1.INT.RUMAH ANGGIT-RUANG TAMU-PAGI
Bima menjabat tangan Pak Idrus.
BIMA
(Dengan lantang)
Saya terima nikahnya Anggita Indah Pratiwi bin Bapak Idrus Salim dengan mas kawin berupa Emas murni seberat 15 gram, dibayar tunai.
PIHAK KUA
(Menatap Pak Dedi sebagai saksi)
Bagaimana saksi, Sah!
PAK DEDI
Sah!
Ucapan hamdalah pun menggema di setiap sudut ruangan.
Anggit segera menyalami tangan Bima dengan gugup. Setelah itu mereka bertatapan sambil tersenyum, Bima mencium kening Anggit dengan penuh haru dan bahagia.
BU MAYA (VOICE OVER)
Sari .. harapanmu terkabul hari ini, anak-anak kita akhirnya bisa menikah meski dengan sederhana.
DIMAS (VOICE OVER)
Gua seneng lihat lo sama Anggit, Bim. Dan lo memang pantas mendapatkan kebahagiaan ini.
Bima dan Anggit bersalaman berkeliling. Air mata tumpah di antara keduanya saat mereka memeluk keluarganya masing-masing.
BU SARAH
(Memeluk Anggit dengan bahagia)
Semoga kamu bahagia sayang. Doa Tante akan selalu menyertai kalian.
PAK DEDI
(Memeluk Bima)
Berjanjilah pada Om, bahwa kamu akan selalu membahagiakan Anggit.
BIMA
(Mengangguk dalam pelukan Pak Dedi)
Iya, Om. Bima janji.
Bima merangkul Dimas dengan penuh kebahagiaan.
DIMAS
Selamat ya, Bim. Semoga langgeng.
CUT TO :
2.INT.RUMAH ANGGIT-RUANG KELUARGA-SORE
Bima membantu Papanya yang sedang berkemas.
BIMA
Papa yakin, mau pulang sekarang?
PAK SYAMSUL
(Mengangguk)
Iya, Nak. Banyak pekerjaan yang harus Papa selesaikan.
Oh ya, kamu cuti berapa hari, Bim?
BIMA
Tiga hari, Pah. Lusa Bima balik lagi ke Bandung.
PAK SYAMSUL
(Menatap Anggit)
Kamu sendiri gimana, Git? Mau tetap mengajar di sini atau ikut sama Bima?
Bima menatap Anggit yang berdiri di sampingnya.
ANGGIT
Anggit mau resign saja, Pah. Anggit kan harus ikut suami. Masalah kerjaan kalau Bima mengizinkan, Anggit nanti coba melamar ke salah satu sekolah di Bandung.
Anggit melirik Bima. Bima membalasnya dengan senyuman yang hangat. Bima melingkarkan tangannya ke pinggang Anggit.
Pak Idrus menghampiri mereka.
PAK IDRUS
Mas Syamsul mau pulang sekarang?
PAK SYAMSUL
Iya, Drus. Saya nitip Bima, ya.
Dan kalau waktu kalian luang, kalian ikut ke Bandung nanti mengantarkan Bima dan Anggit.
PAK IDRUS
Insyaallah, nanti kami usahakan.
BU MAYA
(Datang dan menyambar)
Jangan bilang diusahakan, Pah. Kita wajib nanti antar Anggit.
PAK IDRUS
(Sambil tersenyum)
Iya, Mah.
PAK SYAMSUL
Ya sudah, saya pamit dulu, ya. Agar tak terlalu malam sampe ke Bandung.
(Menatap Bima) Papa pulang ya, Bim.
BIMA
Iya, Pah.
Mereka semua mengantar Pak Idrus ke teras depan.
CUT TO :
3.INT.RS BINA KELUARGA-RUANG IGD-SORE
Tiara melihat status Bima di aplikasi Whats App.
BIG CLOSE UP – Foto Bima saat akad nikah.
TIARA
(Mengarahkan layar untuk memperbesar gambar)
Cantik sekali pengantin perempuannya,
begitu beruntungnya dia karena bisa menikah dengan Bima.
Tiara menggerakkan tangannya untuk mengomentari foto Bima, tapi segera dia mengurungkan niatnya. Tiara menutup aplikasi Whats App. Dan menyimpan ponselnya di saku jas dokternya.
CUT TO :
4.INT.KAMAR ANGGIT-MALAM
Bima dan Anggit baru saja menyelesaikan shalat Isya berjamaah. Perlahan Anggit membuka jilbabnya. Rambut panjangya digeraikan. Bagi Bima ini pertama kalinya melihat Anggit tanpa jilbab.
BIMA (VOICE OVER)
Cantik sekali Anggit
Anggit tersenyum ke arah Bima, saat dia tahu bahwa suaminya itu sedang memperhatikannya. Bima mendekat ke arah Anggit. Ditatapnya istrinya itu dengan penuh cinta.
BIMA
Anggit, aku tak masalah jika kamu belum bisa melaksanakan kewajiban kamu sebagai seorang istri. Karena aku tahu, kamu butuh waktu untuk menerima dan mencintai aku sepenuhnya.
Beat
BIMA (CONT’D)
Aku bukan Alvin yang setiap waktu bisa menemui kamu,
sehingga kamu tidak canggung dengannya. Sedangkan dengan aku,
kita belum lama bertemu kembali. Dan aku tahu, kamu masih canggung sama aku, kan?
Anggit tersenyum lebar dan manatap Bima dengan dalam.
ANGGIT
Bukan hal yang sulit buat aku untuk mencintai kamu, Bim. Apalagi setelah aku tahu bahwa kamu adalah sosok yang selalu melindungi aku.
Aku tak marah pada Alvin, atas semua pengorbanan kamu yang telah dia sembunyikan. Karena yang paling penting untukku hari ini adalah kenyataan, aku dan hatiku bersama kamu, Bima.
Bima memeluk Anggit dengan penuh cinta. Tak lama Anggit melepaskan pelukan Bima.
ANGGIT
Aku hampir lupa, Bim.
BIMA
Apa?
ANGGIT
Perempuan cantik yang kamu katakan akan diperkenalkan tepat di hari pernikahanku itu, siapa? Bukankah dia pacar kamu?
Bima
(Tersenyum)
Dia rekan aku di rumah sakit, namanya Tiara. Awalnya, aku memang mau membuka hati untuk dia saat aku melihat kenyataan kamu akan menikah dengan Alvin. Tapi, setiap aku mau mengutarakannya entah kenapa ada dorongan hati yang selalu menahan, bahkan menolak.
Bima masih menatap Anggit lekat.
BIMA (CONT’D)
Dan sekarang aku baru paham, kenapa hati selalu menahan dan menolak untuk hati yang lain. Karena sejatinya, jalan hati aku tujuannya adalah kamu, Git. Meski banyak rintangan sebelum aku sampai ke tujuan, tapi Tuhan memberi jalan lain agar aku sampai di tempat yang aku harapkan sejak lama.
(Beat) Kamu harus tahu, Git, kepingan hati yang sempat terluka dalam diri aku karena harus merelakan kamu dengan orang lain, masih tetap milik kamu.
Kamu yang telah merekatkannya kembali dengan sebuah ketulusan untuk menerima aku agar menjadi bagian dalam perjalanan cinta kamu.
Anggita Indah Pratiwi, aku mencintai kamu.
ANGGIT
(Menatap Bima penuh cinta dengan mata berkaca-kaca)
Aku mencintai kamu, Bima Satria Erlangga.
Mereka pun berpelukan dengan sangat erat. Kini, mereka satu dalam ikatan cinta yang sudah terhalalkan.
FADE OUT
Selesai