51. EXT. KORIDOR KELAS, JAM ISTIRAHAT — SIANG HARI
Deyan menarik tangan Rini. Yang lain berjalan di belakang Deyan.
Airunisa memegangi kesepuluh kuku tangan Nita sambil berjalan.
Nasayu berjalan sambil menggandeng Slevy. Mata Nasayu membulat. Terkejut dengan cerita Slevy.
Juwita membuka halaman buku sambil berjalan pelan. Menunjukan satu halaman pada Jelita dan Lestari.
Gian berjalan di paling belakang, Menoleh ke arah Namna, tersenyum, tidak bicara.
Namna berjalan menyeimbangkan langkah Gian, Balas tersenyum, juga tanpa bicara.
Deyan sambil mengunyah berbisik di telinga Firiyan. Matanya menunjuk ke arah tempat Daksa dan Aci memesan makanan.
Semua menoleh, termasuk Gian.
Gian melanjutkan makan, berusaha tenang, tanpa bicara.
Semua kembali makan sambil bercanda, sesekali memperhatikan Gian.
52. EXT. KANTIN SEKOLAH, JAM ISTIRAHAT — SIANG HARI
HARI BERIKUTNYA.
Gian menepuk lengan Namna. Menatap ke arah kannti sebelum berbalik arah.
Namna yang kebingungan.
Gian berjalan cepat ke arah kelas lagi, sambil menahan air matanya.
Namna melangkah pelan memasuki pintu besi kantin sekolah. Terlihat Daksa dan wanita barunya di salah satu kursi kantin di sana.
53. INT. KELAS, JAM ISTIRAHAT — SIANG HARI
HARI BERIKUTNYA.
Namna meringis, menarik Bulan dari kursinya. Kemudian duduk di kursi Bulan, dengan box bekal makanyang dibawanya.
Bulan tersenyum, membawa dua box makannya , melambaikan tangan ke aarh Gian dan Namna, keluar kelas.
54. EXT. KORIDOR KELAS — SIANG HARI
Indi memperhatikan dengan sungguh-sungguh dua sosok yang Nita maksud, jauh di sebrang lapangan.
Nita menyenggol lengan Slevy, memberi isyarat ada Gian.
Gian tersenyum, mengangguk.
Namna teriak ceria begitu keluar dari pintu kelas Gian.
Namna memukul gemas lengan Slevy dengan box bekalnya yang kosong.
Slevy meringis, mengelus lengannya berkali-kali.
Gian tersenyum, sambil terus memikirkan kalimat Nita.
55. EXT. PULANG SEKOLAH — SIANG HARI
Nita mengangguk, tersenyum senang.
56. INT. TERAS RUMAH NITA — SIANG HARI
Nita menaruh tas di kursi, berjalan ke arah dapur dan teriak dari sana.
Nita dan Gian berbincangan seperti biasa. Nita bercerita tentang konflik kedua orang tuanya.
Gian mendengarkan. Sesekali melihat ke jalan di luar gerbang.
57. EXT. TERAS RUMAH NITA — SIANG HARI
HARI BERIKUTNYA.
Gian menatap Nita dengan wajah sedih.
Nita mengecilkan suara, menekan nada pada semua kata.
Gian masih menatap Nita, hampir menangis.
Gian menunduk, tidak menjawab.
Nita menggelengkan kepalanya pelan.
Gian menahan air mata.
Suara Nita melunak lagi. Putus asa.
Gian mengusap air mata yang hampir menetes.
Nita mengusap bahu Gian pelan, berulang-ulang.
Gian menghela nafas pelan, mengangguk.
58. EXT. KORIDOR KELAS, PULANG SEKOLAH — SIANG HARI
Firiyan menyenggol lengan Indi.
Indi balas menyenggol lengan Firiyan.
Gian mengangguk, bingung.
59. INT. RUMAH GIAN, PULANG SEKOLAH — SIANG HARI
Gian menuangkan sirup leci dingin ke gelas masing-masing, segera duduk di samping Nasayu, mendekap bantal kecil di pangkuannya, menunggu.
Firiyan melirik Indi
Indi melempar pandangan bergantian ke Nasayu dan Slevy.
Gian menatap Namna.
Namna mengangkat bahu ke arah Gian.
Deyan tersenyum jail, berusaha mencairkan suasana.
Slevy melirik galak ke Deyan.
Gian melirik pelan ke arah Nita.
Nita balas menatap, tatapan kekhawatiran.
Gian menarik nafas pelan, mendekap bantal dipangkuannya lebih erat.
Gian menatap Indi, matanya berkaca-kaca. Gian menenggelamkan wajahnya ke bantal. Gian terisak, sesak.
Semua menatap khawatir, menggemngam tangan Gian bersamaan.
60. EXT. AULA SEKOLAH, PULANG SEKOLAH — SIANG HARI
Indi merengek sambil memegang tongkat dance miliknya.
Semua berjalan memasuki aula, mengisi bangku kosong sesukanya.
Namna mengarahkan Gian duduk di bangku paling pojok, persis di sampingnya.
Gian mengangguk, duduk, tanpa berkata.
Indi berjalan ke stage kecil di depan sana, sudah ada Elsa, Cila, Bebi, Puri dan Aci menunggu Indi.
Gian melihat wajahnya yang biasa, rambutnya yang kering panjang, tubuhnya yang mulus, ucapnnya yang manja, Gian mengamati Aci.
Aci meninggalkan anggota dance yang masih menggerakan tubuk ke segala arah. Aci berjalan ke arah jendela nako di sudut aula. Berbicara dengan seseorang di luar aula sana. Telihat ujung kepalanya. Daksa.
Gian memejamkan mata, menarik nafas pelan.
Namna menguatkan lewat lirikan mata, tanpa bicara.