MANTAN IBU KOTA
1. BAB 1

Set. => Rumah Fiqri, siang hari

Cast. => Fiqri (27 THN) Orang tua Fiqri (55 THN), Alya keponakan Fiqri (8 THN)

Scane 1

INT. Ruang tamu

FADE IN. Layar tv rusak

Bok..bok..bok.." Fiqri memukul-mukul tv keluaran model lama itu

Jangan dipukul-pukul kaya itu fiqri'ai kaina tambah rusak (jangan dipukul-pukul seperti itu Fiqri nanti semakin rusak)" ujar Ayah Fiqri yang dari tadi duduk di kursi tamu sambil minum kopi

Nukar nang Hanyar haja bah'ai (beli yang baru saja yah) sahut Fiqri masih mengotak atik tv sambil duduk

Kaina'ai mahadang ada baduit, Kawa makan gen alhamdulillah (nanti kalau ada uang, bisa makan saja sudah syukur) ujar Ayah Fiqri

Tiba-tiba Alya keponakan Fiqri satu-satunya memeluknya dari belakang

Ma'apa Pian mang (ngapain kamu om) kata Alya dengan suara halusnya yang masih menggunakan seragam sekolah

Lagi mambaiki tv kayi rusak, ganti baju dulu gen (sedang memperbaiki tv kakek yang rusak, ganti baju dulu sana) kata Fiqri sambil berdiri kemudian duduk di samping Ayahnya

Ayuha mang'ai (baiklah om) sahut Alya sambil menyalami Fiqri dan Kakeknya kemudian masuk ke rumah orang tuanya yang persis di samping rumah kakek neneknya yaitu orang tua Fiqri.

Satumat lagi orang badzuhur, Sadang sudah basiap-siap kita sembahyang ke langgar (sebentar lagi shalat Dzuhur, cepat bersiap-siap kita shalat ke musholla) ujar Ayah Fiqri

Inggih bah (baiklah yah) sahut Fiqri

Estabilish = musholla

FX = suara adzan

Scene 2

Cast. => Fiqri, kedua orang tua Fiqri

INT. Dapur

Fiqri capati makan (Fiqri ayo makan) Ibu Fiqri setengah berteriak sambil menata makan siang yang sederhana itu

Fiqri melepas sarung dan kopiah di kamarnya kemudian ke dapur makan siang bersama Ayah dan Ibunya

Mereka makan siang sambil duduk di lantai beralaskan tikar purun(Alas duduk tradisional Banjar) dengan lahap walaupun cuma ada ikan asin, tempe, sambel dan sayur kuah

Kayapa lamaran ikam bagawi di tambang batu bara samalam? (gimana kabar lamaran kerja kamu di perusahaan tambang batu bara kemarin?) tanya Ibu Fiqri

Kada tahu lagi ma'ai, kadada ba'isian "orang dalam" ni awam am maka ditarima (belum tahu Bu, gak punya "orang dalam" ini sulit diterima) Sahut Fiqri menghabiskan makanannya

Ma.. bah.. esok Ulun jadi tukang gambar pangantinan di kampung subelah (Bu.. yah.. besok saya jadi fotografer pengantin di kampung sebelah) izin Fiqri kepada kedua orang tuanya sambil membersihkan piring-piring kotor

Inggih.. hati-hati, nang rajin bagawinya (iya.. hati-hati, yang rajin kerjanya) sahut Ibu Fiqri kemudian berdiri mengambil sapu dan menyapu lantai kotor bekas mereka makan

Inggih ma..(iya ma) kata Fiqri sambil mencuci piring

Fiqri bekerja sehari-hari sebagai guru honorer di Sekolah Dasar kampungnya dan diluar kerja utamanya jadi seorang guru, Fiqri juga jadi seorang fotografer bersama seorang sahabatnya baik untuk acara pengantin, prewedding, ulang tahun, selamatan dan siapapun yang menginginkan jasanya jadi seorang fotografer. Walaupun punya dua pekerjaan tapi penghasilannya masih rendah, jadi seorang guru gajinya tidak lebih dari 500 ribu sebulan dan kadang-kadang digaji baru 3 bulan, dan jadi seorang fotografer yang hanya hidup di sebuah kabupaten kecil dan sering tawar menawar harga sama pelanggan sudah bisa dipastikan tidak akan membuat hidupnya cepat kaya. Sebenarnya Fiqri punya kemampuan fotografer yang bagus, dia sering ikut lomba even kecil-kecilan selalu mendapat juara 1 atau 2 tapi karena keterbatasan biaya dan cuma hidup di kampung membuatnya sulit untuk mengembangkan kemampuannya.

Cita-cita Fiqri sangatlah mulia dia ingin mengumrohkan dan menghajikan kedua orang tuanya dan terlebih lagi dia ingin memperbaiki ekonomi keluarganya, apalagi dia anak laki satu-satunya dan punya satu Kakak perempuan yang sudah menikah dan satu adik perempuan yang sudah meninggal ketika masih berusia 4 tahun karena sakit dan tidak punya uang membawa ke rumah sakit dan terpaksa dirawat di rumah seadanya hingga akhirnya meninggal dunia.

Scene 3

Set. => Acara pengantin di rumah mempelai wanita, pagi hari

Cast. => Fiqri, Ahmad (27 thn) sahabat Fiqri, pengantin, para tamu undangan

FADE IN

INT/EXT. Rumah pempelai wanita

Suasana cerah dipagi hari itu secerah hati kedua mempelai, para tamu ramai berdatangan dan makan di balai (tenda khusus untuk makan para tamu), penyanyi orkes dangdut sibuk menyanyikan lagu-lagunya, Fiqri dan juga Ahmad sibuk mengarahkan gaya kedua mempelai itu untuk difoto. Dilanjutkan acara ba'usung (untuk detailnya silakan di google "adat ba'usung pengantin Banjarmasin" karena saya sulit menjelaskannya hehehe maaf ya) dan diiringi tarian bagipang (seperti kuda lumping).

Sore hari acara selesai, Fiqri dan Ahmad membereskan peralatan mereka, sebelum pulang mereka diminta tuan rumah makan dan mereka disuguhi katupat baiwak (ketupat pakai ikan gabus dimasak pakai santan khas kota Hulu sungai selatan).

Dihabisakan naklah..(dihabiskan ya nak)"kata Ibu mempelai pengantin wanita

Inggih cil.. (iya Bu/Mbak) sahut ramah Fiqri dan Ahmad serentak yang duduk di dalam rumah pengantin

Scene 4

Set. => Rumah Fiqri, sore hari hampir senja

Cast. => Fiqri, Ahmad,Ibu Fiqri

EXT. Halaman rumah Fiqri

Fiqri dan Ahmad sampai di pekarangan rumah Fiqri, Ibu Fiqri sibuk menyapu halaman. Fiqri turun dari motor matic milik Ahmad dan mengambil barang-barang miliknya.

Cil tarus hajalah, Ulun handak bulik (Bu permisi ya, saya mau pulang) kata Ahmad yang masih duduk di jok motornya dengan ramah

Kada singgahkah dulu Ahmad (gak mampir dulu Ahmad) ajak ibu Fiqri

Tarus haja cil'ai nah, Sanja sudah harinya (gak Bu, sudah senja) kata Ahmad kemudian turun dari motornya dan menyalami tangan ibu Fiqri

Assalamu'alaikum ..ujar Ahmad

Wa'alaikumsalam sahut Ibu Fiqri dengan senyum ramah

Tarus Fiq (bye Fiq) Ahmad melambai tangan kepada Fiqri yang duduk di teras.

FADE OUT

Scene 5

Cast. => Fiqri, orang tua Fiqri, kakak perempuan Fiqri (35 THN), Alya keponakan Fiqri

FADE IN

INT. Rumah Fiqri/ruang tamu, malam

Fiqri dan keluarganya duduk di ruang tamu sambil nonton tv, walau terkadang layar tv tersebut sedikit error

Ma.. bah.. Ulun handak ..(Bu.. yah.. saya mau) belum sempat Fiqri selesai bicara langsung dipotong sang kakak

Handak babini.. (mau nikah) ujar sang kakak dengan senyum candanya sedikit meledek Fiqri

KADA... (Tidak) sahut Fiqri sedikit meninggikan suaranya dengan rasa kaget dan malu

Pian handak babinikah mang?(kamu mau nikah kah om?) Alya ikut menimpali pembicaraan ibunya yang sedari tadi sibuk main sendiri

Kada jer amang.. (gak kata om) kata Fiqri melembutkan suaranya

Amun handak babini nyaman ku jual sapi tuh gasan jujuran (kalau mau nikah, aku jual sapi untuk mahar) kata sang Ayah tersenyum

Kada bah'ai.. kada..ba'isi pacar haja gen kada (tidak yah..tidak, pacar saja tidak punya) sahut Fiqri menahan rasa jengkelnya karena dia tau seisi rumah sedang menggodanya

Fiqri melanjutkan pembicaraan dengan menghela nafas dan menatap satu persatu penghuni rumah

Anu.. bah'ai, Ulun handak minta izin lawan buhan Pian barataan, anu.. Ulun handak merantau (gini..Yah saya mau minta izin sama kalian semua ,anu.. saya mau merantau)

Kamana? (Kemana?) Ibu Fiqri sedikit kaget

Anu.. ka Jakarta Ma'ai (anu ke Jakarta Ma) jawab Fiqri tanpa ragu

Jauhnya.. (jauh banget) kata ibu Fiqri

Handak ma'apa ikam kasitu?(mau ngapain kamu ke sana?) Tanya kakak Fiqri

Mancari gawian sambil mancari suasana hanyar (mencari kerjaan sambil mencari suasana baru) sahut Fiqri

Di sini sudah haja ada gawian (di sini kamu sudah punya kerjaan) ujar sang Ayah

Ulun handak mengembangakan kamampuan fotografer Ulun lawan Ulun handak mancari gawian Nang labih baik supaya kita sikap sugih bah'ai.. Ma'ai (saya mau mengembangkan kemampuan fotografer saya dan saya mau mencari kerja yang lebih baik agar kita cepat kaya yah..Bu) kata Fiqri berusaha meyakinkan keluarganya

Setelah beberapa hari memikirkan permintaan Fiqri itu, akhirnya keluarga Fiqri mengizinkannya merantau ke Jakarta.

Seminggu kemudian Fiqri pergi menuju mantan ibu kota tersebut.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar