16. INT/EXT. MOBIL - DAY -TRAVELING
Bayu mengendarai mobilnya keluar dari stasiun. Taufik duduk disampingnya. Risa dan Vina duduk dibelakang.
BAYU
Wajahmu pucat Ris, sakit?
(Bayu menatap Risa dari kaca spion)
TAUFIK
Diganggu lagi tadi dikereta.
BAYU
Kamu baik-baik saja kan?
RISA
Aku baik baik saja mas, sedikit shock saja.
Anak-anak bagaimana mas?
BAYU
Sama bapak dan ibu, juga beberapa keponakan aku suruh tidur menemani Aryo dan Bunga biar rame suasana.
(Risa menatap tajam kearah Bayu)
RISA
Lokasi rumah pak Ageng sudah aku kirim ke mas Taufik, nanti biar dipandu.
BAYU
Aku sudah cek in hotel jadi nanti kita tinggal masuk sorenya.
RISA
Terimaksih mas.
(Masih menatap tajam kearah Bayu)
(Vina memandang curiga kearah Risa yang menatap tajam kearah Bayu)
(Taufik memandu Bayu menuju rumah pak Ageng)
CUT TO
17. INT/EXT. RUMAH PAK AGENG- Day
Perjalanan menuju kerumah pak Ageng (60) memakan waktu satu jam. Rumah pak Ageng berada di kaki gunung lawu, namun tidak terpencil. Sudah cukup ramai dengam rumah-rumah penduduk. Risa,Vina,Bayu dan Taufik menyalami pak Ageng dan istrinya (60) begitu turun dari mobil. Lalu mereka dipersilahkan masuk oleh bapak Ageng dan duduk di ruang tamu yang sudah lengkap dengan makanan dan minuman.
PAK AGENG
Mbak Tiara sudah pernah datang kesini sendiri, saya kagum dengan keberaniannya.
(Semua menatap kearah pak Ageng)
PAK AGENG
Maaf sebelumnya ya mbak Risa, kalau bapak tidak bisa menjelaskan semuanya lewat telpon.
RISA
Tidak apa-apa pak. Kalau boleh tahu ada masalah apa ya pak, mbak Tiara datang menemui bapak?
(Pak Ageng menunjuk syal yang dipakai Risa)
PAK AGENG
Dia mengalami persis apa yang kamu alami.
(Pak Ageng menyalakan rokok tembakaunya)
PAK AGENG
Tidak hanya mbak Tiara, tapi anak-anaknya juga mengalami hal yang sama.
RISA
Lalu apa yang sebenarnya yang terjadi pada kami pak?
PAK AGENG
Saya akan menjawab persis seperti jawaban saya pada mbak Tiara.
(Pak Ageng diam sejenak menatap Risa)
PAK AGENG
Rumah kalian dikutuk, dan kutukan itu mengikuti kalian dan orang-orang yang pernah tinggal disana.
RISA
Dikutuk? Tapi kenapa? Dulu seingatku tidak ada hal-hal mistis yang aku alami, atau mungkin karena aku masih kecil jadi aku tidak memahaminya.
PAK AGENG
Atau memang ibu dan bapak kalian sengaja menutupinya.
RISA
Hanya memang ibu dan bapak melarang kami untuk medekati sendang di belakang rumah.
PAK AGENG
Saya dan mbak Tiara sempat mengunjungi rumah kalian, dan saya terkejut dengan aura kegelapan yang menyelimuti tidak hanya rumah kalian, tapi dusun dan juga sebuah sendang dibelakang rumah kalian.
RISA
Dusun? Apakah juga dikutuk pak?
PAK AGENG
(Menatap Risa tajam)
Mungkin
(Wajah Risa tampak terkejut)
VINA
Tapi kenapa rumah dan semua penghuninya dikutuk pak?
PAK AGENG
Kalian melanggar larangan penting dan membuat murka penungggu sendang, penungggu yang sudah berada disitu jauh sebelum keberadaan kalian atau para penduduk sekitar. Kalian membangun rumah ditempat yang tidak seharusnya dan yang lebih parah, rumah kalian membelakangi sendang yang sudah dikeramatkan oleh penduduk sekitar sejak mereka disana.
(Pak Ageng meminum secangkir teh didepannya)
PAK AGENG
Tidak ada rumah disekitaran sendang itu, hanya rumah kalian. Rumah terdekatpun agak jauh dari sendang itu dan semua rumah penduduk tidak membelakangi sendang, karena itu suatu larangan bagi mereka. Dan saya yakin, penunggu sendang marah dan mengutuk rumah kalian dan mengingikan kematian keluarga kalian.
BAYU
Termasuk anak-anak?
(Pak Ageng mengangguk dan menatap tajam Bayu lalu mengisap rokoknya untuk terakhir kali)
(Risa menitikkan air mata, Vina menengkannya)
RISA
Jadi semua kematian keluargaku, ibu, bapak dan mbak Tiara karena kutukan itu.
(Pak Ageng mengangguk)
PAK AGENG
Dan kejadian kejadian mistis itu tidak akan berhenti sampai kematian menangkap semua garis keturunan bapak dan ibu kalian, dan mendapatkan jiwa kalian.
TAUFIK
Tapi kenapa baru sekarang kejadian-kejadian mistis itu baru meneror Risa,Tiara dan anak-anaknya.
PAK AGENG
Karena selama ini ada yang menahan agar kekuatan jahat itu tidak mengganggu kalian. Cinta dari ibu, bapak, mbak Tiara dan juga anjing kalianlah yang menahan kekuatan jahat itu untuk sementara. Itulah sebabnya kenapa selama ini mbak Tiara atau mungkin juga mbak Risa tidak pernah bermimpi atau diberikan penampakan ibu dan bapak. Jiwa mereka masih terjebak didalam sendang dan tidak bisa menyebrang.
RISA
(Terisak)
Jadi suara suara yang aku dengar dan membantuku keluar dari semua teror mistis adalah suara keluargaku.
(Pak Ageng mengangguk)
VINA
Tidak bisakah semua ini dihentikan,kutukan ini?
RISA
Dan membebaskan jiwa ibu,bapak,mbak Tiara dan Miko.
PAK AGENG
Seperti yang saya bilang tadi, kutukan itu akan terus mengikuti dan kejadian mistis akan terus meneror kalian sampai penunggu sendang itu mendapatkan semua jiwa kalian.
RISA
Siapa penunggu sendang itu? Apakah hantu-hantu yang meneror kami? Bisakah pak Ageng melawannya?
PAK AGENG
Mahkluk-mahkluk yang menganggu kalian hanya pion yang digerakkkan seseorang, seperti keluarga mbak Risa, jiwa mereka terjebak didalam sendang dan tidak bisa menyebrang. Penunggu sendang itu adalah mahkluk yang sangat kuat, dan sayapun tidak mampu melawan kekuatannya.
TAUFIK
Sekuat apapun kekuatan jahat itu, pasti ada titik kelemahannya. Ingat, kita semua diciptkan oleh dzat yang sama, yang terkuat.
PAK AGENG
Benar.
TAUFIK
Kita diciptakan oleh Dzat yang sangat mencintai kita, lebih dari mahkluk apapun yang Dia ciptakan. Seperti kata pak Ageng tadi, cinta dari ibu,bapak bahkan Miko mampu meredam kekuatan jahat itu mengganggu Tiara dan Risa begitu lama. Mungkin kekuatan cinta dari dua dunia yang berbeda akan bisa mengalahkannya, dunia Risa dan dunia ibu,bapak dan Tiara.
PAK AGENG
Dan mungkin kita butuh sesuatu untuk melemahkan kutukan dan kekuatan penunggu sendang itu.
RISA
Maksudnya pak?
PAK AGENG
Beberapa jam sebelum kematian mbak Tiara, dia sempat menghubungi saya, dia bilang dia akan membakar rumah dan sendang itu. Saya tidak tahu darimana ide mbak Tiara, saat itu saya tidak bisa mengiyakan apakah dengan membakar rumah dan sendang itu akan mengakhiri kutukan itu.
RISA
Mbak Tiara mendapatkan ide itu dari mimpinya.
(Risa tersenyum)
Semenjak kita meninggalkan rumah itu, kita selalu dihantui oleh mimpi tentang hal yang sama, rumah itu. Mimpi tentang masa-masa bahagia dirumah itu yang akan berakhir dengan hancurnya rumah itu. Aku pikir itu hanya kerinduanku akan masa-masa bahagiaku dengan keluargaku saat masih lengkap, tapi ini mungkin sebuah pesan dan jawaban.
(Menatap pak Ageng)
PAK AGENG
Saya kira tidak akan mudah melakukannya ataupun sampai kesana.
(Tiba-tiba pak Ageng bangkit dan masuk kedalam, lalu kembali dan duduk)
(Pak Ageng menjulurkan tangannya yang tergenggam dihadapan Risa,Vina,Bayu dan Taufik, lalu membuka tangannya)
PAK AGENG
Kalian melihat sesuatu?
BAYU
Tidak ada apa-apa pak.
TAUFIK
Kosong.
VINA
Iya kosong tangannya pak.
(Pak Ageng menatap Risa diikuti oleh Vina, Bayu dan Taufik)
RISA
Merah, hijau dan biru. Tiga buah batu yang berkilau.
(Semua terkejut kecuali pak Ageng)
PAK AGENG
Sayak yakin mbak Risa pernah melihatnya.
(Risa terkejut sambil menatap Pak Ageng)
(Risa mengangguk)
VINA
Risa, batu ini bukan..
RISA
(Mengangguk pada Vina)
Cahaya yang pernah aku lihat, terbang seperti kunang kunang dihadapanku. Waktu itu dirumah simbah saat tengah malam, aku terbangun karena lampu padam dan gelap gulita. Saat terbangun aku terkejut mendapati tiga buah cahaya yang terbang seperti kunang-kunang dihadapanku, merah, hijau dan biru. Saya sangat takut saat itu dan memilih bersembuyi dan memejamkan mata dibalik selimut sampai saya tertidur lagi. Saya tidak akan pernah lupa kejadian itu.
(Pak Ageng tersenyum)
RISA
Makanya waktu mbak Tiara mengabariku kalau pak Ageng mengeluarkan tiga buah batu berwarna merah,biru dan hijau dalam tubuh simbah saat pembersihan, aku yakin simbah sudah pulih.
VINA
Kenapa batu itu tidak dihancurkan pak?
(Pak Ageng tertawa. Semua terkejut)
RISA
Karena perjanjiannya, tiga mahkluk itu keluar namun harus mendapatkan tubuh pengganti yaitu garis keturunannya.
VINA
Mahkluk?
RISA
Iya, mahkluk yang menempel dalam diri simbah sejak beliau berumur delapan tahun. Menempel tanpa sengaja saat dia menemani bapaknya yang seorang abdi keraton, bersih-bersih pusaka keraton.
PAK AGENG
Seekor harimau dan dua ekor kera, itulah mahkluk dalam batu ini. Saat mbak Tiara bercerita kalau mbak Risa pernah melihat batu ini, saya yakin mereka memilih mbak Risa.
VINA
Maksudnya, Risa..
RISA
Mungkin sudah jalannya.
VINA
Gila kamu Ris, buang jauh-jauh pikiran itu. Kamu lihat sendirikan efeknya pada simbahmu.
(Taufik dan Risa menenangkan Vina)
PAK AGENG
Hanya masalah waktu, mahkluk-mahkluk ini akan mencari penggenapan sebuah janji. Selama mereka bisa dikendalikan, tidak akan separah simbahmu, malah akan membuka mata batinmu.
VINA
Risa...
RISA
Aku akan baik-baik saja Vin, semoga dengan membuka mata batinku akan sedikit membantu menyelesaikan ini semua.
(Pak Ageng berdiri)
RISA
Apakah dengan hilangnya kutukan ini, keluargaku bisa lepas dan keluar dari sendang itu dan menyebrang?
(Risa dan Vina berdiri diikuti Bayu dan Taufik)
PAK AGENG
Bisa mbak, semua yang terjebak dalam sendang itu mungkin bisa bebas dan menyebrang. Semoga dengan membakar rumah dan sendang itu bisa menghilangkan kutukan itu. Tapi tetap meminta bantuan pada Sang Pencipta, karena semua takdir tetap ditangannya.
(Risa mengangguk)
PAK AGENG
Sudah siap mbak Risa?
(Risa mengangguk dan mengikuti pak Ageng masuk kedalam)
(Taufik memeluk Vina yang terisak)
(Bayu menatap Risa)
CUT TO