Meet Me at the Library
6. Menikmati Pertanyaan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH ANDROMEDA — NIGHT

Insert title:

BAGIAN 6:

MENIKMATI PERTANYAAN

Andromeda meletakkan kunci di wadah, melepas sepatunya. Bunyi kunci digital pintu terdengar.

Ruangan masih gelap. Saat lewat, lampu menyala menggunakan sensor gerak.

Pintu kembali terbuka, suaminya datang.

SAGARA

Baru dateng?

Andromeda mengangguk.

SAGARA

(ke HP)

Ok, Google. Turn the lights on!

Saat lampu menyala, terlihat rumah minimalis dengan perabotan seadanya. Hanya ada rak buku yang penuh dengan buku arsitektur dan manajemen.

Dapurnya modern dan langsung bergabung dengan ruang tengah. Ruang tamu dipisahkan dengan karpet warna berbeda. Tiga pintu berselebahan: kamar tidur mereka, kamar mandi, dan kamar bayi yang pintunya masih belum dicat.

SAGARA

Aku buatin teh ya.

Tanpa jawaban, Sagara berjalan ke dapur, menyiapkan air dan seduhan.

Andromeda duduk di sofa, menaruh tasnya di meja.

SAGARA

Gimana meeting tadi?

Andromeda tidak menjawab, hanya melihat Sagara dengan tatapan lelah.

SAGARA

That bad, huh?

Sagara menyajikan teh di meja dan mengambil tas Andromeda, menaruhnya di sofa.

SAGARA

Kok nggak diminum tehnya?

Andromeda kembali melihat Sagara, mengelus perutnya yang semakin mengembung.

Sagara menghela napas, kemudian duduk di sampingnya. Tangannya meraih gelas teh dan mendekatkannya ke mulut Andromeda. Perlahan.

Andromeda tersenyum, mengelus paha Sagara.

ANDROMEDA

Kacau! Gimana mereka bisa bikin keributan pas hari penting kayak gini?

Andromeda yang tiba-tiba berdiri, mondar-mandir di depannya. Sagara sedikit tersentak.

ANDROMEDA

Laras juga lagi cuti. Jadi nggak mungkin aku tiba-tiba telpon buat dateng. Ella untungnya masih tenang dan nggak macem-macem. Dia emang paling dewasa dari semuanya.

Sagara menaruh teh di meja.

ANDROMEDA

Dira juga akhirnya lebih berguna. Walaupun nggak sebagus Najwa atau Laras, dia masih bisa ngendaliin massa selama aku di ruangan.

Beat.

Sagara hanya menunggu. Tanpa menyela.

ANDROMEDA

Kinara justru malah memperparah keadaan. Kung Arbi juga gitu. Nggak becus ngurusin istrinya. Mereka ini emang dua wild card.

Beat.

Andromeda duduk sebentar, kemudian berdiri lagi.

ANDROMEDA

Kung Arbi lagi. Udah tau istrinya nggak seneng dia ke perpus, masih aja mau kerja di sana. Kamu tahu kan gimana ibu-ibu kalo udah marah?

SAGARA

Aku (pause) bisa bayangin.

ANDROMEDA

Pokoknya semuanya harus aku kendaliin sendiri. Manusia itu rumiiit bangeeet.

Andromeda menyesap tehnya.

Untung aja yang ngasih grant nggak pada kabur. Tapi gimana kalo grant ini gagal? Aku harus ngurus semuanya dari awal. DARI AWAL!

Andromeda duduk di samping Sagara lagi. Napasnya masih memburu.

Sagara mengambil poci teh, menuangkannya pada cangkir Andromeda.

Beat.

SAGARA

Kamu udah makan?

Sagara menggenggam bahu Andromeda.

ANDROMEDA

Mau nasi goreng telurnya dua.

SAGARA

Kuning sama putihnya dipisah kan?

Andromeda mengangguk, masih cemberut.

Sagara beranjak ke dapur lagi. Andromeda mengelus perutnya. Dia menutup mata, menarik napas panjang, kemudian melepaskannya perlahan.

Bunyi wajan dan sutil mulai beradu di atas kompor. Deru mesin penghisap asap juga bekerja keras.

Beberapa menit kemudian, Sagara menyajikan sepiring nasi goreng pesanan Meda. Lengkap dengan bawang goreng dan telur khusus.

Sagara duduk di sampingnya, tak bicara apa-apa.

Meda melihat nasi gorengnya di meja. Tangannya mengambil sendok, kemudian mulai menyuapi mulutnya sendiri.

Saat pertama mengunyah, air matanya menetes.

Dia mulai terisak, tapi tangannya tetap menyendok nasi goreng dan melahapnya. Bagian putih telurnya ia makan lebih dulu dan bagian kuningnya Meda sisakan untuk terakhir.

Sagara hanya tersenyum, mengelus punggung istrinya. Tanpa sepatah katapun terucap.


CUT TO:

INT. RUMAH ELLA, RUANG MAKAN — NIGHT

Kakak Ella yang lain sedang makan bersama Papi dan Mami. Ella datang terakhir, tapi tak mengambil makan sama sekali.

PAPI ELLA

Gimana form karier kamu, Ella? Mau masuk dalam atau luar negeri? Luar negeri kali ya? Lebih bonafid kan, Ma. Duit nggak usah dipikirin. Biar kita yang atur.

MAMI ELLA

Nanti biar Mami carikan tempat tinggal yang bagus dari channel Mami.

KAKAK #2

Kakak nanti izin ngonten juga ya waktu kamu mau berangkat, mau masuk apart pertama kali, sama pas masuk kelas pertama kali. Eh bisa juga sih nanti vlog bareng. Kita sekalian jalan-jalan di sekitar kampus kamu. Campus tour kayaknya asik tuh buat dibikin konten.

ELLA

Ella (pause) mau nginep di rumah kakek sebentar ya. Liburan sebentar.

KAKAK #3

Kalau nggak salah, kakek punya mesin kopi baru ya. Izinin dong, tolong. Biasanya kalau kita-kita, Kakek nggak mungkin mau. Tapi, kamu kan kesayangan Kakek.

Ella terdiam. Semua melihat Ella, menunggu jawabannya. Ella menggenggam tangannya sendiri erat-erat, mencoba memberanikan diri.

ELLA

Aku berangkat ke Kakek dulu ya.

Ella langsung menghilang tanpa menunggu respon dari mereka.

INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — NIGHT

Untuk pertama kalinya, Dira menyalakan lampu di atas meja makan. Dia duduk dengan kotak hadiah Gerbera di pangkuannya.

Ida, Chairil, Asrul, Rivai, Pram, dan Usmar ada di sekitarnya.

DIRATAMA

Kalian yakin nggak mau ikutan lihat?

CHAIRIL ANWAR

AKU--

Ida menyikut perut Chairil, menghentikannya bicara lebih lanjut.

ASRUL SANI & RIVAI APIN

(menahan tawa)

Binatang jalang.

PRAMOEDYA ANANTA TOER

Kamu bisa cerita lain waktu, Dira. Kami nggak akan kemana-mana selama kamu tetap di sini.

USMAR ISMAIL

Itu hadiahmu dari Gerbera. Rayakanlah.

DIRATAMA

Terima kasih. Buat kalian semua.

Diratama menatap Angkatan 45 satu per satu.

Kemudian, dia menutup mata. Layar gelap. Menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan.

Saat matanya terbuka, Dira sudah sendiri. Tapi hatinya hangat. Dira menaruh kotak hadiah di meja dengan pasti. Pita ditarik dan tangannya membuka tutup kotak.

Kotak hadiah dari Gerbera akhirnya terbuka. Di dalamnya (mengeluarkan satu per satu) ada seikat amplop yang tertata rapi, album foto kecil bertuliskan:

Le Bibliothécaire et La Pâtissiere.

Dira membacanya sendiri.

DIRATAMA

Le Bibliothécaire et La Pâtissiere.

Dan menerjemahkannya sendiri.

DIRATAMA

The Librarian and The Patissier.

Saat dibuka, ada foto polaroid:

Mereka berdua mengunjungi Shakespeare and Co. di ParisMengelus kucing penjaga Shakespeare and Co.Mengunjungi Sirha EuropaiMemasak bersama di rumah di PrancisBerkebunDira dan Gerbera berpelukan di sofa

Dira menarik napas panjang, kemudian menutup albumnya.

Dira juga mengeluarkan tiga buku resep: pastry ala Gerbera, cuisine française, dan makanan Indonesia. Dira kembali pada seikat surat yang tadi.

Ada 10 surat di sana. Di surat paling depan, tertulis:

OPEN WHEN YOU FINALLY OPEN THIS BOX

GERBERA (V.O.)

Hello, Silly. You finally open this box. I knew you wouldn't dare to face this. I don't know how you got the courage, but at my librarian is not afraid of my words anymore.

Dira menutup mata dengan tangannya, kemudian membaca lagi.

GERBERA (V.O.)

Mungkin ini bukan buku langka 1000 tahun yang kamu sebut incunabalu atau apapun itu.

Dira tertawa kecil.

DIRATAMA

Incunabula, ma cherie.

GERBERA (V.O.)

Iya, aku tahu aku salah sebut. Ini memang bukan buku apapun yang kamu urus di tempat kerjamu. Bahkan ini memang bukan buku. Aku cuma kasih buku resep dan album foto. Entah itu kehitung buku atau nggak.

GERBERA (V.O.)

I once read a letter from Seneca (Hey, I read too). He said that humans are not supposed to be afraid of death. We have to embrace it.

Insert monstase tanpa suara:

Dira dan Gerbera bergandengan tangan di taman.Dira memeluk Gerbera di sofa, menonton film dengan mangkuk besar berisi popcorn di pangkuan.

Because, the only thing we can control is ourselves. And what we do in life will be a conclusion to our death.

Insert montase tanpa suara:

Mereka duduk di kereta. Kepala Dira bersandar di bahu Gerbera sambil terlelap. Gerbera melihat pemandangan dalam perjalanan.Dira kecopetan dan pusing. Gerbera hanya menggeleng kepala dan mencari menoleh ke kanan dan kiri, barangkali bisa menemukan pelakunya.

But also remember, sometimes bad things do happen to good people.


GERBERA (V.O.)

In this letter, I just want to talk to you for the last time (or maybe not last if you haven't opened other letters from me yet).

Insert montase tanpa suara:

Dira dan Gerbera pergi ke taman anjing, menyapa anjing milik orang lain yang menghampiri mereka satu per satu.

GERBERA (V.O.)

Since I will be on the other side, I’m no longer available to accompany you.

Insert montase tanpa suara:

Gerbera hanya berbaring di sofa dengan selimut membungkusnya seperti kepompong. Dira membawakan penghangat perut untuknya, teh hangat, dan pastry buatannya.

Gerbera mencoba pastry, tapi justru menangis sambil mengacungkan jempol. Dira hanya mengurut keningnya sendiri.

GERBERA (V.O.)
But we can’t do anything about it. If you are sad and want to cry, you can do that. Everyone will acknowledge your feelings and you just need to be yourself, my dumbass librarian.

Insert montase tanpa suara:

Dira tertawa bersama Kinara dan Kung Arbi.Dira duduk berdua dengan Ella, berdiskusi.

GERBERA

Sekarang tentang masa depan. Aku yakin, kamu bakal makin nggak jelas. Tapi aku yakin juga, akan ada temen-temen baru di tempatmu sekarang.

Dira masih duduk di meja makan, sendirian.

GERBERA

Kalaupun masih banyak pertanyaan di kepalamu. Just enjoy them. Kalimat yang sering kamu sebut: "Live the questions now."

Beat.

GERBERA

Kamu pustakawan. Informasi ada dalam genggaman. Jangan khawatir. Terima kasih untuk waktu yang sangat berharga.

Beat.

GERBERA

It was nice while it lasted.

Beat.

GERBERA

I hope our paths croissant again. Gerbera.

Setelah selesai membaca surat, Dira terdiam. Matanya menatap jendela.

Kakinya ia lipat di atas kursi dan tangannya memeluk surat. Kepalanya tertunduk, tak memperlihatkan wajahnya. Tubuhnya bergetar pelan. Dia menangis. Tanpa suara.

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, RUANG BUKU KHUSUS — DAY

Di dalam ruang kaca, Dira sibuk mengecek setiap lapisan kertas di buku tua yang ia genggam. Suara mesin pemindai terdengar sibuk mencetak data digital. Hanya dia sendiri di sana.

Tiba-tiba, pintu terbuka.

KINARA DAN KUNG ARBI

(heboh)

MAKAN-MAKAN!

Dira kaget, melihat mereka masuk. Tangannya hampir menjatuhkan buku berharga mahal.

Di belakangnya ada Ella yang tenang dan Meda yang geleng-geleng kepala. Kinara dan Kung Arbi mengetuk kaca di hadapan Dira, memintanya segera keluar.

Setelah melepas sarung latex dan pelindung lain, Dira mendatangi mereka.

Kinara dan Kung Arbi mempersilakan Andromeda untuk maju. Di belakang mereka, Ella melihat-lihat rak buku yang sudah tertata rapi dengan buku-buku tua dan langka.

ANDROMEDA

Kita setengah hari aja untuk hari ini. Akan ada makan malam juga di Koridor Diskusi. Jadi semua pemustaka akan pulang sekitar jam 5.

Dira tak bisa berkata apa-apa. Hanya melihat Kinara dan Kung Arbi yang kegirangan, melihat Ella yang mengangguk pasti, kemudian melihat Meda yang tak lagi galak terhadapnya.

KINARA

Kak Meda yang traktir, kan?

Meda berbalik.

MEDA

Aku hanya akan traktir sedikit. Sagara, suamiku, yang bakal masak buat kita. Jadi, kalian bisa bawa makanan dari rumah juga untuk dimakan bersama.

KUNG ARBI

Istriku mau nggak, ya, masakin?

KINARA

Entar Eyang Sri ribut lagi kayak kemarin.

MEDA

Bahkan kalau mau ikut pun boleh. Kita semua makan bersama.

ELLA

Ella nanti bawa kopi dari Bengkel Kakek. Barangkali ada yang mau.

MEDA

Oke, gitu aja semuanya. Bisa kembali ke kerjaan masing-masing, terus siap-siap pulang, ya.

Meda beranjak ke pintu.

DIRATAMA

Aku (pause) aku bisa bawain pastry.

Meda berhenti. Berbalik ke Dira. Kemudian mengangguk.

ANDROMEDA

(tersenyum)

Good job, Dira.

Kinara dan Kung Arbi bertepuk tangan pelan. Bergantian menatap Meda dan Dira. Ella tertegun, refleks memotret Meda yang tersenyum.

ANDROMEDA

Good job, semuanya. Terima kasih atas kerja keras kalian.

Meda keluar dari ruangan. Kinara, Kung Arbi, dan Ella mendekati Dira, menyalaminya secara bergantian.

INT. INDONESIA, RUMAH DIRA — LATER

Dira pulang dengan membawa sekarung tepung, gula, telur, juga cokelat dan keju. Ia kemudian membuka buku resep pastry dari Gerbera dan mencoba membuatnya dengan bahan yang sudah ia beli.

Montase:

Dira mulai membuat adonan dan mengulennya dengan tangan.Tangannya membentuk brioche seperti yang pernah Gerbera buatkan dulu, walaupun tidak sebagus milik Gerbera.Dira menaruhnya di loyang dan memasukkannya dalam oven.Setelah matang, Dira mencobanya dan tertawa sendiri.

Para Angkatan 45 duduk melingkar di meja makan.

IDA NASUTION

Kayaknya Dira udah mulai kembali hidup.

CHAIRIL ANWAR

Hidup berlangsung antara buritan dan kemudi. Pembatasan cuma tambah menyatukan kenang.


FADE TO BLACK.

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, KORIDOR DISKUSI — NIGHT

Di Koridor hanya ada mereka berlima. Ditambah Kakek Ella, Eyang Sri, dan Sagara yang bergabung. Montase memperlihatkan mereka bersenda gurau dan tertawa satu per satu.

Setelah makan malam selesai, mereka membereskan piring dan membuangnya ke tempat sampah.

Di depan pintu perpus, Meda mengunci pintu dan yang lain menunggu. Kemudian, mereka berpisah, saling melambaikan tangan.

CUT TO:

Kinara kembali ke kosnya. Saat lampu menyala, terlihat koleksi khas luar angkasa dan alien: Neil Armstrong, The Egg karangan Andy Weir, boneka alien, helm astronot buatan sendiri, foto bersama seorang lelaki yang dipeluknya, dan foto Kinara bersama teman-teman komunitas pecinta UFO.

Dari dalam tas, Kinara mengeluarkan foto polaroid, kemudian memasangnya di pigura. Foto itu bergabung bersama foto-foto lainnya di meja.

Foto polaroid: Keluarga baru Perpustakaan Sahrazad.

CUT TO:

Kung Arbi dan Eyang Sri pulang bergandengan tangan. Awalnya Eyang Sri menepis, tapi akhirnya mau juga. Kamera memperlihatkan mereka dari belakang.


CUT TO:

Saat sampai di bengkel, Ella mengeluarkan film yang sudah habis dari kamera analognya. Kakek Ella menepuk pundaknya dan mengajak ke suatu tempat: sebuah Dark Room yang baru saja kakeknya buat. Ella tersenyum dan memeluknya erat.

CUT TO:

Sagara membukakan pintu mobil dan mempersilakan Meda masuk. Sebelum pintu ditutup, Sagara mencium kening dan perut Meda. Kemudian pintu tertutup. Wajah Meda memerah.

CUT TO:

Saat Dira pulang, ada teman-teman Angkatan 45 yang sudah menunggu. Mereka tersenyum. Setelah duduk beberapa detik di meja makan, Dira membuka salah satu kardus, mengeluarkan foto dirinya dengan Gerbera sedang membuat pastry bersama.

Dira pergi ke tempat lain, kamera fokus pada foto itu.

CUT TO:

Pak Munir mengecek plang nama Perpustakaan Sahrazad yang tidak menyala. Setelah dicek, akhirnya nama itu menyala terang.

FADE TO BLACK.

TAMAT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar