61. EXT, KANTIN, PULANG SEKOLAH — SIANG HARI
Slevy memainkan tongkat merah milik Indi dengan wajah bingung.
Nasayu mencoba menarik-narik tongkat di tangan Slevy.
Rini memasangkan pita merah besar di atas kepalanya.
Deyan menjitak gemas kepala Rini.
Indi melirik gemas, tanap menjawab.
Bisik Indi pelan tepat di telinga Gian.
Gian tersenyum tipis sambil menggunting lembaran kertas berwarna silver menjadi potongan-potongan kecil.
Indi mengangguk gemas.
Lanjut Indi masih berbisik di telinga Gian.
Gian menatap Indi datar.
62. EXT. LAPANGAN, ACARA PENTAS SENI — SORE HARI
Rangkaian acara pentas seni sekolah berjalan lancar dari pagi. Waktunya acara penutup: Modern Dance.
Gian melihat Daksa berdiri di paling depan, di depan Aci. Tangannya di rentangkan, siaga berjaga dari anak laki-laki lain yang histeris. Daksa terus menatap Aci tanpa berpaling sampai potongan kertas kecil berwarna silver di hempaskan semua anggota dance.
Gian menarik nafas pelan, menegakan kepalanya.
63. EXT. KORIDOR, ACARA PENTAS SENI — SORE HARI
Indi merengek sambil menarik tangan semua bergantian ke arah ruang ganti.
Deyan menaburi kepala Rini dengan sisa potongan-potongan kertas kecil silver di meja.
Semua tertawa sambil membantu merapihkan properti dance milik Indi ke dalam box barang miliknya.
Indi mendengus seraya memberikan tisu basah.
Gian meraih tisu basah yang di berikan Indi. Gian menglap butiran gliter berwarna silver yang tergambar lebar di sudur mata, dahi dan tulang pipi Indi.
Aci tersenyum, sambil memejamkan mata.
Gian reflek membalikan badan pelan, terkejut, wajah Aci sudah ada di depannya. Gian menatap Aci. Gian menggerakan tangannya ke sudut mata Aci. Membersihkan setiap gliter silver dengan tisu basah milik Indi yang dari tadi dipegangi.
Aci membuka mata.
Gian terdiam, mengangguk pelan.
Aci lompat dari meja aula yang sedari tadi dia duduki.
Gian masih menatap Aci.
Aci mengambil beberapa properti dance miliknya dan pergi dari ruang ganti.
Gian membeku memengang tisu.
Yang lain terdiam menatap bingung dan linglung.
Nasayu memngarahkan jarinya ke matanya sendiri dengan gemas.
Slevy menjitak kepala Nasayu.
Slevy melirik jahil ke arah Gian. Mencairkan suasana.
64. INT. KAMAR — MALAM HARI
Gian berjalan ke arah kasur, membaca ulang pesan yang dikirimnya untuk Ares.
Gian merebahkan badannya di kasur.
Gian mengetik kembali pesan untuk Ares, menceritakan keadaannya, meminta Ares membantu misi BALASnya.
Gian mengetik kembali balasan pesan untuk Ares sambil tersenyum-senyum di kasur.
65. EXT. KORIDOR, JAM ISTIRAHAT — SIANG HARI
Namna menempel pamflet PENSI (Pentas Seni) Sekolah Ares di mading sekolah.
Gian tersenyum, sambil menutup lem kertas yang sedari tadi dipegangnya.
66. INT, KELAS, JAM PELAJARAN TERAKHIR — SIANG HARI
Gian membaca pesan dari Namna, Gian dengan cepat memakai tas ranselnya sambil menunggu Ibu Tini yang lambat keluar dari kelas.
Bu Tini berjalan keluar kelas.
Gian berlari keluar kelas
Bulan kebingungan menatap Gian.
Gian berlari di koridor kelas yang padat, menuruni tangga, hingga ke gerbang belakang sekolah.
Gian menarik nafas, menghentikan larinya tepat di samping Namna yang bersembunyi di balik semak-semak di samping gerbang belakang sekolah.
Namna menunjuk ke arah luar dengan gemas.
Gian berlari kecil, menyebrang jalan ynag tidak begitu besar, menghampiri Ares.
Ares sumringah. Ares menunggu di atas Motor besarnya yang berewarna merah.
Gian membuka tear-off bening helm besar menutupi wajah Ares.
Gian terdiam, memperhatikan motor Ares.
Gian memegang pundak Ares sebelum akhirnya berhasil menaiki motor besar yang ditumpangi Ares.
Gian menaruh telunjuk dibibirnya. Menjawab dengan pelan.
Gian memelankan suaranya lagi, sambil mencoba membuka helm Ares.
Tangan kecil Gian berusaha melepaskan helm Ares dari kepalanya.
Gian masih merengek.
Namna berteriak di samping Gian dan Ares,sambil memulul lengan Gian dan Ares bergantian dengan gulungan buku LKS.
Gian dan Ares berpandangan, bingung.
Gian panik, matanya melihat ke sekeliling, tidak ada Daksa dan motornya.
Namna melanjutkan pukulan buku LKSnya ke helm Ares.
Ares meringis lalu terbahak.
Namna berteriak sambil meledek dengan wajah rese level 10.
Gian membekap mulut Namna dengan tangan.
Ares masih tertawa.
Gian lemas, frustasi rencana BALAS-nya gagal karena HELM.
Ares tertawa lagi.
Ares mencoba meredakan tawa sambil geleng-geleng kepala melihat tinggkah dua sahabat kecilnya.
67. EXT. KORIDOR, JAM ISTIRAHAT — SIANG HARI
DUA MINGGU KEMUDIAN.
Slevy menarik tangan Gian, tanpa bicara.
Gian mengekor langkah cepat Slevy.
Slevy melirik ke kiri dan kanan hati-hati. Memastikan tidak ada orang di tempat mereka bicara.
Gian setengah berteriak, terkejut.
Slevy penuh penghayatan menirukan gaya bicara Daksa.
Gian terdiam, berpikir.
Slevy sumringah, mukanya semangat, kegirangan.
Slevy berubah jadi bingung.
Gian tersenyum ke Slevy, masih tetap sambil berpikir.
68. INT. RUMAH, PULANG SEKOLAH — SIANG HARI
Gian menunjuk Ares dengan pisau buah. Mengelap pisau dengan tisu dan memberikan piring penuh mangga yang sudah berbentuk dadu ke arah Ares dan Namna.
Ares memundurkan badannya ke sofa.
Namna menatap Gian heran, sambil melahap potongan mangga.
Ares ikut melahap potongan mangga dengan santai.
Ares tersedak mangga.
Namna dengan cepat mengambil segelas air putih dari meja dan menyodorkannya ke Ares.
Ares meneguk air dengan cepat.
Ares meneguk lagi sisa air putih di gelasnya sampai tidak tersisa.
Namna membentuk kedua jarinya menjadi lambang peace.
Gian menutup muka dengan kedua tangan.
Ares tidak trauma, dengan santai kembali melahap potongan mangga.
Gian dan Namna berpandangan, menghela nafas, putus asa.
Namna memarahi Ares sambil tetap mengayunkan garpu ke mangga dan mengunyahnya keras-keras.
Ares melempar mata ke arah Gian yang masih terdiam, frustasi.
Gian mengangguk pelan.
Ares tertawa kencang.
Ares tertawa semakin kencang.
Namna menatap Gian yang masih kalut.
Ares menghentikan tawanya. Tersenyum simpul.
69. INT. RUMAH, LIBUR SEKOLAH — MALAM HARI
Ares melajukan motornya pelan, di sekitar rumahnya dan Gian. Hanya berkeliling jalan.
Gian mendengus pelan di teliga Ares.
Gian turun dari motor Ares. Gian menggerakan pagar rumahnya berkali-kali. Sudah terkunci.
Ares tertawa kecil.
Gian menunjuk gerebang yang masih terbuka, persis di sebelah rumahnya. Rumah sepupunya, yang dari dinding halaman sana ada pagar kecil yang tembus ke halaman rumahnya.
Ares melambaikan tangan santai, menyalakan motor, pulang.
Gian memasuki gerbang rumah bang Alfa, sepupunya. Banyak orang teras rumah bang Alfa. Gian membuka gerbang kecil antara rumah bang Alfa dan rumahnya. Berhasil masuk ke halaman rumah!
70. RUMAH, SATU MINGGU SETELAH UJIAN NASIONAL — MALAM HARI
Gian menggelengkan kepala tidak percaya, membaca pesan dari Maydi. Mungkin bekal makan siang yang Bulan bawakan untuknya banyak penyedap rasanya.
Gian mengetik sesuatu di handphonenya.
Gian menjatuhkan tubuh ke kasur, memejamkan mata. Gian mengingat kembali, begitu banyak yang tetap ada, bahkan saat Gian merasa berada di hari-hari terburuknya. Gian merasa bersyukur, walaupun di sisi lain hatinya tetap nelangsa.
Gian membuka mata, mengingat-ngingat, ternyata:
Gian hanya akan Daksa ingat setelah bel pulang sekolah, saat mata lain tidak membuntuti. Gian hanya akan Daksa datangi setelah waktu telah dihabisi bersama hati lain yang dilindungi. Gian hanya jadi bagian dari cerita tersembunyi, kisah yang orang lain tidak boleh ketahui.
Gian menarik nafas, memejamkan mata lagi. Gian sudah selesai dengan semua misi balasnya. Gian memaafkan, bukan untuk mereka, tapi untuk dirinya sendiri. Berdamai dengan dirinya sebelum setelah ini melangkah ke tempat lainnya, jauh dari sekolah dan segala isinya.