LIBERATION PARTY
2. HINDIA; HARI YANG BAIK UNTUK BERBOHONG

EXT. PANTAI — NIGHT

Scene dibuka dengan shoot ke arah ombak di pantai, suara deburan ombak yang menerpa pasir terdengar sayup-sayup, dan di tengah-tengah pemandangan pantai dengan bulan di tengahnya. Tulisan bulan Februari tanggal 18 berhitung mundur dengan cepat hingga ke bulan April tanggal 22 tahun sebelumnya.


Cut to:

INT. KAMAR NUKA — NIGHT

Nuka membelakangi kamera, punggungnya sedikit membungkuk, fokus mata dan jemarinya kini terpusat pada lembaran kertas berisi soal ulangan tengah semester dari salah satu dosen matkulnya. fokusnya sempat teralihkan sebentar kala suara Baskara Putra terhenti saat menyanyikan lagu 'Berita Kehilangan' milik .feast berganti dengan suara getar ponselnya. Dia melihatnya sekilas, nama Hema, kakak laki-lakinya yang nomor dua menelefon.

Nuka mengacuhkan panggilan sang Kakak, karena dirinya memang harus segera menyelesaikan soal-soal ini, lagipula biasanya Hema menelefon hanya untuk bertukar kabar dengan layanan video call kepadanya dan Ibu Ayahnya.


NUKA
Biarin deh, nanti kalau penting juga nelfon lagi


Ponselnya tak lagi bergetar. Nuka melanjutkan kegiatannya, hingga beberapa menit setelahnya, sayup-sayup suara motor terdengar di telinga Nuka. Membuatnya sempat menerka-nerka siapa yang datang ke rumahnya malam-malam begini. Nuka berniat kembali fokus pada soal di depan matanya tetapi, suara teriakan sang Ibu dan Ayah terdengar memenuhi rumah.

Nuka segera berdiri, terkejut. Pensil yang tadi dia pegang erat untuk menghitung langsung ia lempar asal. Tubuhnya segera berlari ke luar kamar, segera membuka pintu kayu kamarnya.


cut to:

INT. RUANG TAMU RUMAH NUKA — NIGHT

Nuka segera berlari ke arah Ibu, Ayah dan Alfa -kakak laki-laki nomor satu- yang sudah terkapar di lantai ruang tamu. Ibu Nuka di peluk Alfa, sedangkan sang Ayah sudah tersujud-sujud di samping mereka berdua. Suara teriakan Alfa memekakkan telinga, bersautan dengan teriakan Ibu Nuka dan isakan sang ayah.


IBU NUKA
(nada teriak)
HEMAAAAAAA
HEMAAAAAAA
ANAKKUUU HEMAAAAAA


ALFA
Diaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh(nada rintihan) Diah Kaaaaaaaaaaaaaaaa(nada rintihan dengan mata yang menatap Nuka)


Nuka tak bisa merespon situasi ini. Dirinya hanya berdiri kaku di tempatnya, tak bisa membuka mulutnya, tanpa diberitahu, dia mengerti apa yang terjadi. Diah, kakak iparnya yang merupakan istri Hema itu tengah hamil dan sudah saatnya melahirkan. Jadi, Nuka mengerti arti situasi yang membuat keluarganya menangis penuh rasa sakit ini. Dia tahu apa artinya, dia mengerti kalau Diah kemungkinan tidak selamat saat persalinan anak keduanya.

Setelah lama berdiri menatap keluarganya yang tengah terpontang-panting menangis, Nuka ikut berteriak penuh rasa sakit. Tenggorokannya terasa tercekat setelah teriakannya keluar. Dia merasa bersalah karena ketika Hema menelefon tadi tidak dia angkat.


NUKA
BODOH NUKA LO BODOH LO EGOIS LO GILA!(nada teriak, sembari menangis)


Nuka terduduk bersimpah air mata, berkali-kali tangannya memukuli kepalanya sendiri. Sembari mereriaki dirinya tentang betapa bodohnya dia karena mengacuhkan panggilan sang Kakak hanya karena keegoisannya.


NUKA(V.O)
Sekarang lo baru nyesel karena keegoisan yang selama ini lo tutup-tutupi kan Ka?(beat)
Lo itu bodoh, di saat kakak lo yang sayang setengah mati sama lo butuh lo, lo malah nggak peduli dan malah utamain soal-soal sialan itu!(beat)
Lo..(beat) Lo itu bodoh Nuka


IBU NUKA
Diaaahhhh, anakkuuuuuuu(merintih sembari melepaskan pelukan Alfa dan ikut duduk di lantai bersama Nuka dan sang suami)




Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar