103. INT. RUANG TENGAH – RUMAH ABAH ASEP - SIANG
Laras berjalan masuk menghampiri ke-empat anak muridnya yang menunggu kabar tentang Kinara. Laras benar-benar terlihat kacau dengan air mata yang terus menetes. Ke-empat muridnya semakin heran dengan ekspresi yang Laras tunjukan kepada mereka.
TASYA
Bu.. Kinara mana?
DELIA
Kinara baik-baik aja kan Kak?
Laras malah menangis tanpa menjawab pertanyaan Delia dan Tasya. Laras langsung memeluk Delia juga Tasya dengan tangis yang malah semakin membuat ke-empat anak muridnya tidak mengerti.
DELIA
Kak.. Kakak kenapa?
REYHAN
Kinara baik-baik aja kan Bu?
LARAS
(menangis) Maafin Ibu ya.. Maafin Ibu.. Kinara udah gak ada.. Kinara udah ninggalin kita semua. Maafin Ibu.. maafin Ibu.
JRENGGGGG. Delia, Tasya, Reyhan dan Kiki sangat-sangat kaget mendengarnya.
DELIA
Kak jangan becanda deh!
KIKI
Kinara cuma demam aja kan Bu? Dia gak mungkin meninggal.
Tapi sikap Laras semakin menegaskan jika Kinara benar-benar sudah meninggalkan mereka semua. Seketika Delia dan Tasya menangis, begitu pun Reyhan dan Kiki yang masih tidak bisa mempercayainya.
LARAS
Maafin Ibu.. Maafin Ibu.. Kalau seandainya Ibu gak bawa kalian kesini, semuanya gak akan kaya gini.
Tangis Laras semakin menjadi, karena Laras benar-benar merasa bersalah.
Delia menghapus air matanya.
DELIA
Iya.. ini emang salah Kakak! Kalo Kakak gak bawa kita ke desa ini, kita gak akan kehilangan sahabat kita.
Dengan kecewa Delia pergi meninggalkan Laras dan ke-tiga temannya. Tak ingin membiarkan Delia sendiri, Tasya pun menyusul Delia, begitu pun dengan Reyhan dan Kiki. Dan Laras hanya bisa terpuruk bersama rasa bersalahnya.
CUT TO:
FLASHES END
FADE OUT
104. INT. KAMAR DELIA – RUMAH ABAH ASEP - PAGI
Hari ke-6.
Kita lihat Laras yang ketiduran di samping tempat tidur sambil terduduk, bangun dari tidurnya. Laras cukup kaget saat melihat ke arah Kinara yang saat ini sedang duduk bersandar di tempat tidur, dan melemparkan senyum kepadanya.
KINARA
Selamat pagi Bu Laras..
Laras tidak menjawab sapaan Kinara. Laras malah langsung mengecek kondisi Kinara.
LARAS
Kamu gak apa-apa Kan? Kamu baik-baik aja kan Ra?
Laras mencoba mengecek suhu tubuh Kinara dengan telapak tangannya. Kinara hanya senyum melihat sikap Laras yang begitu mencemaskan kondisinya.
KINARA
Gak apa-apa Bu. Aku udah baik-baik aja kok.
Kinara tersenyum. Dan Laras bisa bernafas lega.
LARAS
Huuuuuhhhhhhh. (bergumam) Untung cuma mimpi.
KINARA
Emm.. kenapa Bu?
LARAS
(salah tingkah) Gak apa-apa. Syukurlah kamu baik-baik aja Ra.
KINARA
Makasih ya Bu udah ngerawat aku.. Jagain aku semaleman. Sampe-sampe Ibu ketiduran di sini.
Laras mengangguk lalu memeluk Kinara.
CUT TO:
ESTABLISH RUMAH ABAH ASEP SIANG
105. INT. KAMAR DELIA – RUMAH ABAH ASEP - SIANG
Kiki masuk ke kamar Delia dengan membawa segelas susu cokelat untuk Kinara. Kita lihat Kinara masih duduk bersandar di tempat tidur, karena badannya masih lemas.
KINARA
Kok elo sih yang bawain?
Kiki meletakkan susu cokelat yang dibawa ke atas meja kecil, yang ada tepat di samping tempat tidur.
KIKI
Yang lain pada sibuk bantuin Bu Laras masak... Gimana keadaan lo?
KINARA
Udah mendingan.
KIKI
Cepet sembuh, jangan lama-lama sakitnya.
KINARA
Biarin lama juga...
KIKI
Lho? Kenapa?
Kiki tidak mengerti, sementara Kinara malah tersenyum.
KINARA
Enak tau sakit disini.. diperhatiin sama dimanjain Bu Laras.
Kinara menjulurkan lidahnya.
KIKI
Emm.. ketauan tuh di rumahnya gak dapet perhatian.
KINARA
Emang.
Kiki malah ngetawain dan Kinara melempar bantal ke arah Kiki dan mengenai badannya. Lalu mereka ketawa.
CUT TO:
BLACKSCREEN
106. INT. RUANG TENGAH – RUMAH ABAH ASEP - MALAM
Kinara berjalan keluar dari kamar dan menghampiri Laras yang sedang berkumpul di ruang tengah. Kinara masih terlihat belum terlalu fit.
REYHAN
Ra, kok keluar kamar. Udah baikan lo?
Kinara mengangguk.
KINARA
Bosen gue di kamar mulu.
Kinara duduk di samping Laras.
LARAS
Syukurlah kamu udah semakin membaik.
Laras mengelus rambut Kinara dengan penuh kasih.
KINARA
Makasih ya Bu udah ngerawat aku semaleman.
LARAS
Sama-sama sayang. Itu udah tugas Ibu.
REYHAN
Dasar anak manja, baru keujanan segitu aja udah sakit. Jadi gak kemana-mana kan kita hari ini.
KINARA
Ya lagian suruh siapa lo narik gue buat ujanan. Giliran gue sakit lo malah nyalahin.
DELIA
Udah gak usah debat. Nanti Kak Laras marah lho.
Reyhan dan Kinara diam, mereka hanya bermain pandangan sinis.
LARAS
Emm.. anak-anak. Maafin Ibu ya. Gara-gara Ibu bawa kalian kesini, kalian jadi harus mengalami hal-hal yang tak terduga seperti ini. Kaki Delia terkilir, Kinara sakit, semua salah Ibu. Maafin Ibu ya!
Suasana mendadak menjadi sendu.
REYHAN
Enggak Bu. Ini bukan salah Ibu.
KIKI
Iya Bu. Kita ujanan karena kita emang ingin. Dan masalah Kinara sakit, jelas itu bukan salah Ibu.
DELIA
Iya Kak.. kaki aku terkilir juga bukan salah Kak Laras kok. Jelas itu salah aku sendiri.
LARAS
Pokoknya Ibu tetep pengen minta maaf sama kalian.
Mereka tak menjawab. Kinara malah memeluk Laras cukup erat, diikuti Delia dan Tasya. Dan kali ini, Reyhan dan Kiki pun ikutan. Dan mereka saling meluapkan perasaan masing-masing dalam sebuah pelukan hangat kepada Laras.
CUT TO:
FADE IN
107. INT. RUMAH ABAH ASEP - PAGI
Hari ke-7.
Kita lihat Delia berjalan pincang tanpa tongkat menghampiri Laras yang sedang bersiap-siap bersama Reyhan, Kinara, Kiki dan Tasya di ruang tengah.
DELIA
Kak aku ikut ya!
Semua langsung melirik ke arah Delia.
TASYA
De.. tongkat lo mana? Kalo jatoh gimana?
LARAS
Kok udah jalan gak pake tongkat sih?
Laras khawatir. CLOSE UP : Kaki kanan Delia yang memang sudah tidak terlihat memar atau bengkak.
DELIA
Udah gak sakit-sakit banget kok Kak.
REYHAN
Ya tetep aja De. Kalo nanti terkilir lagi gimana?
DELIA
Gak usah nyumpahin deh ah.. pokoknya aku pengen ikut ya Kak.. Jangan pada tega ninggalin aku sendirian di rumah. Please! Aku gak mau gabut sendirian.
Delia memohon.
LARAS
Ya udah.. kamu boleh ikut.
Delia langsung tersenyum.
KIKI
Desi sama Hadi katanya mau ikut juga kan Bu?
LARAS
Iya.. mereka langsung ke lapangan sama kang Sofyan.. Ya udah, ayo kita berangkat.
CUT TO:
ESTABLISH LAPANGAN BOLA SIANG
108. EXT. SEBUAH LAPANGAN - DESA - SIANG
Laras, Sofyan, ke-lima murid Laras, Desi dan Hadi sudah berkumpul di sebuah lapangan yang cukup luas.
TASYA
Jadi cewek-cewek juga ikutan main bola nih Kang?
Sofyan mengangguk.
SOFYAN
Iya.. kan biar rame.
KINARA
Tapi kan kita cewek Kang.
LARAS
Cewek juga boleh kok sekali-kali main bola.
Sofyan, Reyhan, Kiki dan Hadi tersenyum sambil mengangguk.
TASYA
Oke deh kalau gitu.
Semua sepakat akan bermain bola bersama.
DELIA
Terus aku?
REYHAN
Lo jadi wasitnya aja De.
DELIA
Ya udah deh.
Sofyan memberikan peluit pada Delia. Dan mereka pun bergegas mengatur posisi ke tengah lapang untuk membuat dua tim, dengan masing-masing tim beranggota 4 orang.
CUT TO:
109. EXT. SEBUAH LAPANG - DESA - SIANG
Meski malah terlihat seperti berantakan, karena anak-anak cewek memang tidak bisa bermain bola, tapi mereka semua terlihat bahagia dengan tertawa lepas. Apalagi anak-anak murid Laras, termasuk Delia yang hanya berperan sebagai wasit di pinggir lapangan.
CUT TO:
110. EXT. TEPI LAPANG - DESA - SIANG
Setelah usai bermain bola, mereka melanjutkan dengan bermain layang-layang. Namun, sebelum itu mereka memutuskan untuk membuat layangan terlebih dulu. Kita lihat Sofyan dan Hadi datang membawa beberapa potong bambu menghampiri Laras dan anak-anak yang lain, yang sudah menunggu di pinggir lapangan. Tidak menunggu lama Sofyan dan Hadi mulai membuat layangan, dan Laras juga yang lain hanya memperhatikan. Meski sesekali mereka mencoba membantu, seperti menggunting kertas dan menempelkan kertas pada kerangka layangan yang sudah berhasil dibuat.
CUT TO:
111. EXT. TENGAH LAPANG - DESA - SIANG
Setelah berhasil membuat beberapa layangan, mereka pun mulai menerbangkan beberapa layangan yang bisa dibilang buatan mereka sendiri. Kebahagiaan jelas terpancar dari wajah mereka, terutama ke-lima anak murid Laras. Laras jauh lebih senang melihat mereka tertawa lepas seperti sekarang ini.
LARAS (V.O)
Nikmatilah!!! Karena masa-masa ini tidak akan pernah datang dua kali.
Laras cukup terharu menyaksikan momen ini.
CUT TO:
112. EXT. HALAMAN - SANGGAR - SORE
Sore harinya, Sofyan mengajak Laras dan ke-lima anak muridnya untuk melihat pertunjukan kesenian pencak silat yang rutin dilakukan setiap minggu di sanggar milik Sofyan. Mereka terlihat begitu menikmati pertunjukan sore itu. Dan Laras pun tidak lupa untuk mengabadikan momen itu ke dalam kameranya.
CUT TO:
113. INT. KAMAR DELIA – RUMAH ABAH ASEP - MALAM
Kita lihat Delia, Kinara dan Tasya sedang sibuk membereskan barang-barang mereka ke dalam tas.
KINARA
Yakin besok kita pulang?
DELIA
Iya.. padahal baru aja gue ngerasa betah disini.
TASYA
Gak bisa gitu ya nambah sehari atau dua hari lagi?
Mendadak mereka terdiam beberapa detik.
TASYA
Tapi gak apa-apa deng. Kangen juga gue buka sosmed.
KINARA
Iya yah.. karena gak ada sinyal, handphone secanggih apapun disini tuh sama sekali gak berfungsi.
DELIA
Bener banget Ra.. yakin pacar gue bakal uring-uringan ini karena gak bisa ngehubungin gue selama seminggu.
Mereka terus ngerumpi sambil beres-beres barang-barang mereka.
CUT TO:
114. INT. KAMAR LARAS - RUMAH ABAH ASEP - MALAM
Sambil bersandar di atas tempat tidurnya, Laras sedang melihat-lihat hasil jepretannya selama seminggu ini di dalam kamera miliknya. Laras tersenyum melihat foto-foto yang ia ambil, yang kebanyakan mengabadikan ekspresi bahagia ke-lima anak muridnya.
FLASHBACK
- Saat dalam perjalanan, di hari pertama mereka datang ke Desa. Dari mulai melewati jalanan berbatu, jalanan di tengah hutan, sampai jalanan kecil di tengah-tengah sawah.
- Saat ke-lima anak muridnya marah dan kecewa ketika tahu jika desa ini tujuan liburan mereka.
LARAS
Gak gampang buat bikin kalian terbiasa.
FLASHBACK
- Saat Laras pergi bersama Reyhan dan Kiki menonton pertunjukan KUDA RENGGONG.
- Saat Laras bersama anak-anak muridnya mengunjungi sanggar Sofyan untuk belajar tari JAIPONG dan bermain ANGKLUNG.
- Saat semua orang panik karena Delia kabur.
- Saat Laras melihat ke-empat anak muridnya asik bermain air di sungai bersama Hadi.
- Saat Laras menyaksikan semua anak muridnya bermain hujan-hujanan di halaman rumah Abah Asep dengan gembira.
- Saat anak-anak asik bermain bola dan layangan di lapangan.
Laras menghela napas panjang lalu tersenyum bahagia sambil terus melihat-lihat foto lainnya yang ada di dalam kamera.
CUT TO:
FADE OUT