INT. AUDITORIUM TEATER AMPHI — SIANG
BARA dan AMELIA sudah duduk di area tengah. Bara melirik orang-orang di sekitarnya, seakan mencari seseorang. Amelia terlihat sedang membaca sebuah artikel panjang di smartphone.
Lampu auditorium meredup, Bara tak lagi dapat melihat dengan jelas, wajah orang-orang yang ditatapnya berubah menjadi bayangan polos gelap. Bara menoleh ke Amelia. Amelia sudah tidak memegang smartphone, wajahnya terlihat siap menanti pertunjukan. Bara menyandarkan badan dengan lemah sambil menolehkan kepalanya ke panggung pertunjukan.
Cerita yang sama, suara yang sama, semua isi pertunjukan serupa dengan yang Bara ingat tahun lalu. Bara tidak langsung terbawa larut dalam cerita.
KARA
Mata Bara mendadak terbuka lebar. Dadanya terasa tertohok. Ia merasa boneka kertas itu baru saja mengungkap isi hatinya. Bara tidak lagi duduk agak bersandar, ia mulai condong ke depan, menajamkan mata dan memfokuskan telinga.
NARATOR
Amelia menoleh ke samping. Bara terlihat sangat serius menonton, tidak menyadari Amelia melihatnya. Amelia mengembangkan senyum terkulum saat melihat mata Bara yang tajam.
Bara sepenuhnya larut dalam cerita, ia menjadi anak kecil yang dilihatnya. Telapak tangan Bara bergetar seakan merasakan panasnya api yang menyentuh tangan Kara, jarinya refleks bergerak saat duri menyentuh tangan boneka kertas tak bersaraf, nafasnya ia tahan saat Kara sedang menyelam, dan ekspresi Bara ikut uring-uringan ketika ranting Kara tidak kunjung ditemukan.
Tatapan Bara setengah kosong saat adegan Kara bertumbuh besar dalam kesendirian ditemani bercak kegelapan, ia tak tahu harus berpikir apa. Namun tak lama lamunannya pecah, ekspresinya meringis melihat Kara sedang berkerja di desa dengan orang mirip Keong Silang dan Kamelia Tak Berwarna, seakan teringat pengalaman yang tak begitu menyenangkan. Wajah Bara berubah sendu melihat usaha pencarian Batu Api.
Kesenduan Bara memuncak saat melihat Kara menghadap perahu. Bara baru sadar kalau di sudut layar terlihat sosok mirip Keong Silang dan Kamelia Tak Berwarna memandang dari kejauhan. Wajah Bara tetap sama hingga si Anak Laki-laki mulai tertidur pulas, sendu mulai berkurang di raut Bara. Entah mengapa ia terlihat sedikit lega seperti mengerti perasaan Kara. Auditorium mendadak terang benderang.
Amelia bertepuk tangan penuh apresiasi. Bara melihat Amelia, ia baru sadar motif baju Amelia mirip dengan motif pakaian Kamelia Tak Berwarna. Ekspresi Bara tiba-tiba seperi baru mengingat sesuatu. Ia ingin mencoba sesuatu.
BARA
AMELIA
BARA
(tersenyum sedikit, berusaha menahan tawa)
AMELIA
(matanya membulat)
BARA
Bara tertawa kecil. Beberapa orang yang mencuri dengar menutup mulut dengan tangan berusaha menutup suara cekikikan. Amelia tidak tertawa, mendengarkan, ekspresinya setengah sebal.
AMELIA
Ekspresi Bara setengah kaget. Ia baru tahu tentang ini.
BARA
AMELIA
(tersenyum)
Mulut Bara membulat, begitu juga mulut-mulut orang yang duduk di sekitar Amelia dan Bara, mencuri dengar. Mereka mengangguk-angguk dengan mulut setengah menganga.
Bara memasang ekspresi setengah terkejut, bukan karena mendengar lanjutan yang Amelia katakan namun karena mengira Amelia pasti tertawa mendengar lawakan garingnya seperti Anikka dulu. Bara menatap mata Amelia yang berbinar-binar penuh bangga.
CUT TO:
EXT. DEPAN GEDUNG TEATER AMPHI — SIANG
AMELIA dan BARA sedang berdiri di salah satu tiang bangunan dekat tempat masuk gedung auditorium. Amelia membuka notebook, lalu mencentang baris pertama di daftar. Bara melirik ke halaman notebook, membaca cepat. Kata-kata Amelia di auditorium terngiang-ngiang di kepalanya.
AMELIA (V.O.)
(bergema rendah, magis)
Sesuatu terlintas di pikiran Bara. Sebelum Amelia berbicara, Bara menaruh tangannya di atas halaman notebook menghalangi pandangan Amelia.
BARA
(suara agak pelan, ragu)
AMELIA
(menoleh ke Bara)
BARA
(ragu, tidak menatap mata Amelia langsung)
AMELIA
(alis menyimpul, bingung)
Bara mengangkat tangannya ke notebook, lalu berbicara menghadap ke halaman buku.
BARA
(menunjuk halaman buku)
AMELIA
(bingung)
BARA
AMELIA
BARA
(mengangguk)
AMELIA
(ekspresi berpikir, menimbang-nimbang)
Hmmm, boleh. Aku sih ayo.
Bara menghela nafas lega. (Ia merasa tegang rencana impulsifnya kandas. Bara bertekad menimpa ulang pengalamannya tahun lalu, menghilangkan emosi campur aduk yang mengusiknya beberapa hari belakang menjadi emosi yang lebih menyenangkan.)
FADE TO:
INT. BUS SHUTTLE — SORE
Ujung-ujung rambut bergoyang halus menyentuh bahu, senyum memukau, alis melengkung indah, mata bersih berbinar, kaca membiru terselimuti embun, langit ungu membara, deretan pohon tinggi berwarna hijau tua, jok bus dongker berhias awan-awan kecil.
AMELIA dan BARA duduk bersebelahan. Bara di sebelah jendela dan Amelia di dekat lajur berjalan. Bara menatap lekang-lekang setiap fitur wajah Amelia. Ekspresinya penuh perhatian mendengarkan Amelia yang semangat bercerita, namun Bara sebenarnya tidak benar-benar mendengarkan.
Bara mencoba mencari-cari fitur wajah Amelia yang paling disukainya dan dengan sekuat tenaga berusaha menahan bayangan wajah Anikka yang samar-samar setengah muncul menggantikan wajah Amelia yang sedang dilihatnya.
FADE TO:
INT. ATRAKSI TEROWONGAN BANYU — MALAM
BARA dan AMELIA duduk di sofa area tunggu, mereka sudah memakai jas hujan, gelang bertali yang mengikat mereka di pergelangan tangan juga sudah terpasang. Bara dan Amelia duduk tenang tanpa berbicara.
Bara membalik-balik halaman majalah dengan pelan dan malas. Matanya setengah melamun seakan tidak benar-benar membaca majalah seperti sedang memikirkan sesuatu.
Amelia memabaca brosur dari rak di sebelahnya, matanya fokus dan serius. (Brosur yang di baca adalah tentang legenda tempat wisata di area Bara dan Amelia berlibur)
Lampu tanda boleh masuk tiba-tiba menyala. Bara refleks menoleh ke sana, ia kemudian menoleh ke Amelia yang masih fokus membaca brosur. Pegawai atraksi terlihat kembali. Bara beranjak dari tempat duduk, mata Amelia masih melekat ke brosur.
CUT TO:
INT. DALAM TEROWONGAN BANYU — MALAM
BARA dan AMELIA berdiri tak bergerak selama beberapa saat setelah melewati pintu, menyesap suasana remang nan sunyi. Pemandangan di depan Bara persis seperti yang ia lihat setahun lalu.
Bara menutup mata, mencoba mengusir memori tahun lalu di tempat ini bersama Anikka. Jari kelingking kiri Bara tanpa ia sadari mengait ke gelang tali Amelia.
Bara menoleh ke kiri, masih menutup mata, kelopak matanya membuka, perlahan-lahan menunjukkan wujud Amelia yang sedang menengadah ke atas, mengagumi tiruan stalaktik yang seindah aslinya.
Amelia yang melangkah duluan. Ia bergerak menuju mural di sisi kiri, namun ia merasa ada yang menghambat gerak tangan kanannya. Amelia melihat kelingking Bara mengait di gelang, ia lanjut melihat ke Bara yang menatap suram ke mural di sisi kanan. Ekspresi Bara tidak terlihat jelas oleh Amelia di bawah penerangan yang remang.
Amelia tersenyum tipis.
AMELIA
(menunjuk mural di sisi kanan)
Bara terlepas dari lamunan. Ia hanya mengangguk pelan. Mereka berdua mulai berjalan menyusuri mural di sisi kanan.
Selama menyusuri mural jari-jari Bara tidak lepas dari mural. Indra-indra Bara seakaan menjadi lebih sensitif, lebih intens, lebih emosinal. Ujung jarinya merasakan semua kerutan, ceruk, dan kasarnya permukaan dinding yang menggores kulitnya. Suara tetesan terdengar lebih besar dan penuh gema di gendang telinganya. Suara dengkuran halus paus seakaan diteriakan hanya sejengkal dari daun telinga. Perubahan kedipan lampu dan api-api penarangan yang bergoyang halus mengernyitkan mata Bara setiap saat.
Bara mencoba tidak memperdulikan itu. Matanya terus menyenteri gambar ke gambar. Ia sekuat tenaga berusaha menenggelamkan kilasan memori tentang Anikka. Jari kelingking Bara tidak lagi mengait ke gelang Amelia. Tangannya sekarang sudah menggenggam tangan Amelia. Bara lagi-lagi tidak menyadari ini.
Amelia sesekali mencuri pandang ke Bara. Merasa kagum pada Bara yang bisa tenggelam jiwa-raganya menikmati juga menghidupi kisah di depan mata. Ekspresi Amelia terlihat semakin lebih senang dan menikmati mural tiap selesai mencuri pandang ke Bara.
Setengah perjalanan, suara-suara atmosferik bawah laut semakin intens dan semakin bergema.
Tiba-tiba jendela rahasia kecil di tembok mural terbuka. Kepala siluman laut meloncat keluar dengan ekspresi menakuti. Sebelum jendela benar-benar terbuka Bara langsung membuang muka dengan mata tertutup, masih terbawa lamunan. Di pikirannya wajah yang akan keluar adalah wajah Anikka. Tangannya yg bebas refleks menangkup wajah siluman dan mendorong kepala itu ke belakang.
Amelia terlihat kaget. Awalnya ia akan berteriak namun berhenti saat melihat tingkah Bara. Amelia lalu tertawa.
Suara tawa Amelia membuka mata Bara. Namun kepala yang terlihat adalah Anikka sedang tertawa.
AMELIA
(setengah tertawa)
Kepala Anikka langsung tergantikan dengan kepala Amelia. Bara menyungging senyum canggung, bulir-bulir keringat menghiasi mukanya.
Mendekati ujung terowongan, pintu bercahaya sudah terlihat. Amelia membaca instruksi yang menempel, Bara berdiri diam menghadap pintu, tangan kanannya mengepal keras, kesal dengan tingkahnya barusan.
AMELIA
BARA
(masih melihat pintu)
Cahaya yang mengelilingi pintu berubah merah, pantulannya membuat bola mata Bara ikut berwarna merah.
BARA
(menoleh ke Amelia)
Amelia sedikit terkejut melihat raut serius Bara. Amelia lalu tersenyum.
AMELIA
Bara melihat Amelia selama beberapa di detik. Wajah Anikka kembali mengganti wajah Amelia. Ekspresi Bara tidak berubah, bulir-bulir keringat tidak lagi terlihat. Ia tak lagi terlihat cemas ataupun bingung, kali ini amarah menyelimuti Bara. Ia meremas ringan tangan Amelia sebelum melepas genggaman tanganya.
BARA
(bergumam selagi melewati pintu)
Setelah melewati pintu, suara gemuruh air menyambut, bergema dan menenggelamkan suara-suara dari luar, suara paus sesekali terdengar.
Bara berjalan dengan mantap, pandangannya lurus ke depan, rautnya penuh tekad. Di kepala Bara hanya terlihat pintu keluar saja. Tidak ada cahaya-cahaya berpendar di penglihatannya, tidak ada suara yang terdengar di pendengarannya. Hanya sunyi di telinga dan pintu di mata.
Bara berhenti sebelum melewati tirai di ujung titian. Ia menarik nafas dalam memantapkan niat. Ia membayangkan Anikka menatapnya tanpa ekspresi, sedang jatuh ditelan jurang dengan tangan terbuka lebar, melebur dengan gelap.
Ia berjalan melewati tirai tanpa menyibaknya, dan langsung bergerak menuju tombol, menekannya dengan kepalan tanpa jeda. Indranya kembali normal. Suara sayup-sayup kembali terdengar. Bara bersandar.
Bara menangkup lemas mulutnya dengan tangan bergelang. Ia menghembus nafas dari sela-sela jari.
BARA
Bara mencari posisi bersandar agar lebih nyaman, dan ia menutup mata, menunggu.
10 detik berlalu. Bayangan Anikka jatuh kembali muncul dipikiran Bara.
15 detik berlalu. Bayangan Anikka terus muncul berulang-ulang.
20 detik berlalu. Bayangan mulai berulang, menimpa bayangan sebelumnya yang bahkan belum selesai.
25 detik berlalu. Ekpresi wajah Anikka mulai berubah-ubah. Tak berekspresi. Sedih. Ceria. Cemberut. Cemas. Takut. Kecewa.
30 detik berlalu. Bayangan tiba-tiba berubah. Bara melihat dirinya jatuh ke jurang. Ekspresinya berubah-ubah cepat. Cemas, takut, kecewa.
Bara (V.O.)
(terdistorsi & bergema)
Bara membuka mata, bulir keringat kembali muncul, bibirnya kering, ia menelan ludah pekat. Bara menoleh ke arah tirai, menatapnya lekat.
Bara mengangkat lengan melihat jam, tidak sabar menunggu. ia sadar bahwa dirinya tidak memakai jam tangan. Waktu baru berlalu 30 detik tapi tidak bagi Bara. Gerak tubuhnya terlihat bingung harus apa.
Bara memutuskan berjalan kembali ke tirai. Namun, tangannya terhalang sesuatu. Di tempat tirai berada muncul sebuah pintu segelap dinding di sekitar. Bara mendorong-dorong pintu, rautnya semakin bingung. Ia menoleh ke bawah dan menemukan kenop pintu. Bara menghabiskan waktu memutar-mutar kenop berkali-kali sebelum pintu akhirnya terbuka.
ANIKKA
(gestur menakut-nakuti)
Bara mematung. Tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya.
SILUMAN IKAN B
(melambai tangan dengan bingung)
Terdengar suara di ujung lain area jurang.
SILUMAN IKAN C
AMELIA
(berteriak sekuat tenaga)
Bara terlepas dari lamunan sosok Anikka telah berubah menjadi seseorang dalam kostum siluman
AMELIA
(manyun)
SILUMAN IKAN B
(masih melambai tangan)
BARA
Amelia menyadari kehadiran Bara dan melambai. Bara balas melambai.
BARA
SILUMAN IKAN B
BARA
(ekspresi setengah kaget)
AMELIA
(tersenyum mengejek)
BARA
Bara mengembangkan senyum palsu.
FREEZE FRAME
DISSOLVE TO:
INT. KAMAR HOTEL ORPI — TENGAH MALAM
BARA berdiri memandangi amplop coklat berisi cetakan foto-foto. Baju, tas, dan barang-barang terlihat berserakan di atas kasur. Suara air dari shower samar-samar terdengar.
Ekspresi Bara terlihat sedang menimbang-nimbang sesuatu. Tangan kanan Bara melayang ragu sejenak saat ia hendak membuka amplop. Bara membuka amplop, mengeluarkan setumpuk foto, dan menaruh amplop di atas kasur.
Bara berdiri mematung. Tubuhnya tidak bergerak, otot wajahnya tidak bergeser membentuk ekspresi. Hanya bola mata yang bergeser memindai didampingi tangan bergerak robotis menggeser foto yang telah di lihat ke belakang. Jari telunjuk membatasi foto pertama dan terakhir.
Suara air tidak lagi terdengar. Bara masih menyesap foto-foto, bibirnya kering. Suara pintu kamar mandi terbuka. Bara terlihat sedikit terkejut. Ia dengan cepat mengembalikan urutan foto seperti semula, memasukkan foto ke dalam amplop, dan mulai membereskan barang di atas kasur.
AMELIA keluar dari kamar mandi, sudah menggunakan piyama motif bunga-bunga. Ia melihat Bara memasukkan barang ke dalam tas.
AMELIA
BARA
AMELIA
(mengangguk-angguk kecil)
BARA
Bara mengambil baju ganti dan langsung bergegas masuk kamar mandi. Pandangan Amelia megikuti Bara dan kasur hingga pintu kamar mandi tertutup. Amelia kembali melihat sisa baju dan barang-barang lain masih berserakan di atas kasur Bara. Suara keran diputar terdengar.
Dari bawah, shower terlihat mengucurkan air. Tetesan-tetesan air terlihat menubruk jatuh di dekat sepasang kaki. Suara keran berputar. Exhaust fan menghirup uap panas ke luar. Embun menumpuk di atas permukaan cermin, ada bayangan buram tidak bergerak terpantulkan. Tampak pintu kamar mandi terbuka dari luar. Sudut pandang sepasang mata bergeser ke samping. Terlihat dua kasur single bed. Satu kasur terisi seseorang tidur tertutupi selimut. Kasur lainnya tidak terisi, di atas terlihat tumpukan pakaian dan barang-barang tersusun rapi.
Bara beranjak ke kasur, ia melihat sesuatu di antara barang-barangnya. Jari Bara mengambil barang itu dan menganggkatnya ke depan muka. Korek api mancis. Milik Anikka.