METAMORFOSIS (indahnya masa kecil)
10. Draft - 10

72. EXT. JALANAN SEPI – DESA - SIANG

Tanpa terasa Delia sudah berjalan cukup jauh meninggalkan Desa. Delia sampai di ujung jalan desa. Tapi Delia kembali kebingungan saat bertemu dengan jalan dua arah, dan ini jalan yang berbeda dari pertigaan jalan yang sebelumnya. Delia kembali mengingat perkataan Desi. Dengan sedikit keraguan, Delia pun memutuskan untuk memilih salah satu jalan.

Delia terus berjalan sambil melihat kiri kanan, sampe jalan mundur pun Delia lakukan untuk berhati-hati, takutnya ada yang melihat dan mengenalnya. Mungkin karena rasa takutnya, Delia sampe tidak memperhatikan jalan di depan dan sekelilingnya. Yang ada dipikirannya sekarang hanya ingin segera keluar dari desa ini. Tiba-tiba kaki Delia keseleo dan kemudian kepeleset jatuh ke dalam jurang yang tidak terlalu tinggi. Delia terguling-guling ke dalam jurang yang mempunyai kedalaman sekitar 2 meter itu. Dan setelah di bawah, kepala Delia kebentur pohon sampe pingsan.

CUT TO:

73. INT. RUANG TENGAH - RUMAH ABAH ASEP - SIANG

Suasana rumah Abah Asep jadi kacau saat Laras mendapati Delia tidak ada di kamar, ditambah saat Laras tahu tas Delia pun tidak ada di dalam kamar.

LARAS

Delia pasti kabur lagi deh..

Laras panik dan segera memberitahu yang lain. Kebetulan saat Laras akan keluar, ia bertemu dengan Abah Asep yang baru saja pulang dari sawah ditemani Reyhan, Kiki, Kinara, dan Tasya. Terlihat Reyhan memegang singkong yang masih penuh dengan tanah karena baru saja diambil dari kebun.

LARAS

Abah.. Abah liat Delia gak?

KIKI

Kok nanyain Delia ke Abah sih Bu. Kan kita baru pulang dari sawah.

REYHAN

Kalau nanyain singkong mah ada Bu.

Reyhan memamerkan singkong yang ia pegang.

LARAS

Ibu serius Reyhan!

Abah Asep malah tersenyum lucu.

ABAH ASEP

Emang Delia kemana Ras?

LARAS

Laras juga gak tau Bah, yang jelas Delia gak ada di kamarnya. Udah gitu barang-barangnya juga gak ada Bah.

Reyhan, Kiki, Kinara dan Tasya pun ikutan panik setelah mendengar ucapan Laras.

REYHAN

Wah gawat. Jangan-jangan tuh anak kabur lagi.

KIKI

Emch.. bener-bener nekat tu bocah.

Desi menghampiri mereka dan bertanya ada apa.

DESI

Ini ada apa? Kok ngumpul-ngumpul?

ABAH ASEP

Des, apa kamu liat Delia?

DESI

Oh neng Delia. Tadi teh dia sempet ngobrol sama Desi. Neng Delia nanyain jalan ke kota.

JRENGGG semua kaget.

REYHAN

Ahh.. ini mah udah gak salah lagi Bah. Delia pasti nekat pulang ke Jakarta. Fix kabur lagi dia.

Mendadak semua panik.

KINARA

Biar kita cari aja ya Bah. Pasti Delia masih belum pergi jauh dari sini.

KIKI

Iya bener lo, Ra. Kita cari aja.

Mereka hendak pergi. Tapi Abah Asep melarangnya.

ABAH ASEP

Jangan!

Mereka semua heran.

REYHAN

Kenapa Bah?

ABAH ASEP

Abah yakin sebentar lagi Delia pasti pulang. Delia kan gak tau jalan ke kota.. Masa.. kalian mau nyari Delia pake baju basah kaya gitu? Udah pada mandi dulu sana!

Mereka pun tersenyum dan menuruti apa yang disuruh Abah Asep.

CUT TO:

74. INT. RUANG TENGAH - RUMAH ABAH ASEP - SIANG - SORE

CLOSE UP : Jam dinding yang menunjukan pukul 1 siang.

Tapi sampai tengah hari, Delia masih belum pulang juga. Berjam-jam mereka menunggu berharap Delia segera pulang, tapi hampir sore hari tiba Delia masih belum kunjung datang. 

LARAS

Aduh.. kok sampe jam segini Delia belum pulang sih.

Laras sangat gelisah. Begitu juga Kinara, Tasya, Reyhan dan Kiki.

TASYA

Kita gak boleh diem terus kaya gini dong Bu. Kalo Delia kenapa-napa gimana?

Tasya terlihat gelisah dan sedih karena khawatir sama Delia.

LARAS

Iya.. kita emang harus cari Delia.

Mereka mengangguk dan mulai beranjak keluar dari rumah.

CUT TO:

75. EXT. BEBERAPA TEMPAT - DESA - SORE

Laras ditemani 4 muridnya beserta Abah Asep, dan Desi memutuskan untuk mencari Delia dengan berpencar mengelilingi desa. Sesekali mereka bertanya ke beberapa warga dengan menyebutkan ciri-ciri Delia, sampe-sampe foto Delia pun mereka perlihatkan. Namun, tidak ada satu orang pun yang mengenali dan melihatnya. Bukan hanya di lingkungan desa, mereka pun mencoba mencari ke sekitar persawahan, sungai bahkan hutan. Tapi sayang, hasilnya tetep sama.

CUT TO:

76. EXT. SEBUAH JURANG - DESA - SENJA

Ternyata Delia masih tergeletak di bawah jurang dengan kondisi belum sadarkan diri. Keadaan sekitar yang tidak begitu ramai dilewati orang kalau bukan untuk pergi ke hutan, membuat tidak ada seorang pun yang melihat keberadaan Delia. Perlahan Delia membuka matanya. Sambil menahan sakit Delia mencoba mengangkat tubuhnya. Delia memegang keningnya yang berdarah. Ia merasa sedikit ngilu dengan luka-luka kecil di tangan, kaki dan wajahnya akibat terjatuh tadi, mungkin karena mengenai ranting-ranting pohon yang sudah kering. Delia mencoba berdiri, tapi mendadak jatuh.

DELIA

Aww...

Keluh Delia kesakitan. CLOSE UP : Delia langsung melihat kaki kanannya, ternyata kakinya bengkak dan memar. Mungkin akibat terjatuh tadi dan terkilir.

DELIA

Aduhh.. kaki gue bengkak lagi. Gimana caranya gue bisa naik ke atas coba. Mana udah mau gelap lagi.

Delia kebingungan.

DELIA

Mamih tolongin Delia mih. 

Delia merengek.

DELIA

(teriak) Tolong.. tolongin gue dong. Ada orang kan? tolong...

Delia terus teriak minta tolong. Delia berharap ada orang lewat di tempat itu dan mendengarnya. Untung saja di saat bersamaan Hadi lewat dengan membawa seikat kecil kayu bakar di punggungnya. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendengar suara orang menangis minta tolong.

DELIA (O.S)

Tolong.. tolong.. tolong..

HADI

Naon tah? Naha asa aya nu ceurik nya?

(beat)

Iiihhh. Jadi sararieun kieu ahh. Komo rek magrib kieu. Boa-boa jurig nu ceurik teh.

Hadi sedikit ketakutan. Pada saat Hadi memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti lagi. Hadi terlihat bimbang.

HADI

Tapi lamun jelema kumaha?

Hadi semakin kebingungan.

HADI

 Ahh.. na jadi galau kieu. Tingali.. atau entong nya?

Hadi malah menggaruk-garuk kepala kebingungan. Namun, dengan rasa penasaran yang besar. Hadi melangkah mendekat ke sumber suara. Betapa kagetnya Hadi saat melihat ada Delia di dalam jurang dengan posisi terduduk.

HADI

(sedikit keras) Aduh.. si Eneng teh nanaonan aya didinya?

Delia langsung menoleh ke atas dimana Hadi berdiri.

DELIA

Uuh.. untung ada lo. Sini bantuin gue!!

HADI

Euh... si Eneng yang minta tolong teh. Saya kira teh hantu yang teriak-teriak tadi.

DELIA

Hantu pala lo. Udah mendingan cepet lo bantuin gue keluar dari sini. Jangan banyak ngomong.

HADI

Lagian si Eneng teh nanaonan atuh ada di dalam situ?

DELIA

Eehh.. kok makin banyak cowok bawel sih di planet bumi.

Delia mulai geram.

DELIA

(sedikit membentak) Sekarang gak usah banyak ngomong dulu deh. Mau bantuin gue gak?

Hadi menganggukkan kepala. Tapi Hadi cukup bingung untuk menolong Delia naik ke atas. Ia malah celingak-celinguk mikirin cara nolongin Delia keluar dari dalam jurang. Delia semakin kesel karena Hadi malah bertingkah tidak jelas.

DELIA

Buruan napa!

Hadi mencoba mengulurkan tangannya sambil tengkurep, Hadi berharap dengan menarik Delia, dia bisa membawa Delia keluar dari dalam jurang. Dengan kondisi kaki yang sakit Delia mencoba berdiri dan berusaha meraih tangan Hadi. Delia mencoba berdiri meski harus menahan sakit. Pada saat Hadi hendak menarik tangan Delia untuk membawa ke atas. Tiba-tiba Delia terjatuh lagi karena kakinya tidak kuat berdiri dengan waktu yang cukup lama. Karena mereka berpegangan cukup erat, alhasil Hadi malah ikut jatuh. Kini mereka berdua sama-sama terperangkap di dalam jurang.

HADI

Aduhh.

Keluh Hadi sambil memegang pantatnya yang mendarat lebih dulu ke tanah.

DELIA

Ihhh.. ngapain sih lo pake ikut jatuh kesini segala.

CUT TO:

77. EXT. TERAS - RUMAH ABAH ASEP - SENJA

Reyhan dan Kiki menghampiri Kinara dan Tasya yang sedang berdiri di teras rumah. Reyhan dan Kiki datang dengan napas yang sedikit ngos-ngosan.

KINARA

Gimana? Gimana?

Kinara seperti sudah tak sabar menerima kabar dari Reyhan dan Kiki, begitu pun dengan Tasya. Tapi Reyhan dan Kiki malah menggelengkan kepala mereka. Seketika Kinara dan Tasya menunjukan ekspresi kecewa mereka.

TASYA

Ya ampun De.. lo tu kemana sih?

Tasya begitu cemas.

REYHAN

Bu Laras gimana?

KIRANA

Masih di dalem. Dia masih nangis, ngerasa bersalah gitu.

KIKI

Emang bener ya tuh si Delia. Bisa banget bikin orang-orang panik mikirin dia.

Semua diam, terlihat pada kebingungan harus berbuat apa.

CUT TO:

78. INT. RUANG TENGAH – RUMAH ABAH ASEP - SENJA

Kita lihat Abah Asep sedang menghibur Laras yang sejak tadi bersedih karena memikirkan Delia yang tak kunjung pulang.

ABAH ASEP

Udah Ras.. kamu coba tenang dulu.

LARAS

Gimana Laras mau tenang Bah. Hari udah mau gelap, tapi Delia belum pulang juga. Kalau di jalan kenapa-napa gimana?

Laras semakin khawatir.

ABAH ASEP

Iya Abah ngerti perasaan kamu.. tapi kan kita juga gak diem, kita udah coba cari Delia.

Laras mengambil handphone yang tergeletak di meja.

LARAS

Laras harus nyari sinyal dan telpon Gigi.

Abah Asep malah merebut handphone dari tangan Laras. Laras hanya memandang heran.

ABAH ASEP

Jangan gegabah.. kalo Delia masih di desa ini gimana? Orang-orang di rumahnya malah jadi khawatir.

(beat)

Kita tunggu sebentar lagi ya! Abah yakin Delia pasti baik-baik aja dan sebentar lagi pulang.

Laras mengangguk. Abah Asep tersenyum sambil mengelus rambut Laras.

CUT TO:

79. EXT. SEBUAH JURANG - DESA - SENJA

Kita lihat Hadi dan Delia sedang duduk dengan ekspresi wajah kebingungan.

DELIA

Elo sih pake jatoh...

HADI

Naha si Eneng teh malah nyalahin saya terus. Lagian saya juga mana mau ikut jatoh.. si Eneng kan yang ngajak ke sini. Masih sakit Neng pantat saya ini..

Hadi memegangi pantatnya.

DELIA

Iyalah, namanya jatoh pasti sakit.

(beat)

Terus kalau gini gimana kita bisa keluar coba?

HADI

Lagian si Eneng malah narik saya ke sini, jadi sama-sama gak bisa naik kan kita.

DELIA

Idihh.. siapa yang narik coba.

HADI

Ya Neng Delia lah. Masa iya saya yang pura-pura jatoh mah.. ya gak lucu atuh Neng.

DELIA

Ekhh.. lama-lama ngomong sama lo rambut gue bisa mendadak keriting.

Delia semakin kesal.

HADI

Wah.. ya bagus atuh Neng. Jadi si Eneng gak usah pergi ke salon, iya kan?

Goda Hadi sambil tersenyum.

DELIA

Ih apaan sih lo.. gak jelas banget.. Udah mendingan sekarang lo pikirin gimana caranya kita keluar dari sini.

Hadi dan Delia berusaha berpikir. Nampaknya mereka kebingungan memikirkan jalan keluar. Di sela-sela kebingungan mereka, lewatlah seorang bapak berjalan dengan membawa sebuah cangkul tidak jauh dari tempat Delia dan Hadi berada.

BAPAK 1

Eleuh-eleuh.. ameung teh meni dinu kitu. Lain gera uih.. sarolat kaditu. Tos magrib ieu teh.

HADI

Muhun Pa.

Bapak itu berjalan ke atas menaiki beberapa anak tangga yang terbuat dari tanah, dan cukup berhasil membuat Hadi dan Delia bengong. Karena mereka sama sekali tidak menyadari kalau ternyata ada jalan untuk naik ke atas.

HADI

Euleuh.. geningan aya jalan.. Naha si Eneng teh gak bilang atuh, kalau di situ teh ada jalan.

DELIA

Lho, mana gue tau kalau di situ ada jalan. Harusnya lo yang tau.. lo kan udah lama tinggal di sini.. sering juga kan ke tempat ini? Pastinya lo udah hafal daerah sini dong. Gimana sih.

HADI

Oh iya ya.. kok saya teh bisa lupa atuh Neng.

Hadi senyum-senyum. Delia malah memandangnya sedikit sinis sambil menggeleng-gelengkan kepala. Karena hari sudah hampir gelap, Hadi memutuskan untuk segera mengajak Delia pulang. Hadi menarik tangan Delia sambil melangkah, tapi Hadi dibikin kaget dengan teriakkan Delia yang mengeluh kesakitan.

DELIA

(sedikit teriak) Aww.. pelan-pelan dong! Kaki gue sakit.

HADI

Ohh iya maaf, saya lupa Neng.

DELIA

Lo lupa mulu. Kapan inget nya sih.

Delia tambah kesal, tapi tidak berlangsung lama, karena melihat Hadi yang tiba-tiba jongkok di depan Delia.

DELIA

Mau ngapain lo?

HADI

Ayo naik. Neng Delia kan gak mungkin jalan dengan keadaan kaki yang bengkak kaya gitu.

Delia sempat menolak. Tapi dia juga tidak mungkin berjalan dengan kondisi kaki yang bengkak. Setelah beberapa detik memikirkannya. Dengan sedikit ragu Delia naik ke punggung Hadi. Sambil menggendong Delia, Hadi berjalan keluar dari jurang melewati jalan yang dilewati bapak tadi.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar