melancholic traces of ghost
17. HARI 6 (2)

EXT. JALAN KARNAVAL — PAGI

Area trotoar ramai. Terlihat lebih banyak pelukis, penyeketsa, juga pelanggan dibandingkan tahun lalu. Suasananya semeriah saat ada karnaval, sisa-sisa dekorasi masih ada yang menempel setengah terlepas.

BARA dan AMELIA berjalan sejajar. Mereka berjalan sangat dekat, bahu mereka hampir menyentuh. Tangan mereka berayun-ayun dengan arah berlawanan, setiap kedua tangan berayun mendekati satu sama lain, rasanya mereka akan bersentuhan, tapi tidak sama sekali, selalu ada ruang tipis menjurang.

Mereka menyusuri jalan lurus nan yang semakin tidak terlihat ujungnya, tertutupi orang-orang berdiri juga duduk mematung. Mereka hanya melihat-lihat sekenanya, tidak berhenti, selayang pandang sepanjang jalan.

PENYEKETSA

Halo, Kak. Mau disketsa lagi?


AMELIA

(menoleh, tidak benar-benar mendengar)

Maaf, kenapa?


PENYEKETSA

Mau disketsa Kak?


Amelia melihat ke Bara. Bara mengedikkan bahu. Bara dan PENYEKETSA saling menatap. Mereka mengenal satu sama lain.

AMELIA

(menolak halus)

oh, engga. Saya ga mau disketsa.


PENYEKETSA

Ga perlu bayar kok, kak. Buat penglaris aja gitu.


Raut Amelia ragu, menoleh ke Bara, lalu kembali ke penyeketsa.


AMELIA

(menarik pelan bahu lengan Bara)

Kalau dia aja yang jadi modelnya boleh ga?


PENYEKETSA

Oh, boleh kok boleh. Mari-mari duduk.


Penyeketsa menggeser kursi, Amelia menggiring Bara langsung duduk. Punggung Bara bersandar malas, terlihat tidak ambil pusing. Penyeketsa mulai bersiap-siap, mengambil peralatan.

Amelia melihat-lihat sekitarnya. Terlihat banyak orang yang disketsa sedang menyeketsa orang lain atau satu sama lain.


AMELIA

(menggestur ke sekeliling)

 Di sini biasa memang begini ya?


PENYEKETSA

Baru tahun lalu, biasanya cuma ya kayak saya yang nyeketsa, modelnya engga.


AMELIA

(ekpresi penuh ketertarikan)

Saya mau coba juga deh.


Penyeketsa tersenyum, ia memberikan bangku juga benda-benda keperluan menyeketsa.


BARA

Saya juga mau coba.


Penyeketsa menoleh, sedikit terkejut, tapi senang. Ia lanjut memberikan peralatan gambar. Bara berdiri mengambil peralatan, memutar kursi, kemudian duduk kembali. Sandaran kursi di depan dadanya.


AMELIA

Aku gambarin kamu juga ya Bar.


BARA

Oke. Kamu jadi model aku ya?

(menoleh ke penyeketsa)

Saya posenya begini saja.


Penyeketsa mengangguk sekali tanda mengerti.


AMELIA

Aku begini aja boleh?


Amelia duduk di bangku, sebelah kaki di atas menjadi sandaran kanvas sketsa, kaki lainnya menapak di sandaran bangku.


BARA

(tersenyum)

Senyamannya kamu aja.


Penyeketsa, Bara, dan Amelia mulai menggambar. Bara dan Amelia terlihat tekun menggambar, hanya melirik ke kanvas dan objek pikiran masing-masing. Penyeketsa terlihat santai, masih melihat-lihat sekitarnya dan bereaksi ke orang yang berlalu-lalang melewatinya. Awan-awan berkumpul, memberi lindungan kepada semua di bawahnya.

Penyeketsa baru selesai menggambar area torso Bara, ia beristirahat sejenak, mengambil botol minum di sebelah dan menegak dua teguk. Di sketsa terlihat tinggal area kepala saja yang belum tergambar sama sekali.

Penyeketsa melihat Amelia, dan tersenyum lega. Ekspresinya sukacita melihat ekspresi mata Amelia yang lembut dan hangat tiap kali melirik Bara saat menggambar.

Penyeketsa menaruh botol minumnya, mulai melanjutkan sketsa. Ketika melihat wajah Bara, Penyeketsa merasa bulu kuduknya merinding, ekspresinya sedikit kaget bercampur ngeri.

Tatapan Bara tekun penuh konsentrari namun terasa dingin, kaku, tak berafeksi. Ekspresi Bara mengingatkan Penyeketsa ke model sketsanya tahun lalu. Raut penyeketsa berubah kecewa, tangannya terlihat lebih berat saat menggores di kanvas. Penyeketsa tidak sadar bahwa ia salah mengira Amelia sebagai Anikka.


CUT TO:


EXT. PASAR OLEH-OLEH — SIANG

BARA dan AMELIA terlihat baru selesai membeli origami dan alat tulis. Mereka berjalan keluar dari toko. Gulungan sketsa menyembul keluar dari kantong belanja.

Jalanan area pasar berupa lorong tak beratap yang sama lurusnya dengan jalan karnaval. Lebar jalan kurang lebih 5 meter dan kedua sisi jalan dihias padat oleh aneka toko oleh-oleh dan toko-toko lainnya.

Bara dan Amelia terlihat memasuki toko berselang-selang, tidak memasuki semuanya. Amelia terlihat bersemangat. Bara setengah melamun, tidak terlihat berminat untuk membeli sesuatu. Ujung-ujung jarinya mengusap-usap halus korek api Anikka di tangan, kukunya kadang menggores hilang gambar di korek.

Bara dan Amelia beranjak pergi.

PEDAGANG ASONGAN MUDA

Mau beli rokok, bang?


Bara menoleh. Amelia tidak mendengar dan lanjut berjalan.

BARA

Oh, engga. Makasih


PEDAGANG ASONGAN MUDA

Oalah, saya kira rokoknya udah habis. Soalnya mainin korek terus.


BARA

(melirik ke korek, baru tersadar)

Oh... Ga kok. Masih ada.


PEDAGANG ASONGAN MUDA

Gas koreknya habis, bang? Saya ada nih. Saya bantu bakarin.


PEDAGANG ASONGAN MUDA menyodorkan korek api mancis yang terikat tali. Bara melirik kembali ke korek api Anikka, mencoba menghidupkan, tidak ada api yang memercik.

BARA

(menunjukkan korek)

Jual korek kayak gini ga mas?


PEDAGANG ASONGAN MUDA

Ga ada Bang. Adanya korek biasa.


BARA

Tau di mana saya beli yang sama persis?


Pedagang asongan membuka mulut, hendak menggeleng, namun suara lain memotong.


PENJAGA TOKO SEBELAH

Saya tau.


Bara menoleh ke seorang bapak-bapak yang sedang duduk di toko sebelah. Ia menghisap rokok santai, sambil menatap ke Bara. Asap rokok dihembus keluar, menutup wajah PENJAGA TOKO SEBELAH, namun tatapanya tetap terlihat. Ia terlihat (sok) misterius.

PENJAGA TOKO SEBELAH

Saya tau di mana.

Penjaga Toko Sebelah menunjuk Bara, jarinya mengepit rokok, tangannya menggengam korek api dari kayu yang memiliki pahatan indah.

PENJAGA TOKO SEBELAH

Korek itu cuma ada di kota ujung Barat. Khas sana.

Bara meneleng kepala, tidak yakin.

PENJAGA TOKO SEBELAH

(tangan yang memegang rokok bergestur heboh)

Saya tahu banyak soal rokok sama korek.


BARA

Beneran pak cuma ada di sana?


PENJAGA TOKO SEBELAH

Wah, jangan ditanya. Kamu tau korek ini?

(menunjuk korek di tangan)

Ini korek...


Bara tidak lagi mendengar, ia terlihat sedang berpikir. Lirikan matanya jatuh ke barang jajaan Pedagang Asongan Muda.

BARA

(menunjuk)

Saya ambil ini ya sebungkus. Berapa?


PEDAGANG ASONGAN MUDA

35 ribu aja bang.


Bara mengambil bungkus rokok dan memberikan uang. Pedagang Asongan Muda memberi uang kembalian. Penjaga Toko Sebelah masih terus mengoceh tentang koleksi koreknya.

BARA

Makasih.


Bara beranjak pergi. Amelia terlihat sudah berjalan agak jauh dari Bara.

Dari sudut pandang Pedagang Asongan Muda, Bara dan Amelia berjalan berdampingan seakaan tidak ada jarak di antara mereka. Asap muncul menutupi pandangan Pedagang Asongan Muda, tangannya dengan satu kibasan pelan melenyapkan asap yang menghalang. Bara dan Amelia terlihat kembali, tapi jarak di antara mereka terpampang lebih kentara.

Penjaga Toko Sebelah masih lanjut berbicara mengenai pasangan rokok untuk masing-masing koreknya.


CUT TO:

EXT. JALANAN — SORE

EARFQUAKE by Tyler, The Creator starts Playing

Langit temaram, malam akan datang. BARA dan AMELIA berjalan berdampingan, Bara berjalan sedikit di depan, Amelia di sebelah kiri Bara. Mereka masing-masing memegang kantong belanja. Amelia memegang kantong di tangan kiri, Bara di tangan kanan. Mata Amelia sesekali melirik tangan Bara. Tangan kiri Bara memegang korek api Anikka.

Bara dan Amelia tidak berbicara. Amelia terlihat menikmati kebersamaan mereka dalam diam, Bara setengah melamun banyak pikiran. Sayup-sayup musik mulai terdengar, semakin besar tiap langkah mereka. Mendekati perempatan Bara terlepas dari lamunan, langkahnya memelan. Langkah Amelia tidak berubah.

Bara dan Amelia berbelok. Tidak jauh dari mereka ada kumpulan orang-orang terlihat sedang berdansa bebas di trotoar. Ekspresi Amelia terlihat terkejut penuh ketertarikan, ekspresi Bara terkejut terselubung cemas.

Amelia mulai melangkah bersemangat. Bara tidak bergerak mengikuti. Amelia berhenti di dekat kerumunan, menonton orang berdansa. Seseorang sedang menarikan tarian Sven Otten yang pernah populer. Ia menari di area tengah, yang lain berdiri melihat dan menikmati irama. Lalu seseorang lain ikut masuk. Ia menarikan Turk Dance dari serial televisi Scrubs. Tatapannya seakan menantang jail. Dua orang tadi kemudian berdansa seakaan sedang bertarung.

Penonton bersorak saat dua orang tadi selesai, mulai mengerubungi ke tengah dan mulai benar-benar ikut berdansa. Suara musik dikencangkan.

Bara berjalan mendekati, terus melihat ke arah punggung Amelia selagi berjalan. Di samping Amelia, Bara melihat wajah Amelia, lalu melihat kerumunan yang berdansa

AMELIA

(memberikan kantong belanja ke Bara)

Titip bentar ya.


Amelia mendekati kerumunan dan mulai ikut berdansa. Bara beranjak ke dinding dan bersandar di sana. Memandang Amelia, melihat Anikka.

Amelia mulai berdansa, lemah lembut, tapi sesuai irama. Tidak melihat Bara, menikmati irama dan gerak badannya.

Amelia terlihat berkilau penuh rasa senang saat berdansa. Di dalam pandangan Bara area wajah Amelia terlihat kabur setiap bergerak.

Amelia melihat Bara masih sambil berdansa. Tatapannya mengakui kehadiran Bara, mengajaknya ikut berdansa. Bara balas menatap tapi tak merespon. Tangan Bara menggenggam korek api lebih keras.

Amelia tersenyum, lalu menggestur Bara dengan tangan untuk ikut berdansa. Bara masih terus menatap, wajah Anikka tumpang tindih dengan wajah Amelia. Tangan Bara meremas semakin keras, memerahkan warna kulit tangan.

Bara menghela nafas. Tangannya tidak lagi meremas korek api. Ia terlihat menyerah. Bara menaruh kantung belanja di tembok dan memasukkan korek api di kantung dada bajunya. Berjalan mendekati sambil mengangguk-angguk mencoba mulai menikmati irama.

Bara berdiri di depan Amelia, berdansa. Mereka berdua berdansa sambil melihat ke satu sama lain. Gerakan dansa mereka, tapi sama-sama terlihat menikmati suasana dan keberadaan masing-masing.

Dari sudut pandang Amelia terlihat wajah Bara yang berdansa dengan penuh ekspresi khidmat. Amelia tersenyum senang. Bara balas tersenyum, senyum melankolis. Dari sudut pandang Bara, terlihat wajah Anikka yang sedang tersenyum, menatap dalam ke mata Bara.


DISSOLVE TO:

INT. KAMAR HOTEL ORPI — MALAM

BARA berbaring menyamping di kasur memegang smartphone, rambutnya sedikit basah. Suara shower samar-samar terdengar. Di dekat kepala Bara terlihat amplop berisi foto.

Layar smartphone menunjukkan gambar sebuah museum rokok, mirip bangunan di korek Anikka. Di bawah layar terlihat jumlah browser tab terlampau banyak. Satu baris bertuliskan alamat gedung di ujung Timur, berkebalikan dengan informasi dari Penjaga Toko Sebelah. Bara menekan-nekan layar, layar berubah menjadi logo salah satu travel app.

AMELIA keluar dari kamar mandi, menggunakan piyama motif bunga yang berbeda dari sebelumnya. Bara terlihat sudah tertidur, smartphone di bawah telapak tangan.

Amelia beranjak ke kasurnya. Amelia bersiap-siap tidur lalu melihat amplop di samping kepala Bara, ia bangun mengambil amplop tersebut dan menaruhnya di atas meja. Amelia kembali ke kasur, menghidupkan lampu tidur, dan menyelimuti diri di bawah selimut.

Lampu tidur di sisi Bara berkedip-kedip lalu mati mendadak, sosok Bara terlihat samar dalam remang-remang.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar