71. INT. RUMAH, DUA BULAN SETELAH LULUS SEKOLAH — MALAM HARI
Gian duduk bersandar di ujung sofa, menatap ke luar jendela.
Gian teringat kembali kejadian di waktu lampau;
CUT TO:
CUT TO:
CUT TO:
Gian menghela nafas panjang. Gian kembali berjalan ke meja belajarnya, melanjutkan membuat Nametag untuk keperluan OSKAS (Orientasi Mahasiswa Kampus) yang akan dilaksanakan di Universitas barunya besok.
Bang Alfa memunculkan kepalanya dari balik pintu, kemudian pergi.
Gian tersentak kaget, kemudian berteriak, karena wajah bang Alfa sudah tidak terlihat dari balik pintu.
72. EXT. HALAMAN RUMAH BANG ALFA — PAGI HARI
Gian memperhatikan dirinya. Rambut di cepol dua dengan pita merah. Baju kemeja putih, rok hitam sebawah lutut, dan nametag menggantung di lehernya.
Gian menghentikan langkahnya di halaman rumah bang Alfa.
Gian mengangguk, naik ke motor bang Alfa.
Bang Alfa menoleh, Ada 7 kendaraan bermotor, laki-laki seumuran bang Alfa mengenakan jas berwarna merah juga. Bang Alfa menyalakan motor kemudian mulai mengendarainya terlebih dulu.
Teman-teman bang Alfa mengangguk, mengekor di belakang motor bang Alfa.
73. EXT. UNIV. MERCCE BEINA, HARI KE 1 OSKAS — PAGI HARI
Gian melihat di kiri dan kanan jalan, puluhan calon mahasiswa dan mahasiswi berpakaian sama dengannya, berjalan beriringan dari batas yang telah ditandai, diawasi oleh mahasiswa berjas sama seperti bang Alfa.
Bang Alfa mematikan motornya persis di depan gerbang universitas, berbicara sebentar dengan beberapa orang berjas sama yang sedang mengatur barisan.
Gian turun dari motor, masuk ke dalam barisan bertuliskan TEKNIK ARSITEKTUR. Mata Gian mengekor kepergian bang Alfa dan teman-temannya sampai hilang dari pandangan.
Hampir semua mata memandang Gian, karena dia turun tepat di depan barisan, tidak berjalan kaki dari batas yang telah ditentukan, seperti yang lainnya.
Para mahasiswa berjas sama dengan bang Alfa memberi berbagai macam perintah.
74. EXT. UNIV. MERCCE BEINA, HARI KE 1 OSKAS — SORE HARI
Bang Alfa melambaikan tangan ke arah Gian, meminta Gian mendekat.
Gian berjalan menuju bang Alfa dan kumpulan teman-temannya.
Bang Alfa menepuk bahu seseorang di sampingnya.
Teman-Teman bang Alfa yang lain riuh tersenyum ditahan.
Bang Alfa tersenyum jahil dan mulai melangah pergi dengan cepat.
Teriak bang Alfa di kejauhan memotong ucapan Gian, sebelum akhirnya menghilang di balik koridor kelas.
Gian terdiam menatap koridor.
Agam menunjuk satu kursi kosong diantara laki-laki berjas sama dengannya. Mengambil satu box makanan, duduk di kursi dan memulai memakannya.
Agam mengangguk sambil mengunyah.
Gian mengangguk pelan, kemudian duduk menunggu Agam menyelesaikan makannya.
Agam berdiri di depan Gian. Kemudian mulai berjalan di koridor dengan teman-teman berjas sama.
Gian mengerutkan dahi, bingung, kemudian mengangguk pelan.
Agam dan teman-temannya bejalan di koridor gedung E sambil bercanda gurau, sesekali tertawa. menuruni tangga gedung E lantai 5, melewati lapangan kecil ber-conblock, void antara gedung D dan gedung B, melewati pintu besi kecil yang merupakan pintu samping Universitas, berjalan ke luar kampus dan memasuki gang sempit diantara warung-warung kecil penjual makanan.
Gian berjalan mengekor, sambil memperhatikan sekeliling.
Gian menghentikan langkahnya.
Agam berjalan ke warung kercil berwarna hijau dengan bukaan jendela besar di kedua sisinya. Banyak kumpulan orang berjas sama, yang duduk di dalam warung dan di bawah pohon belimbing di area luar warung.
Agam memasuki warung, mengambil kunci motornya yang disembunyikan bang Alfa di atas rak lauk.
Agam menyapa kerumunan berjas senada di dalam dan luar warung, berjalan menuju barisan motor-motor yang berjajar, menghidupkan mesin motor dan mendatangi Gian.
75. EXT. MOTOR, PERJALAN PULANG — SORE HARI
Agam mengendarai motornya dengan pelan.
Gian mengerutkan dahi.
Sepanjang perjalan daru Universitas ke rumah Gian yang hanya 5 menit. Hening.
Gian turun dari motor Agam, masuk ke dalam gerbang rumah dengan cepat tanpa melihat lagi Agam yang belum pergi depan gerbangnya.
76. INT. KELAS, HARI KE 2 OSKAS — PAGI HARI
Senior berkepala botak berteriak sambil keliling kelas, memantau mahasiswa-mahasiswi baru yang sedang menggambar.
Senior berambut gondrong menundukan kepalanya ke arah gambar salah satu calon mahasiswa.
Calon mahasiswa-mahasiswi serentak melihat ke arah yang dimaksud.
Anak yang ditunjuk menggangguk, berdiri, melangkah ke depan kelas.
Anak lain yang ditunjuk reflek membetulkan nametagnya, menggangguk, berdiri, melangkah ke depan kelas.
Senior berambut shegi dan berkumis tipis menunduk ke arah Gian.
Gian melirik, lalu menunduk diam.
Gian berdiri, melangkah ke depan kelas, bergabung dengan beberapa anak lainnya yang diperintahkan berdiri juga. Gian melihat ke seisi ruang, dan koridor di luar, tidak ada bang Alfa.
Senior menyerahkan mic ke tangan Gian.
Gian mengambil mic, menarik nafas pelan.
Senior menunjuk ke arah anak-anak yang berdiri berjajar di belakang Gian.
Calon mahasiswa-mahasiswi di belakang Gian, joget. Calon mahasiswa-mahasiswi yang lain, menonton tanpa suara.
Gian melanjutkan nyanyinya asal-asalan, sambil memandang ke luar jendela kelas, sudah ada bang Alfa dan teman-teman berjas merahnya.
77. EXT. TERAS RUMAH — MALAM HARI
Gian berdiri di depan bang Alfa setelah sampai teras rumah nya.
Bang Alfa mengerutkan dahi.
Gian menyodorkan pesan masuk di handphonenya
Bang Alfa membaca lalu menyodorkan handphone Gian ke arah Angga dan Agam bergantian.
Agam memukul berkali-kali lengan Angga.
Gian menghela nafas, mengambil handphonenya, berbalik badan meninggalkan mereka bertiga yang masih tertawa.
78. EXT. KANTIN KAMPUS — SIANG HARI
Fajrin melepas tabung gambar yang ada dibahunya. Meletakannya ke atas meja kantin.
Dili berlari, kemudian menjitak kepala Fajrin, bercanda.
Tasta menaruh kartu unonya ke meja kantin. Kemudian menyeruput es capucino.
Permana tersenyum simpul ke arah Tasta.
Estya memindahkan toping jamur ke mangkuk mie ayam milik Gian.
Gian mengangguk, sambil mengunyah mie ayamnya.
Dirto menyingkirkan gulungan kertas gambar milik Fajrin yang menghalangi tumpukan kartu uno di meja. Sambil tetap fokus pada kartu di tangannya.
Risa menyingkirakan lagi gulungan kertas gambar milik Fajrin yang sedetik lalu disingkirkan Dirto, sambil tetap fokus pada kartu di tangannya.
Gian mengangguk lagi, sambil tetap mengunyah mie ayam.
Pratama teriak dari kejauhan, berlari kecil ke arah Estya.
Estya mengangkat 2 jari membentuk peace, sambil mengunyah mie ayam.
Pratama menggeser tubuh Estya, mengambil alih mangkok mie ayam gadis itu dan mulai memakannya.
Estya menarik kembali mangkok mie ayamnya, melanjutkan makan.
Adung datang menyusul, menepuk pundak Pratama.
Pramata mengelap cepat mulutnya dengan tisu milik Estya.
Adung memasang muka serius, menyelesaikan kalimat panjangnya, kemudian meneguk Dancow Blend yang ada di meja.
Dili menepuk bahu Adung berkali-kali.
Dili menggeser gelasnya jauh-jauh dari Adung, kemudian meneguk Dancow blend sampai habis.
Estya menyuap besar-besar mie ayam ke mulutnya.
Risa mengangkat kartu-kartunya ke arah Adung.
Pratama membekap gemas mulut Estya.
Semua mengangguk, tidak tega si Adung ketua angkatan yang sering jadi sasaran omelan senior Arsitek.
79. EXT. TERAS RUMAH IBU — MALAM HARI
Estya membetulkan letak duduknya, berbisik pelan ke kuping Pratama.
Pratama menunjuk kecil ke arah depan. Adung di depan duduk bersila bersebelahan dengan senior-senior yang sibuk kasih wejangan tentang lingkup arsitektur ke anak-anak angkatan baru.
Dirto sibuk melihat jam tangannya.
Gian, Tasta, Biza, Estya, Risa, Permana, Fajrin, Dili bertatapan bergantian.
Dirto mengisyaratkan dengan tangan, membentuk lambang silang beberapa kali. mengartikan: negerjain tugas di rumah aja!
Gian, Tasta, Biza, Estya, Risa, Permana, Fajrin, Dili mengangguk pelan.
Senior mengakhiri petuah panjangnya.
Kemudian bersalaman atau tos-tosan ala anak-anak jurusan Arsitektur. Bangun dari duduk lesehan, memakai sepatu masing-masing dan meninggalkan teras dan warung Ibu.
Gian menoleh, menghentikan langkah di depan pintu warung.
Agam membulatkan mata ke arah bang Angga, sambil memukulnya berkali-kali.
Gian melirik ke arah Agam. Mengangguk. Melanjutkan jalan menyusul teman-temannya yang lain.
80. EXT. PINGGIR JALAN, SEBRANG KAMPUS — MALAM HARI
Gian menghela nafas membaca pesan di handphonenya tanpa membalas, memasukkannya ke dalam tas, dan menaiki angkutan umum yang baru saja berhenti.
Tasta menaiki angkutan umum terlebih dahulu.
Menyusul Tasta masuk ke dalam angkutan umum.