EXT. BANDARA - ARRIVAL GATE — SIANG
BARA berjalan pelan melewati pintu kaca otomatis, senyum tipisnya terpasang di muka. AMELIA berjalan di samping Bara menggunakan pakaian yang berbeda namun tetap bermotif bunga-bunga, tangannya memegang brosur tempat mereka berlibur.
Di depan Bara dan Amelia, terlihat satu orang laki-laki berjas dan beberapa perempuan berkostum tradisional menyambut setiap orang yang keluar dari bandara. Bara mengenali salah satu dari perempuan yang berkostum tradisional, dan melihat ke arahnya.
Perempuan itu baru saja memasang kalung tali ke sebuah pasangan, ia menangkap tatapan Bara. Ekspresi perempuan penyambut itu menunjukkan bahwa ia juga mengenali Bara. Ia berjalan mendekat ke Bara dan Amelia, lalu memakaikan kalung bunga masing-masing satu kepada mereka. Senyum manis nan formilnya masih belum berubah.
PENYAMBUT
Bara menoleh ke Amelia sesaat, Amelia sedang tersenyum kepada penyambutnya. Bara lalu juga membalas senyum yang ia dapatkan.
Saat berada di dalam taksi, Bara tidak bisa melepaskan pandangannya dari area arrival gate. Bara tidak melihat ada sosok yang dipakaikan dua kalung bunga tahun ini.
CUT TO:
INT. LOBI HOTEL MIRARI — SORE
BARA berdiri di tengah-tengah lobi hotel. Hanya ia sendiri yang terlihat, dikelilingi cermin-cermin yang mengisi sisi hotel, bayangannya terpantulkan di semua cermin. Bara menyapu pandangan memperhatikan cermin-cermin itu. Lalu, bayangan di cermin-cermin itu menunjukkan AMELIA yang berdiri di samping Bara menoleh melihat wajah Bara. Wujud Amelia sendiri belum terlihat.
Bara menoleh ke sebelahnya, dalam kehampaan tiba-tiba sosok Amelia muncul, melihat matanya lekat. Sekejap lobi hotel diisi oleh orang-orang berlalu lalang, begitu pula bayangan-bayangan di cermin. Bara menggeleng mencoba lepas dari lamunan, ia tersenyum ke Amelia yang berekspresi sedikit bingung. Bara lalu menggestur dengan kepala untuk berjalan ke meja resepsionis.
Amelia menunjukkan hp kepada RESEPSIONIS A sambil tersenyum. Meja besar itu kali ini dijaga dua orang. Resepsionis memeriksa kode booking dengan teliti, dan tak lama ia memberikan kunci langsung ke Amelia.
RESEPSIONIS A
(sambil tersenyum lebar meperlihatkan gigi)
Bara dan Amelia beranjak naik tangga. Bara menoleh ke belakangan melihat ulang suasana lobi, ekspresinya seakan menunjukkan bahwa ia baru mengalami sesuatu yang janggal, sesuatu emosi yang belum pernah ia rasakan saat datang ke sini tahun lalu.
CUT TO:
INT. KAMAR HOTEL MIRARI — SORE
Remang. Bunyi pintu kamar dibuka. Sosok BARA dan AMELIA terlihat. Amelia masuk terlebih dahulu, menekan saklar lampu. Bentuk kamar ini persis dengan kamar Bara di tahun lalu, dua tempat tidur terpisah oleh satu kabinet kecil, dan dua lampu tidur menempel dinding di bagian terluar kedua tempat tidur, wallpaper-nya juga persis sama, namun entah mengapa Bara tidak merasa kamar ini sesuram yang ia ingat dulu.
AMELIA
Bara menarik nafas bersiap masuk ke dalam kamar. Setelah di dalam ruangan ekspresinya kembali bingung, ia lagi-lagi tidak merasa kamar itu terlalu luas seperti yang ia ingat. Bara lalu menekan saklar lampu untuk menghidupkan dua lampu tidur. Kedua lampu itu langsung hidup terang tanpa berkedip-kedip.
Bara melihat Amelia sedang mengeluarkan isi tas di atas ranjangnya. Bara pun mulai mengeluarkan isi tas. Bara membuka bagian terluar dari tasnya, Bara mengeluarkan kamera analog dari sana. Ekspresi Bara sedikit terkejut saat melihat ke dalam tas setelah mengeluarkan kamera. Ia terlihat setengah melamun.
AMELIA
Bara dengan cepat menoleh ke Amelia. Bara mencoba fokus ke keadaan sekarang.
BARA
Ekspresi Amelia semakin ceria, ia terlihat seperti akan menikmati liburan ini. Melihat ekspresi Amelia, Bara memutuskan untuk menikmati liburan kali ini bersama Amelia dan berusaha tidak berpikir hal tak penting.
CUT TO:
EXT. PANTAI A - TROTOAR KAYU — MALAM
BARA dan AMELIA terlihat berjalan berdampingan. Mereka berdua terlihat berganti-gantian berbicara dan mendengarkan satu sama lain. Kerlap-kerlip lampu jalan dan kerlap-kerlip lampu di seberang pantai menghiasi. Banyak orang juga berjalan-jalan seperti mereka berdua tapi suasana tidak terasa ramai dan lenggang. Kerumunan penampil jalanan yang biasa ditemukan di siang hari tidak terlihat.
Bara dan Amelia berhenti saat melihat seorang penjual ketoprak. Mereka berdua duduk di batu-batu bulat menunggu makanan selagi penjual memasak. Angin malam sepoi-sepoi mengoyang-goyang halus rambut mereka berdua, Bara dan Amelia menikmati angin dengan syahdu ditemani suara gesekan alat masak dan deru halus suara kehidupan malam. Bara menengadah ke atas melihat bintang yang berkerlp-kerlip. Amelia menatap lurus ke depan ke arah pantulan lampu-lampu di permukaan air laut.
Saat makanan sampai, mereka berdua terlihat senang, dan melempar senyum jahil ke satu sama lain saat sedang menyuap makanan, bercanda ria agar orang yang ditatap tidak bisa menahan keluar makanan yang baru masuk ke dalam mulutnya.
Bara berhenti makan sejenak, mengambil kamera analognya, lalu mengarahkan ke Amelia. Amelia menyadari gelagat Bara dan memasang senyum manis ceria sambil memegang wadah makanan. Cekrek. Sinar flash kamera meninggalkan warna putih terang benderang di penglihatan semua orang.
INT. KAMAR HOTEL MIRARI — MALAM
BARA terbangun di tengah malam. Langit-langit kamar yang temaram menyambut pandangannya. Ekspresinya setengah mengantuk setengah bingung. Sebuah titik imajiner perlahan-lahan muncul di langit-langit kamar, namun Bara mengubah posisi berbaring menjadi menyamping di atas sisi kiri badannya. Ia tidak ingin berpikir apa-apa.
Bara melihat AMELIA tertidur tenang berselimut di ranjang sebelahnya. Dengan pandangan sayu Bara dapat melihat sebagian kerah dan lengan piyama Amelia yang bermotif bunga-bunga. Tak lama mata Bara menutup dan gelap kembali menghiasi penglihatannya.