INT. KAMAR HOTEL ORPI — PAGI
Mata BARA terbuka lebar. Wajahnya terlihat segar seperti telah tidur nyenyak berabad-abad, ia mengulat habis dalam posisi terbaring sambil menggosok-gosok mata, melenguh halus merasakan nikmatnya bangun pagi. Ia berganti posisi menjadi duduk di kasur, dan menoleh ke kiri ke kasur tempat Anikka tidur.
Bara
Nafas Bara tercekat. Ia terkejut. Tak ada siapa-siapa di kasur sebelahnya. Tidak ada Anikka. Kasur itu rapi seakan tak pernah ada orang yang tidur di atasnya tadi malam. Rapi, tanpa cacat, tidak terasa ada sisa hawa keberadaan manusia di sana.
Bara beranjak dari tempat tidurnya, memasukkan kaki ke sandal hotel. Ia masih memperhatikan kasur Anikka tapi berjarak, ia seakan tidak punya tenaga untuk mendekati bahkan menyentuh kasur itu.
Ia berjalan ke kamar mandi, membuka pintunya yang tertutup. Cermin di kamar mandi sedikit berembun, tersisa satu handuk bersih di rak. Bara mengelap embum cermin sejajar muka sekali gerakan, ia melirik ke wastafel, hanya sikat giginya yang masih bersandar di dalam gelas. Ia keluar dari kamar mandi menuju pintu kamar, rak sepatu juga hanya dihias satu pasang sepatu. Tanpa ekspresi Bara membuka pintu kamar, melangkah keluar, dan menutup pintu pelan di belakangnnya. Pintu diam tak bergeming.
FREEZE FRAME:
TITLE CARD: melancholic traces of ghost
CUT TO:
INT. RUMAH BARA — SORE
Badan BARA terlihat lesu walau ekspresinya datar tak beremosi, ia menelusuri ruang dengan mata yang tidak fokus. Bara menaruh lemah tasnya di atas kasur, ia lalu beranjak ke dapur membuka kulkas dan mengambil botol air lalu menuangnya ke gelas kaca. Air diminum sedikit, hanya satu teguk. Ia tidak bergerak, menatap kosong ke titik imager di depannya seperti malam pertama di hotel beberapa hari lalu. Satu bulir air mata menetes dari ujung mata kirinya, Bara tidak berkedip.
Bara menarik nafas dan menghembuskannya dengan hidung, lanjut memasukkan botol air ke dalam kulkas yang terbuka dan menutupnya. Bara kembali sadar bahwa banyak yang menempel di pintu kulkas. Kumpulan foto-foto polaroid di kantor, sekumpulan stiker penghias, beberapa post-it bertuliskan nama-nama proyek kerja, dan kalender kecil dengan beberapa angka dilingkarkan tanpa pola yang jelas.
Bara menatap pintu kulkas, ekspresinya belum berubah, ia berkedip tiap beberapa saat ketika menatap pintu kulkas agak lama. Tiba-tiba ia menenggak habis air di gelas sekali teguk, dan menaruh gelas ke meja, bunyi gelas kaca yang bertemu dengan permukaan keramik meja bergema halus berulang-ulang dan hilang perlahan. Di gelas kosong terpantul bayang samar kulkas.