melancholic traces of ghost
14. Hari 3 (2)

EXT. PANTAI B - TROTOAR KAYU — PAGI

Cekrek. BARA memfoto sebuah perahu laut coklat di pantai. Bekas-bekas pasir dan garis basah menghiasi perahu itu. Ada seekor burung sedang bertengger menghadap bagian dalam perahu. Bara menoleh ke sampingnya. AMELIA tidak terlihat.

Awalnya Bara tidak merasa apa-apa. Namun, dadanya mulai berdetak kencang, rasa panik perlahan-lahan muncul ke permukaan. Ekspresi Bara seketika penuh kebingungan, ia setengah panik mencoba menoleh ke kiri dan ke kanan, melihat ke sana dan kemari,ia tidak mengerti kenapa, tapi ia mencari-cari Amelia. Peluh mulai keluar dari pori-pori wajah Bara.

Kring. Suara bel sepeda menggema. Bara refleks menoleh cepat ke arah suara. Tidak jauh dari Bara, Amelia sedang menggerek sepeda tandem di sampingnya berjalan mendekat. Ia tersenyum melihat Bara.

Dari awal Amelia sebenarnya terlihat, namun Bara entah kenapa tidak bisa melihat sosoknya.

AMELIA

Kok panik gitu mukanya.

(tertawa kecil)

BARA

(berbohong)

Engga kok, kaget sebentar tadi ada burung lewat depan kamera.


Seekor burung terbang rendah di depan hadapan Bara. Bara tidak bereaksi, tak bergeming sama sekali.


AMELIA

Oh? Kirain.


Amelia membunyikan bel dua kali dengan semangat, lalu melihat ke Bara.

Amelia

(tersenyum lebar)

Aku di depan ya.


DISSOLVE TO:


EXT. PANTAI B - TROTOAR KAYU JALUR SEPEDA — PAGI

Suara gir sepeda berputar harmonis. Pedal dan ritme kayuhan juga mulus. BARA terkadang tidak mengayuh dan hanya menempelkan kakinya di pedal, setengah melamun larut dalam pikirannya sendiri. AMELIA tidak sadar, ia terlalu bersemangat mengayuh sepeda dan bermanuver melewati pesepeda lain yang lebih lambat.

Angin menghembus sejuk menyentuh Bara dan Amelia. Peluh-peluh tertiup lepas dari kulit. Amelia mengembangkan senyum lebih lebar. Rambut french bob Amelia berkibar indah. Bara memperhatikan kibaran rambut itu dari belakang, namun dalam pikiran Bara yang tergambarkan adalah rambut pendek orang lain bergelombang pelan sama indahnya.


DISSOLVE TO:


EXT. PANTAI B - DEPAN BOOTH SEPEDA — SIANG

AMELIA

(dengan ceria)

Fiuh. Seru juga ya balapan.


BARA

Ga pegal?


AMELIA

Ah lebih pegal duduk depan laptop kali.


Amelia tertawa kecil. Bara hanya tersenyum tipis melihatnya.

BARA

(ke penjaga booth)

Boleh minta tolong foto?


Penjaga Booth sepeda menggangguk dan mengambil kamera dari tangan Bara yang sudah terjulurkan. Bara dan Amelia berdiri dengan sepeda berdiri melintang di belakang mereka, berpose.

Penjaga booth melihat Amelia dan Bara melalui viewfinder. Ia lalu melepaskan pandangan dan melihat langsung ke Bara dan Amelia. Ia bingung, ekspresinya menunjukkan ia mengingat wajah Bara tapi merasa tidak familiar dengan Amelia. Penjaga booth mengira Amelia adalah orang lain.

Bara mengucapkan terima kasih, ia menyadari sesuatu saat melihat film counter ketika mengambil kameranya.


CUT TO:

EXT. CAFE AMBROSIA — SIANG

BARA sedang melihat menu makanan. Matanya bergerak cepat membaca baris demi baris menu. Dia entah kenapa tidak bisa menentukan pilihan makanannya. Tanpa Bara sadari seorang pelayan datang mendekati meja Bara dan AMELIA.

AMELIA

(ke pelayan)

Air kelapanya...

(ke Bara)

Kamu mau juga?

Bara melihat ke Amelia. Ia menggeleng.

AMELIA

(ke pelayan)

Satu ya. Sama nasi goreng ayam Mediterania satu.

Bara belum tahu ingin makan apa namun ia tidak ingin membuat Amelia atau pelayan menunggu. Bara menutup matanya, dan memilih makanan pertama yang ia lihat. Ia juga mengulang metode ini untuk memilih minuman.

BARA

Saya gyro pita kebab sama teh karteraki.

Bara lagi-lagi merasa deja vu namun ekspresinya bingung tidak tahu kenapa.


CUT TO:

Bara dan Amelia terlihat berbincang-bincang, minuman mereka sudah di atas meja, terlihat minuman itu sudah diminum lebih dari setengahnya.

Bara

(sedikit terkejut)

Oh kamu udah pernah main ke daerah sini?


AMELIA

(ikut terkejut)

Eh, aku belum bilang ya.


BARA

Aku ga ingat sih.


AMELIA

(ekspresinya kembali ceria)

Udah ke mana aja dulu?


Bara TERLIHAT bercerita singkat ke mana saja tempat yang pernah ia datangi sebelumnya. Kadang ia berhenti di tengah cerita, ekspresinya setengah bingung setengah baru menyadari sesuatu, memori liburannya tahun lalu yang dipendam paksa mulai muncul lagi dalam pikiran Bara dengan lebih jelas.

AMELIA

Wah. Wah. Harusnya kita obrolin dulu ya kemarin-kemarin. Banyak banget yang sama-sama kita suka.

BARA

Iyaya, harusnya aku nanya juga.

Makanan pesanan Bara dan Amelia sudah tiba, dan pelayan langsung menaruhnya di atas meja mereka

Amelia

Nanti habis mandi kita tulis satu-satu yuk.

Bara mengangguk halus sebelum mulai fokus menyantap makanannya.


CUT TO:

INT. LOBI HOTEL MIRARI — SIANG

AMELIA sedang menaiki tangga. Tidak ada BARA di sampingnya. Saat sudah di tengah tangga Amelia menoleh ke belakang. Bara terlihat sedang berbicara dengan salah satu resepsionis. Bara menyadari Amelia melihat ke arahnya

BARA

(tak bersuara)

HA BI IS


Bara menggerakkan mulutnya berlebihan tanpa suara, tangannya menunjuk-nunjuk ke kamera. Bara menoleh ke resespsionis lanjut mendengarkan. Ia lalu melihat ke arah Amelia, dan berkomunikasi dengan cara yang sama.

BARA

(tak bersuara)

MA U CUCI DU LU. MANDI DU LU AN A JA.


Amelia mengangguk-angguk mengerti, ia tersenyum dan memberi lambaian manis ke Bara sebelum berbalik naik. Bara membalas dengan senyum tipis khasnya sambil melambai singkat ke Amelia. Bara kembali melihat ke resepsionis yang berbicara sambil membuat gerak tangan tanda menjelaskan arah ke suatu tempat.


CUT TO:


INT. KAMAR HOTEL ORPI — MALAM

BARA baru keluar dari kamar mandi, rambut ikalnya bergoyang-goyang sedang dikeringkan dengan handuk. Bara menatap ke meja di ujung ruangan. Sebuah amplop agak besar bertuliskan nama toko percetakan film dapat terlihat di atas meja.  

Bara lalu menoleh ke AMELIA. Ia sedikit terkejut saat melihat Amelia duduk di atas ranjang, menulis di sebuah buku kecil. Amelia menangkap ekspresi terkejut Bara.

AMELIA

Hehe, aku selalu bawa notebook kemana-mana. Ga cuma kalo kerja. Aneh ya?

Amelia mengangkat notebook miliknya, menampilkan cover.

Bara melihat cover notebook Amelia bermotif bergaris-garis, Bara mengedipkan mata dan motif berubah menjadi gambar bunga, ekspresinya menenang.

BARA

Eh, engga kok.

Bara berjalan ke arah meja. Ia mengambil amplop hendak membuka isinya.

AMELIA

(nadanya sedikit pasrah dan kecewa)

Haaa.. Cuma sempat sepuluh tempat nih, termasuk teater besok.

Bara menoleh ke Amelia, ia tidak jadi membuka amplop. Bara berjalan mendekati ranjang Amelia. Ia membawa amplop itu dan menaruhnya di atas ransel miliknya.

BARA

Coba liat.

Bara melihat sekilas baris-baris tulisan di notebook. Semua daftar destinasi persis seperti yang ditulis dalam notebook Anikka, hanya berbeda urutan saja.

BARA

Ga apa kok. Ga usah dipaksain. Kan bisa datang lagi tahun depan kalo mau.

Mata Amelia melihat ke atas, berpikir, mempertimbangkan. Ia lalu melihat Bara dan menggangguk setuju dengan senang. Amelia mulai bercerita dengan gerak tangan bersemangat mengenai apa yang baru ditulisnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar