Meet Me at the Library
5. Menjadi Raja Bajak Laut
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH KUNG ARBI — DAY

Insert title:

BAGIAN 5:

MENJADI RAJA BAJAK LAUT

Keluar dari kamar mandi, Kung Arbi mengenakan kaus bertuliskan: NO WAIFU, NO LAIFU

KUNG ARBI

Eyang, aku berangkat ke perpus dulu, ya.

Dari Dapur, Eyang Sri berteriak.

EYANG SRI (O.S)

Makan dulu! Sarapan!

Eyang Sri keluar dengan wajan berisi tumis kacang panjang, tempe, dan tahu.

Kung Arbi yang sudah mau keluar, mendadak berhenti. Ia mundur perlahan ke meja makan.

Di meja makan, Eyang Sri menuangkan tumisannya ke dalam wadah. Sudah ada dua piring, lengkap dengan sendok dan garpu, juga nasi yang masih hangat di dalam rice cooker.

Kung Arbi nyengir, kemudian duduk.

Setelah kembali dari dapur, Eyang Sri duduk di hadapannya. Kung Arbi mengambilkan nasi di piring Eyang, lantas mengambil seporsi untuk dirinya sendiri.

EYANG SRI

Lagian ngapain, sih, ke perpus tiap hari?
KUNG ARBI
Kan kerja. Kalau nggak kerja, entar aku cepet mati.

Mereka berdua mulai menyendok makanan di piring.

EYANG SRI

Ya udah, cepet mati aja sana.

KUNG ARBI

Kamu ini kenapa. Masa puber lagi?

Eyang Sri menggebrak meja.

EYANG SRI

Kamu pasti main perempuan ya di sana! Punya simpenan!

Kung Arbi kaget sebentar, tapi akhirnya kembali menyantap makanannya.

KUNG ARBI

(sambil mengunyah)

Mana ada! Kamu ini ngarang bebas aja! Udah uzur gini masa main perempuan.

Eyang Sri mogok makan, melipat tangannya di dada.

EYANG SRI

Makin tua kan makin jadi.

KUNG ARBI

(sambil mengunyah)

Makanya jangan dengerin omongan tetangga. Coba main ke perpus. Banyakin baca.

EYANG SRI

Halah kamu bacanya juga komik aja. Udah kayak cucu kita.

Kung Arbi menyantap makanan terakhir di piringnya.

KUNG ARBI

Loh justru bagus kan. Biar deket sama cucu. Aku cuma pengen ngerti akhir cerita One Piece itu gimana. Syukur-syukur kalau bisa ngobrolin itu bareng anak cucu.

Eyang Sri menjewer telinga Kung Arbi hingga merah.

EYANG SRI

Wan pas wan pis aja. Diomongin ngebales terus.

Kung Arbi mengaduh. Tangan Eyang Sri melepasnya.

KUNG ARBI

Udahlah. Percaya deh. Aku nggak bakal macem-macem.

(menunjuk t-shirt)

Lihat deh. No waifu, no laifu. Hidupku mati tanpamu, Eyangku.

Eyang Sri murka, mengambil sandal dan melemparnya. Tak mau kena marah lebih panjang, Kung Arbi kabur ke perpus.

EYANG SRI

Jangan pulang!

Eyang Sri mengacungkan sandal yang tersisa.

Di mlijo dekat rumah, ibu-ibu tetangga mereka menimpali.

TETANGGA #1

Pasti selingkuh itu, Bu. Berangkat pagi. Pulang malem.

TETANGGA #2

Tiap hari masa ke sana. Padahal harusnya udah pensiun.

TETANGGA #3

Datengin aja ke sana, Bu. Labrak langsung. Pasti kaget dia ketahuan di TKP.

Eyang Sri berpikir sejenak, kemudian mengangguk.

INT. SEKOLAH, KELAS ELLA — SAME TIME

Di kelas, Ella duduk sendiri di bangku paling ujung dekat dengan jendela. Tenggelam dalam dunianya. Teman-temannya sedang berdiskusi sendiri dengan kelompok masing-masing.

Ella mengeluarkan kertas form rencana karier dari dalam tas dan menaruhnya di meja. Kertas itu masih kosong. Ella mengambil bolpen, bersiap menulis. Dia mengatur napas.

Mata Ella mengamati teman-temannya yang penuh suka cita, kemudian kembali ke kertas di hadapannya.

Akhirnya dia menulis.

Di luar terdengar suara sorakan. Setelahnya, pintu terbuka. Ada Ody di sana.

Ella menampakkan wajah malas dan menghembuskan napas panjang. Tak mau terdistraksi, Ella memasukkan bolpen dan kertas form ke dalam tas. Cepat-cepat dia membawa tas dan berusaha segera keluar.

Teman-teman Ella mendadak hening dan berbisik, mengamat mereka berdua yang berdiri berhadapan di belakang kelas.

ODY

(memberikan cokelat)

Ini buat kamu, Ella.

Ella menerima cokelatnya.

ELLA

Terima kasih. Aku pergi dulu ya.

Di sekitar mereka, teman-teman Ella menggodai dengan suara-suara nakal.

ODY

Eh, bentar. Kamu ada acara Sabtu besok?

ELLA

(dingin)

Iya. Besok aku ada makan malem sama temen.

ODY

Temen perpus?

ELLA

Nggak ada alasan buat jawab itu.

Ella hendak melangkah pergi, tapi Ody menghadangnya.

ODY

Kalau Minggu?

ELLA

Minggu hari libur. Waktunya istirahat. Aku nggak akan keluar seharian dari rumah. Jadi nggak mungkin bisa.

Ody mengangguk pelan.

ODY

Minggu depannya lagi mungkin?

Ella menutup mata, menghela napas panjang lagi.

Tanpa meraih tangan Ody, Ella menaruh cokelatnya kembali ke tangan Ody. Ody gelagapan. Teman-teman lainnya juga terkesiap. Tak percaya.

ODY

Kenapa? Kok dibalikin? Cokelatnya kurang enak? Atau perlu yang lain? Aku bisa cariin.

ELLA

Terima kasih buat perhatiannya, Kak Ody. Tapi aku nggak tertarik.

ODY

Kamu suka sama orang lain?

ELLA

Ada yang perlu aku cari di hidupku yang sekarang. Dan itu bukan Kak Ody. Bukan cowok lain. Bukan cewek lain. Pacaran nggak jadi prioritasku sekarang. Ada hal lain yang jauh lebih penting dan perlu aku cari jawabannya. Terima kasih buat cokelatnya. Semoga bisa diterima tangan yang lain.

Tanpa menunggu tanggapan, Ella berjalan meninggalkan Ody yang masih tak percaya. Teman-teman Ella terdiam, tak mampu menanggapi lagi. Ody tetap berdiri dengan cokelat di tangan. Tapi tak ada lagi tangan yang menerima.

Ella berjalan di lorong, menuju Ruang Guru.

INT. SEKOLAH, RUANG GURU — CONTINUOUS

Di depan, Ella mengetuk pintu, kemudian membukanya.

ELLA

Boleh saya masuk, Bu Bertha?

Di dalam Ruang Guru, para guru sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ada yang menerima telepon, ada yang mengoreksi bertumpuk hasil ujian, ada yang sedang makan siang, dan Bu Bertha sendiri sedang mengecek form karier siswa yang lain.

BU BERTHA

Duduk Ella.

Bu Bertha memberikan kursi kosong dari guru yang sedang keluar. Ella duduk di hadapannya.

BU BERTHA

Jadi gimana, Ella, sudah kamu putuskan?

ELLA

Sudah, Bu Bertha. Maaf butuh waktu agak lam untuk mikir.

BU BERTHA

Nggak masalah. Ini menentukan jalan hidup kamu ke depan. Take all the time you need. Asalkan tetap mengumpulkan tepat waktu.

Ella mengeluarkan form minat dan rencana masa depan dari dalam tasnya.

Bu Bertha membacanya.

BU BERTHA

Kamu yakin? Ada banyak pilihan lain. Apa kamu bisa tanggung konsekuensinya?

Beat.

Ella berpikir, kemudian mengangguk mantap. Dengan menatap mata Bu Bertha, Ella mengetuk meja di dekatnya seperti hakim pengadilan.

ELLA

Yakin, Bu! Saya sudah pikirkan matang-matang. Saya juga sudah minta saran sana-sini. Memang saya punya privilege dari keluarga. Walaupun belum tentu mereka akan bantu saya ke depannya. Tapi saya juga sudah ada safety net yang cukup jelas.

Bu Bertha menaruh kertasnya di meja. Memperlihatkan tulisan Ella:

1 year gap

BU BERTHA

Kalau boleh tau, kenapa?

ELLA

Sebenarnya saya juga belum tahu jawaban pastinya, Bu.

Beat.

Bu Bertha menunggu.

ELLA

Saya butuh waktu lebih banyak. Dan karena saya menjalani ini sendiri, saya mengalami ini sendiri, saya harus ambil waktu seperti yang ibu bilang tadi.

Ella mencoba tersenyum.

BU BERTHA

Kamu sudah konsultasi juga dengan keluarga? Orang tuamu mungkin? Kan kamu bisa ambil jurusan media sosial? Atau yang berhubungan dengan dunia digital?

Ella tersenyum, menggeleng.

ELLA

Mungkin itu bukan dunia saya, Bu. Dari keluarga memang nggak terlalu percaya sama saya karena, ya, keluarga saya semuanya jadi content creator. Dan saya nggak menyalahkan mereka sama sekali. Saya cuma ingin punya pilihan dan kehidupan saya sendiri. Tanpa harus terpengaruh keluarga, bahkan kakek saya sendiri.

Beat.

ELLA

Dan setelah saya beberapa kali konsultasi. Ke kakek, ke pak satpam di komplek, dan juga teman-teman saya di perpustakaan,ada seseorang yang bilang--


CUT TO:


INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, MEJA RESEPSIONIS — DAY

Dira sedang melayani pemustaka yang mengular di meja resepsionis.

ELLA (O.S.)

Karena saya belum punya cita-cita, justru kesempatan saya semakin luas dan bebas. Saya nggak mengkotaki diri. Bukan berarti mengkotaki diri itu buruk, tapi saya masih punya lebih banyak pilihan untuk sekarang. Menimbang lebih matang sambil mematangkan diri saya sendiri.

Beat.

Meda juga sibuk mengantar para pemberi grant untuk Perpustakaan Sahrazad.

Kung Arbi memamerkan t-shirt NO WAIFU NO LAIFU kepada Kinara. Mereka berdua tertawa bersama sambil menyelesaikan tembok terakhir di Panggung 1001 Malam.

ELLA (O.S.)

Daripada saya gagal atau salah pilih, mungkin lebih baik saya ambil waktu buat berpikir lebih panjang. Saya juga akan belajar lebih banyak dari orang-orang terdekat saya dalam kurung waktu itu.


BACK TO:

INT. SEKOLAH, RUANG GURU — DAY

Bu Bertha mengangguk pelan sambil berpikir.

BU BERTHA

Tapi kamu punya rencana selanjutnya kan? Minimal buat ngisi waktu kosongmu? Karena 1 tahun itu cukup untuk mengerjakan banyak hal.

ELLA

Ada, Bu Bertha. Saya sudah diterima kerja di Perpustakaan Sahrazad, kalau ibu pernah tau perpus itu. Bahkan saya sudah mulai kerja beberapa hari selama libur ini. Jadi saya akan stay di situ, seenggaknya untuk satu tahun ke depan.

Bu Bertha terkejut.

BU BERTHA

Dan Kepala Perpustakaannya nggak masalah dengan itu? Dimana? Perpustakaan Sahrazad?

ELLA

Betul. Di perpustakaan itu saya sebenarnya jadi bagian dokumentasi dan media sosial. Tapi beda dengan yang di rumah.

BU BERTHA

Wow. Saya nggak nyangka. Kamu dibayar?

ELLA

Iya, dibayar. Dan menurut saya cukup untuk hidup di sini. Kalaupun kemungkinan terburuknya saya diusir dari rumah karena nggak nurut sama orang tua, mungkin saya masih bisa cari kos atau tinggal di rumah kakek. Rumah kakek masih ada kamar kosong dan beliau akan senang kalau saya pindah ke sana.

BU BERTHA

Saya salut. Nilaimu sebenarnya cukup bagus kalau kamu memutuskan untuk kuliah di jurusan tertentu. Tapi kalau memang itu yang kamu mau, Bu Bertha nggak berani ikut campur. Saya harap kamu betah di Perpustakaan Sahrazad dan orang tuamu juga mau menerima.

ELLA

Terima kasih buat bimbingannya selama ini, Bu Bertha.

BU BERTHA

Masih ada hubungannya sama digital berarti ya?

ELLA

Karena sering edit video keluarga dulu, kemampuan saya di bidang ini memang cukup berkembang. Tapi kalau sekarang disuruh edit video atau konten di rumah, saya nggak pernah mau.

BU BERTHA

Modal yang bagus. Dan mungkin kamu bisa kembangkan dan kawinkan lagi dengan bidang yang lain.

Bu Bertha mengambil kertas form.

BU BERTHA

Kalau begitu, kertas ini saya simpan. Kalau ada apa-apa, ada pertanyaan, butuh saran, bisa hubungi saya langsung. Atau mampir ke sini juga nggak masalah.

Ella mengangguk, tersenyum.

ELLA

Saya permisi dulu kalau gitu, Bu. Saya harus ke Perpus Sahrazad untuk kerja.

BU BERTHA

Wah, sudah jadi sesama profesional dong kita. Mungkin Ibu Bertha bisa ditraktir dari gaji pertamamu di lain waktu.

ELLA

Aman, Bu. Nanti saya kabari lagi. Terima kasih banyak.

BU BERTHA

Ya sudah sana. Tolong panggilkan--

Bu Bertha mengurungkan niatnya.

BU BERTHA

Nggak usah dipanggilkan. Nanti saya panggil sendiri.

ELLA

Mari, Bu.

Ella keluar dari ruangan dan bernapas lega. Dia melompat sedikit, menerbitkan senyum paling cerah di kedua sudut bibirnya.

EXT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, PANGGUNG 1001 MALAM — LATER

Kung Arbi dan Kinara akhirnya menyelesaikan doodle mereka di tembok. Meda menggiring para pemberi grant yang sedang menginspeksi untuk melihat hasil karya doodle Kung Arbi dan Kinara.

ANDROMEDA

Jadi di sini kita bekerja sama tanpa memandang gender, usia, ataupun kesukuan. Semuanya cukup egaliter dan hidup berdampingan.

(Menunjuk doodle di tembok)

Hasil karya doodle ini sepenuhnya milik Kung Arbi dan Kinara. Jadi mereka mendapat apreasi penuh dari manajemen kami.

Kung Arbi dan Kinara berbarengan mengangguk. Bersama-sama, mereka masuk ke perpustakaan.

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, MEJA RESEPSIONIS — SAME TIME

Ella datang dengan wajah yang lebih sumringah dari biasanya. Dira mengamatinya, kemudian ikut tersenyum.

DIRATAMA

Gimana tadi di sekolah?

Ella duduk di kursi. Sementara dari luar, para pemberi grant, Meda, Kung Arbi, dan Kinara masuk bersamaan.

ELLA

Lancar, Mas Pus. Ada banyak pertanyaan sih dari Bu Bertha. Apa Ella siap dengan konsekuensinya atau nggak. Sama orang tua Ella di rumah gimana. Sama kakek, sama Perpustakaan Sahrazad.

Dira mengangguk.

DIRATAMA

Tapi semua aman, kan? Bisa dijawab semua?

ELLA

Aman. Sekarang tinggal fokus ke kerja dulu.

Andromeda datang ke meja resepsionis.

ANDROMEDA

Good news, guys. Permohonan grant kita kayaknya bakal diterima.

Andromeda meninggalkan para pemberi grant dengan Kung Arbi dan Kinara.

ELLA

Wah, selamat, Kak Andromeda. Jadi kita bakal dapat pendanaan buat event "1001 Cerita Kita" bulan depan kan?

DIRATAMA

Selamat, Med.

ANDROMEDA

(ke Diratama)

Mas Pus, nanti tolong siapkan program kita di komputer. Digitalisasi di Ruang Buku Khusus sama katalog yang baru.

(ke Ella)

Kita kemungkinan masih perlu cari sponsor biar acara ini bisa dinikmati lebih banyak orang. Biar dana grant nggak abis buat acara ini aja. Bakal ada lebih banyak event setelah acara yang bulan depan. Mungkin nanti Laras juga akan bantu setelah selesai cuti melahirkan.

(ke Diratama)

Jadi gimana, Mas Pus?

DIRATAMA

Sudah selesai semuanya. Tapi kita perlu edukasi pemustaka supaya mereka bisa pakai programnya.

ANDROMEDA

Oke. Ella, tolong siapkan video ya. 30 detik aja. Kamu bisa tanya detail programnya ke Mas Pus. Kita dokumentasikan juga mereka sekarang. Mumpung lagi ngobrol sama--

Perkataan Andromeda terhenti karena ada seorang nenek yang masuk dengan wajah ganas. Cepat-cepat Andromeda berlari ke arah para pemberi grant.

EYANG SRI

(murka)

Jadi ini simpenan kamu? Aku di rumah nungguin tiap hari, kamu di sini malah main perempuan!

Terlalu kaget, Kinara dan Kung Arbi tidak sempat menanggapi. Para pemberi grant juga tampak terkesiap dan bingung melihat apa yang ada di hadapan mereka.

ANDROMEDA

Ada apa ini, Bu? Kung Arbi kenal orang ini?

EYANG SRI

Nggak cuma satu, tapi ada dua. Bener-bener.

Eyang Sri menjewer telinga Kung Arbi lagi. Semuanya heboh. Yang di Koridor Diskusi dan di kafe melihat drama keluarga gratis. Ella dan Diratama menyusul ke belakang Meda.

ANDROMEDA

(ke Ella)

Ella tolong antarkan bapak dan ibu ke Ruang Boardgame ya. Tolong jelaskan komunitas yang kita kembangkan dan koleksi apa aja yang kita punya di ruangan. Ada tim di sana juga yang akan bantu kamu jelaskan.

Ella langsung cekatan mengantar para pemberi grant untuk menjauhi Tempat Kejadian Perkara.

(ke Diratama)

Mas Pus, silakan balik ke meja resepsionis. Barangkali ada yang butuh pelayanan.

(ke Eyang Sri, Kung Arbi, dan Kinara)

Kalian silakan ikut saya ke ruang kelas. Kita selesaikan semuanya hari ini juga.

Tanpa basa-basi, Meda langsung pergi mendahului mereka. Lebih menakutkan dari Eyang Sri, Kung Arbi buru-buru mengajak Eyang Sri dan Kinara berjalan bersama.

INT. PERPUSTAKAAN SAHRAZAD, RUANG KELAS — CONTINUOUS

Meda duduk di salah satu bangku kelas. Kung Arbi, Eyang Sri, dan Kinara mengikuti.

KUNG ARBI

Saya minta maaf ya, Meda, jadi bikin keributan. Apalagi ada bapak sama ibu penting tadi. Duh, malu saya.
(ke Eyang Sri)
Eyang ini ngapain sih ke sini. Kan biasanya di rumah aja santai-santai. Kok tiba-tiba bisa ke sini.

ANDROMEDA

Jadi masalahnya Eyang Sri cemburu sama kami? Perlu saya luruskan, Kung di sini cuma kerja sebagai desainer tembok perpus. Kadang dia juga ikut ngurus program kami di Kid's Corner. Di tempat anak-anak main dan bercerita. Apa masih belum jelas?

EYANG SRI

Halah, kalian pasti bohong. Kalau nggak sama kamu (menunjuk Meda), pasti sama dia kan (menunjuk Kinara).

Kinara dan Kung Arbi saling menatap, kemudian tertawa kencang.

KINARA

Tua bangka kayak gini mau dipacarin? Mending saya pacaran sama alien daripada sama Kung Arbi. Wibu tua nggak tau diri.

KUNG ARBI

Saya juga udah punya Eyang Sri yang selalu menemani. Bikinin sarapan tiap hari. Ngapain sama Alien dari Bumi!

Tak mau kalah, mereka saling meledek. Membuat suasana jadi lebih cair. Meda pun ikut tersenyum karena candaan mereka.

Meda memegang tangan Eyang Sri lembut.

ANDROMEDA

Jadi sudah bisa dilihat kan, Eyang Sri? Mereka nggak ada akurnya sama sekali. Cocok pun nggak. Kung Arbi juga nggak mungkin selingkuh. Kalaupun nanti Kung Arbi selingkuh dan main perempuan di sini, saya sendiri yang bakal tindak tegas. Eyang Sri bisa pegang omongan saya.

Eyang Sri berpikir sejenak. Melihat Meda, Kung Arbi, Kinara, kemudian Meda lagi. Akhirnya dia melunak dan memegang tangan Meda balik.

EYANG SRI

Saya... saya mohon maaf ya, Mbak Meda. Saya bingung sendiri soalnya kenapa dia sering keluar. Ke Perpus ini. Apalagi dia harusnya udah pensiun. Momong anak. Momong cucu. Nggak kelayapan kayak sekarang.

ANDROMEDA

Lain kali, bisa ibu cek ke saya dulu. Saya pasti akan bantu. Nggak mungkin Kung Arbi selingkuh di pengawasan saya. Saya pastikan semuanya aman.

Meda memegang tangan Eyang Sri dengan dua tangannya.

KINARA

Saya juga sudah punya pacar sendiri, Eyang. Mana mau saya sama wibu tua konyol macem dia.

Kung Arbi dan Meda kaget. Selama ini dia tak pernah tahu kehidupan pribadi Kinara.

KUNG ARBI DAN MEDA

Kamu udah punya pacar?

Kinara hanya cengengesan.

ANDROMEDA

Jadi udah clear ya masalahnya? Jangan bikin ribut lagi.

Meda bisa bernapas lega.

Mereka keluar dari ruangan bersama.

Meda langsung menuju Ruang Boardgame. Sementara Kung Arbi pamit mengantar Eyang Sri pulang. Kinara menghampiri Dira di meja resepsionis.

DIRATAMA

Gimana, Kin?

KINARA

Sempet jambak-jambakan dulu tadi.

Kinara bercanda dengan berpura-pura panik.

DIRATAMA

Yang bener?

Dira langsung berdiri, ikut panik.

KINARA

Ya nggak lah, Mas Pus. Kalau ada Mbak Meda mah semuanya aman terkendali.

Dira kembali duduk, bernapas lega.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar