamuk karena (tubuh Zenith) dicium oleh Ezekiel, memberikan respons normal.

           “Kok elo yang ngamuk Na si Zenith yang dicium sama Ezekiel?” Arlan menatap heran sekaligus lucu terhadap reaksi Zenith (tubuh Anna).

           “Ah, enggak kok, gue gak ngamuk, cuma gemes aja liat Zenith dicium cowok,” Zenith tertawa canggung. Padahal Zenith sudah ingin melayangkan jotosan pada Ezekiel.

           “Next,” Arkan mempersilahkan.

           Anna menarik napas dalam-dalam sebelum mengambil balok jenga.

           “Shit.” Rasanya Anna ingin menghancurkan tumpukan jenga ini dalam sekejap. Siapa sangka dalam putaran pertama Anna sudah mendapatkan stiker merah.

           Melihat kode yang diberikan oleh Arkan untuk mengambil kartu, Anna segera mengambilnya.

Yes!” Baru kali ini Anna senang mendapatkan misi ini.

Checkout-in keranjang orang yang ada di sebelah gue, gak ada batas,” ujar Anna setelah meletakkan kartunya di atas meja.

Kali ini Zenith lah yang menggerutu. Tidak tahu saldonya akan sisa berapa setelah di rampok karena permainan ini. Sementara Anna menghela napas lega.

Anna melirik kiri dan kanannya, Ezekiel dan Arkan. “Lo kalau ngerampok enggak tau diri Kan, gue milih Ezekiel aja,”

Sontak Arlan, Zenith dan Ezekiel yang mendengar hal itu terkekeh ringan, berbeda dengan Arkan yang melayangkan tatapan sinis pada Anna.

Dengan senang hati Ezekiel menunjukkan layar ponselnya pada Anna, menyuruh Anna untuk membayar seluruh isi keranjangnya. Anna mengambil ponsel Zenith dan langsung men-scan barcode. Sejumlah buku latihan ujian dan buku lainnya dengan total satu juta rupiah telah Anna bayar menggunakan uang Zenith.

“Aduh, si Anna,” ringis Zenith pelan.

“Ayo next,” Arkan tersenyum puas saat gilirannya tiba. And gotcha!

“Sebutin salah satu rahasia gue,” ujar Arkan sebelum menyimpan kembali balok tersebut ke susunan paling atas.

Semua orang menatap kompak Arkan. Penasaran tentang rahasia jenis apa yang dimiliki oleh Arkan.

“Rahasia gue?” Arkan bergumam. “Gue bisa tahu sesuatu tanpa kalian kasih tahu.” Ungkapnya.

Mendengar hal itu, Arlan, Anna, Zenith, dan Ezekiel mendengus. Tidak terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Arkan.

“Gak asik banget rahasia lo, garing,” cibir Arlan.

“Ya elah, semua orang juga tau kali lo biang gosip,” tambah Ezekiel.

Backingan lo dimana-dimana, iyalah lo tahu,” sambung Anna.

“Mata-mata lo banyak, gue yakin tuh tembok juga bisa ngomong kalau ada lo,” imbuh Zenith secara hiperbola.

Permainan kali ini cukup membuat mereka tenang selama bermain meski tetap ada perintah aneh-aneh. Setidaknya kali ini permainan berjalan cukup lancar dan wajar.

Tak terasa matahari telah terganti oleh bulan. Mereka memutuskan untuk kembali ke ibu kota besok pagi. Anna yang sebenarnya enggan bermalam dengan mereka pun harus terpaksa ia lakukan jika tidak ingin menimbulkan kecurigaan.

 Seumur hidup, Anna belum pernah tidur bersama laki-laki. Meskipun ini adalah tubuh Zenith tetap saja batinnya terus bergejolak aneh karena di tempatkan dalam satu kamar bersama si kembar dan Ezekiel.

Di tengah dinginnya gunung, Anna memutuskan untuk keluar. Butuh waktu menjauhkan diri dari banyak cowok.

“Gila. Ini baru hari pertama. Sampai kapan kayak gini?” Anna menghela napas, seakan beban ikut terangkat saat itu juga.

Zenith tersenyum tipis menatap Anna dari belakang. “Sorry, gue gak tahu kalau jadinya bakal kayak gini. Rencananya gue mau ngajak lo pulang sore, tapi siapa sangka mereka malah nyusul kemari. Gue juga enggak bawa kendaraan, udah malam cari taksi susah di tengah gunung kayak gini. Besok pagi gue anter lo pulang.”

Ini adalah salah satu hal yang paling Anna sukai dari sosok Zenith. Jujur. Cowok itu sangat jujur sejak awal hingga akhir, tidak bisa berbohong. Namun Anna rasa, kali ini sifat jujur Zenith-lah yang paling berbahaya dalam kondisi seperti ini.

“Gue ada di tubuh lo, gak perlu khawatir. Siapa juga yang mau nyulik badan segede ini,” Anna tersenyum geli.

Zenith ikut tersenyum geli. Baru menyadari hal itu. “Lo kenapa dingin-dingin kayak gini di luar? Gak nyaman di dalam?” tanyanya, berusaha mencari topik pembicaraan lain.

“Udah pasti gue ngerasa gak nyaman, apalagi ada si kembar.” Anna bergidik ngeri. “Kita harus cari cara supaya kembali seperti semula.” Sambungnya.

Maju satu langkah, Zenith mensejajarkan jaraknya dengan Anna. Lebih mendekat. Mengikis jarak diantara mereka. “Tapi seandainya hari ini jiwa kita enggak tertukar, udah pasti kita masih bertingkah sebagai strangers.”

“Zen,” tegur Anna. Ini adalah topik yang paling di hindarinya. Anna juga tidak bisa menghindar dari fakta bahwa setelah mereka putus Anna benar-benar menjauh dari Zenith.

Mengabaikan teguran Anna, Zenith kembali melanjutkan. “Kalau gue boleh egois, sejujurnya gue cukup menikmati jadi lo. Gue jadi tahu gimana tentang gue dari sudut pandang lo, gue juga jadi tahu hal-hal yang belum gue mengerti waktu masih jadi pacar lo,”

Tuh’kan, apa Anna bilang, Zenith adalah manusia paling jujur seantaro Nusantara. Sepertinya Zenith masih memerlukan latihan berbohong dari Anna untuk beberapa hal.

“Kita lanjut bahas rencana kita besok. Gue masuk dulu. Lo juga masuk, badan gue gak tahan kedinginan.” Setelah mengatakan itu, Anna bergegas masuk kembali ke dalam Villa.

Ketika Anna membuka pintu kamar, ia dikejutkan dengan Ezekiel yang tengah berdiri bersandar di samping pintu.

“Hai, Anna. Akting lo masih jelek ya.” Sapa Ezekiel dengan tenang.

Anna tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Belum genap 24 jam hal ini terjadi, Anna dibuat terkejut setengah mati karena rahasia telah terbongkar oleh Ezekiel.

“Ze, Lo—"

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar