Maot: Main-main Sebelum Ajal
3. First Player Only

INT. RUANG KERJA, RUMAH BELLA - NIGHT

Klak-klik-klak-klik. Bella menatap monitor. Maot berdiri di belakangnya sambil ikut melihat ke layar. 

BELLA

Ini dia. First player only

MAOT

Jelasin! 

Cahaya kebiruan dari layar menerangi wajah Bella yang semakin sumringah. 

BELLA

Kelompok temen-temen sekolah gue. Kita dulu sering main board game di sini. 

Layar menunjukkan foto-foto dari arsip cloud Bella. Tertanggal beberapa tahun yang silam, terkumpul dalam satu folder bertajuk First Player Only

BELLA

First player only. Nama itu ledekan dari mereka, karena gue dulu punya banyak board game tapi mainnya sendirian aja, jadi yang main cuma pemain pertama doang. First Player Only. 

Bella berhenti pada sebuah foto. 

BELLA

Nah, ini foto yang bagusan nih. Lagi main Seven Kingdoms

Foto itu diambil di ruang tamu Bella. Menunjukkan lima orang sedang mengelilingi sebuah papan permainan. 

Lima orang itu sama-sama menjulurkan tangan yang terkepal ke atas papan permainan yang menyerupai sebuah peta. 

Bella mengabsennya satu per satu. Mulai dari TATA, seorang perempuan dengan rambut bob yang duduk di sebelah Bella. 

BELLA (O.S)

Tata. Sahabat gue jaman itu.  

RIO, pria di sebelah Tata. Bahunya rapat dengan bahu Tata. Kedua sosok ini duduk paling tengah dari sudut pandang kamera.

BELLA (O.S)

Rio, ini pacarnya Tata. 

ALLO, di sisi seberang Bella. Dalam foto ini, pria gempal tersebut tampak tersenyum lugu. 

BELLA (O.S)

Allo. Hmm, Allo. Dia pasti inget gue. Dia kan pernah… eh. 

Di sebelah Allo ada satu sosok lagi, namun Bella tidak menyebutkan namanya. 

BELLA (O.S)

Ini, siapa namanya ya? Lupa. Temennya Allo kalo gak salah. Kok, gue lupa sih? Aneh. 

Foto di layar berubah menjadi adegan dari masa itu. 

INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - DAY - FLASHBACK

Ini masa saat Bella dan teman-temannya masih bersekolah. Mereka sedang dipotret oleh Jeroen. 

BELLA

Sekali lagi, yuk. Sekarang pura-puranya fase negosiasi. 

Bella menjulurkan tangannya yang terkepal ke atas papan permainan berbentuk peta. Semua temannya menyusul dengan pose yang sama. 

Jeroen memberi aba-aba dan memotret mereka sekali lagi. Lalu menyerahkan ponsel ke Bella dan pamit. 

TATA

Danke, Oom!     

Bella menerima ponsel lalu menunjukkan ke Tata. Yang lain langsung ikut mengerubungi, melihat hasilnya. 

RIO

(ke Tata, pelan-pelan) 

Danke apaan?     

TATA

Terima kasih. Bahasa Jerman. 

RIO

(ke Bella) 

Bukannya, Bapak lo orang Belanda, Bel? 

TATA

Belanda atau Jerman, sama aja, Yo. Sama-sama ganteng. Hahaha. 

Bella melirik ke Rio. 

BELLA

Hmm? Oma gue Jerman, Opa Belanda.  

ALLO

Kalo Bahasa Belanda terima kasih apa?  

BELLA

Apa ya? Dank je kali ya? 

RIO

Apaan? Itu mah sama aja ama yang Si Kucing bilang tadi!

Tata menepuk bahu Rio. Manja. 

TATA

Apaan sih, Kucing, kucing?

RIO

Soalnya kamu manja. Kayak kucing. Meeooong

Bella dan yang lain mengalihkan pandangan dari pamer kemesraan kedua kekasih itu.

BELLA

Main apa lagi nih? 

Bella beranjak dan menuju deretan board game di rak. Isinya belum sepenuh di masa sekarang. 

Allo menyusul dan berdiri di samping Bella. 

ALLO

Hai. 

Bella merasa sikap Allo agak aneh. 

BELLA

Hmm, main apa lagi ya? 

Allo menunjuk salah satu game di rak. 

ALLO

Ini gimana? 

BELLA

Itu mah two player only

ALLO

Gak kayak elo, ya? First player only?

Apa sih maunya Allo ini? 

BELLA

Ha? Solo kali maksud lo. Atau Single player. Mana ada First player only

Allo menghindari pandangan Bella. Kembali menunjuk pada game yang tadi. 

ALLO

Main ini aja yuk.  

BELLA

Kan udah dibilang, itu cuma buat dua orang. 

ALLO

Iya, nggak apa. Kita main berdua aja. 

Bella menjauh selangkah dari Allo. Ia menghindari tatapan Allo dan pura-pura melihat-lihat pada deretan board game yang lain. 

INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - NIGHT

Kembali ke Bella yang sekarang. Ia berdiri di depan rak. memegang board game yang dulu ingin dimainkan Allo berdua dengannya. 

MAOT

Kamu mau main itu? 

BELLA

Yuk? Seru deh. 

Bella tersenyum, Maot bingung.

INT. RUANG TAMU, RUMAH BELLA - NIGHT - FLASHBACK

Ini adalah malam setelah hari Lebaran di rumah Nenek Ma’syik. 

Di sofa panjang Jeroen dan Anita duduk. Sebotol minuman, wine, dan dua buah cangkir teh kecil putih di atas meja. 

Jeroen mengenakan singlet putih, baju koko-nya tersampir di sandaran lengan. Anita masih mengenakan pakaian silaturahmi, namun giwang, anting, cincin dan selendangnya sudah dilepas. 

Jeroen duduk berselonjor di sofa, menjulurkan kakinya ke arah Anita, sementara Anita memijat. 

JEROEN

Hari yang berat. 

ANITA

Paling nggak, sekarang Bella kenal dengan sepupu-sepupunya.  

Jeroen menuangkan anggur dari botol ke cangkir-cangkir. Memberikan satu ke Anita lalu membuat gerakan bersulang. 

JEROEN

(Bahasa Jerman)

Nyonya rumah yang cantik, anggurnya juga baik. 

ANITA

Gombal!  

Mereka minum perlahan, wine dari cangkir putih. 

JEROEN

Keluargamu, hanya setahun sekali saja kan kita perlu ketemu mereka?

ANITA

Oh, ada maunya toh? Pantesan aku disuruh mabuk. Ya, enggak cuma setahun sekali dong. Minimal tiga kali: sebelum puasa, pas Lebaran dan saat ulang tahun Ma’. 

Jeroen menuangkan lagi minuman ke cangkirnya. 

JEROEN

Aduh, aduh. Butuh persediaan minuman lebih banyak.  

ANITA

Sabar. Pelan-pelan juga mereka akan bisa menerima kita.  

Jeroen menyeruput minumannya. 

JEROEN

Ibumu memang baik. Tapi yang lain. Mereka akan selalu melihatku sebagai… ah, apa sebutannya… kape?

ANITA

Kape? Kau pikir keluargaku hidup dalam film Tjoet Nja Dien?

Anita tertawa sambil menepuk-nepuk paha Jeroen. 

JEROEN

Memangnya tidak?

ANITA

Ngaco!

Jeroen menurunkan kakinya. Mendekatkan diri ke Anita. Berkata-kata di dekat telinga Anita. 

JEROEN

(Bahasa Jerman)

Butakan mataku, ku akan tetap melihatmu. 

Tulikan aku, ku akan selalu mendengarmu. 

ANITA

Gombal! Dasar kape!   

Lalu keduanya tertawa terbahak-bahak. Terdengar suara pintu dibuka. 

BELLA KECIL (O.S)

Ma? Pa? 

JEROEN

Ah. Anak cantik. Mamamu nih, berisik ya?

ANITA

Sini nak. Mau apa?

Jeroen berdiri, mendekati Bella. Lalu menuntunnya ke sofa. Lalu ia mendekati rak. Ada beberapa judul board game di situ, tapi belum sebanyak sekarang, juga lebih sedikit dibandingkan di masa-masa remaja Bella. 

Ia berbicara ke Bella sambil berpikir ke dirinya sendiri. 

JEROEN

Apa ya, yang kamu belum coba. Hmmm… Ya, ini saja! 

Jeroen mengambil salah satu board game yang ada lalu meletakkannya di hadapan mereka. 

JEROEN

Spielen! 

Semua kenangan itu disiram cahaya putih yang sangat terang.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar