INT. CAFE AMBROSIA — PAGI
BARA duduk di meja di tengah Cafe Ambrosia. Jejak-jejak makanan terlihat di atas piringnya yang kosong, peralatan makan tertata rapi, teh dalam gelasnya tersisa setengah, biskuit tampak belum tersentuh.
Meja-meja yang bersebelahan langsung dengan Bara kosong tidak diisi oleh siapapun, namun meja-meja lain yang berada di sudut dan jauh dari Bara terisi, semua meja itu ditempati lebih dari satu orang.
Bara mengambil biskuit, wajahnya menghadap ke depan, menatap titik imaginer di luar, tatapanya tidak berekspresi menembus kaca Cafe Ambrosia, fokus ke titik imajiner. Bara menggigit biskuit, arah tatapannya tidak berubah, ia mengunyah biskuit sangat pelan dengan bibir terkatup. Tidak ada yang menyadari keberadaanya, Bara tidak mengetahuinya, tetapi uap kesendirian menyeruak keluar dari diri Bara.
CUT TO:
EXT. ALUN-ALUN — PAGI
Ekspresi yang terpasang di wajah BARA lebih stoic dibandingkan tadi malam. Tidak terlihat kebimbangan sama sekali, matanya sibuk mencari-cari objek foto yang bisa ia potret, isi pikirannya hanya itu saja saat ini, ingin kembali menikmati liburannya.
Bara tampak ragu untuk berfoto di tugu kota. Namun, tak lama ia beranjak ke tugu.
Bara dengan susah payah menyeimbangkan kamera di atas bola semen untuk bisa berswafoto. Seseorang berbaju garis-garis dari kejauhan memperhatikan Bara, wajahnya samar-samar.
Bulir-bulir keringat kecil sudah muncul di dahi Bara saat ia berhasil memosisikan kamera. Bara pun menekan tombol timer kamera, dan bergegas berdiri di sebelah tugu. Ia terlihat bingung ingin berpose, kamera memotret dirinya dalam wujud kebingungan.
Sebelum Bara sempat berjalan untuk mengatur ulang kamera, seorang wanita berbaju garis-garis berkalung kamera datang mengambil kamera Bara, perempuan ini adalah Anikka.
ANIKKA
Bara masih terbawa rasa bingungnya tadi, ia langsung mengangguk mengiyakan, ia belum melihat wajah Anikka.
ANIKKA
Bara sudah yakin berpose apa, ia membuka senyum mulutnya lebar dan merapatkan gigi-giginya dan menunjuk ke tugu dengan kedua jari telunjuknya, pose sengaja konyol dan canggung. Ia melihat ke arah Anikka, setengah wajah Anikka terhalang kamera, Bara masih belum tahu rupa utuh wajah Anikka, dan ia pun menggangguk pelan. CEKREK!
Bara berjalan menuju Anikka, tatapan matanya hanya jatuh ke kamera bahkan sampai ia mengambil kamera dari tangan Anikka, ia masih belum terpikirkan untuk benar-benar memperhatikan wajah Anikka.
ANIKKA
(sambil memberikan kamera miliknya sendiri)
Bara mengangguk santai saat mengambil kamera Anikka, ia berdiri di tempat Anikka sebelumnya berdiri. Bara menelaah kamera yang dipegangnya, ia belum pernah menggunakan kamera semacam ini sehingga sedikit ragu tombol mana yang harus ditekan, saat mencari-cari tombol memotret ia tidak sengaja mengaktifkan flash kamera.
Setelah yakin tombol mana yang perlu ditekan, Bara lansgung menempelkan kamera ke matanya dan menyorot wajah Anikka. CRASSS! Tombol potret pun ditekan, warna putih flash memenuhi penglihatan Bara di viewfinder. Bara berdiri kaku tidak bergerak, ekspresi wajahnya masih datar tapi matanya terpukau, ini pertama kali ia benar-benar memperhatikan wajah Anikka, pose yang diperagakan Anikka menambah intensitas keterpukauannya.
Anikka berdiri santai di sebelah tugu, rambutnya model bob pendek bergelombang, anting berbentuk lambang sekop menempel di cuping telinga, telapak kirinya menempel ke pipi seakan sedang menopang wajah, dan jari kanannya membentuk pose gunting horizontal dengan mata kanan berada di antara dua jari tersebut pada wajah yang dihiasi kacamata berlensa warna, mulut Anikka juga dipasang tertutup membulat.
Bara sadar bahwa ia sedang termangu dan buru-buru mendekati Anikka mengembalikan kamera untuk menutupi tingkahnya.
BARA
(tersenyum tipis, memberikan kamera Anikka)
ANIKKA
(mengalungkan kembali kameranya)
(beranjak pergi, sambil melambaikan tangan sedikit)
Bara memperhatikan sebentar kepergian Anikka, yang ia tidak tahu namanya, dan lanjut melihat-lihat alun-alun tanpa memikirkan keterkejutan yang ia rasakan saat memfoto Anikka tadi. Ekspresi Bara seakan mengingat sesuatu.
BARA
Bara lanjut berjalan-jalan mencari objek foto. Ekspresinya lebih santai, moodnya telah membaik.