1.EXT.PERUMAHAN SAKURA-HALAMAN RUMAH ANGGIT-SIANG
Bima memarkirkan motornya di halaman rumah Anggit. Mobil Toyota Avanza putih milik Pak Idrus nangkring di sana.
BIMA (VOICE OVER)
Tumben, jam segini Om Idrus udah di rumah?
SOUND EFFECT - Bima mengetuk pintu rumah Anggit yang sudah terbuka.
Sekilas Bima melihat berbagai macam kue dan minuman memenuhi meja ruang tamu.
BIMA
Assalamualaikum,
SOUND EFFECT – Suara langkah kaki berjalan.
Seorang perempuan cantik yang Bima lihat di toko bunga tadi menghampiri dan berdiri di hadapannya. Keduanya nampak ksaget.
BIMA
(Gugup)
Ang ... gittt
ANGGIT
(Masih belum ingat)
Iya, saya sendiri. Kamu mau ketemu siapa, ya?
BIMA
(Tersenyum merekah, matanya berkaca-kaca)
Aku mau ketemu sama ... Anggita Indah Pratiwi
ANGGIT
(Mencoba mengingat-ingat)
Kamu,
BIMA
(Memotong ucapan Anggit)
Bima
ANGGIT
(Menganga dan tak percaya, kemudian sedikit berteriak)
Bimaaaaaa!!!!
Hampir saja Anggit lupa diri untuk memeluk Bima. Tangannya tertahan. Air matanya jatuh.
BIMA
(Tersenyum meledek)
Bukan muhrim, ya?
Anggit hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. Kedua pipinya memerah.
ANGGIT
Jadi, yang aku lihat tadi di toko bunga itu kamu, Bim?
Kenapa kamu nggak negur aku, sih ?
BIMA
(Sedikit malu)
Mana aku tahu itu kamu, Git. Aku pangling lihat kamu.
Kamu semakin cantik
Kedua pipi Anggit kembali memerah. Bu Maya tiba-tiba muncul di belakang Anggit.
BU MAYA
(Menatap Bima)
Ada tamu, Git?
ANGGIT
(Tersenyum)
Mama kayaknya nggak ingat juga, Bim.
Bima Mengulurkan tangan kanannya ke arah Bu Maya. Dan dia segera menyalami tangan Bu Maya setelah terulur. Bu Maya menatap lekat sosok laki-laki tinggi di depannya itu.
BU MAYA
(Merasa tak percaya)
Bima,
BIMA
(Mengangguk pelan)
Iya, Tan. Aku Bima.
BU MAYA
(Penuh kerinduan)
Masyaallah, Bima. Kamu semakin tampan, Nak. Tante nggak nyangka lho kalau kamu Bima. Ayo, masuk!
CUT TO :
2. INT.RUMAH ANGGIT-RUANG TAMU-SIANG
Bima menatap meja yang penuh dengan jamuan setelah masuk ke ruang tamu.
BIMA
(Mencoba bertanya)
Ada acara apa, Tante?
Kok banyak makanan sama minuman?
Bu Maya hanya menatap Anggit sambil menelan ludah.
ANGGIT
(Menjelaskan sambil tersenyum)
Ba’da Asar nanti. Alvin dan keluarganya akan datang untuk melamar aku, Bim.
Dan aku seneng sekali, di hari yang paling bahagia buat aku ini, kamu ada untuk menyaksikan.
BIMA
(Kaget)
Acara lamaran???
Alvin mau melamar kamu???
ANGGIT
(Tersenyum bahagia dan mengangguk cepat)
Iya, Bim.
Bima berjalan pelan ke arah kursi dan duduk menghadap jamuan di atas meja itu. Bima terdiam sangat lama, entah kenapa ada rasa sakit di hatinya. Bu Maya menghampiri dan duduk di samping Bima. Dengan pelan dia mengusap-ngusap punggung Bima untuk menenangkan, seakan tahu apa yang sedang dirasakan anak sahabatnya itu.
BU MAYA (VOICE OVER)
Aku bisa melihat bahwa Bima sangat kecewa atas lamaran ini.
Sari, maafkan aku. Karena aku tak bisa menyatukan Bima dengan Anggit.
Air mata jatuh di kedua pipi Bu Maya. Anggit hanya bisa menatap Mamanya tak mengerti.
CUT TO :
3. INT.RUMAH ANGGIT-RUANG TAMU-SORE
Alvin tak percaya bahwa laki-laki yang ada di hadapannya itu adalah sahabat masa kecilnya, Bima. Dia memeluk erat sahabatnya itu saat Anggit memberi tahu bahwa itu Bima. Semua nampak haru, Bu Sarah dan Pak Dedi pun memeluk Bima dengan sangat erat.
Begitu pun dengan Pak Idrus, berkali-kali dia merangkul Bima saat bertemu dengannya tadi siang.
PAK DEDI
Papa kamu sehat, Bim?
BIMA
Alhamdulilah, Om. Papa sehat.
ALVIN
Aku seneng sekali, Bim. Kamu datang tepat waktu. Di mana aku akan melamar Anggit, dan kami akan segera menikah.
BIMA
(Tersenyum dan menyembunyikan perasaannya)
Alhamdulilah, Vin. Semoga semua dilancarkan sampai hari pernikahan nanti, ya.
Acara lamaran Alvin pada Anggit pun dimulai. Diawali pemberian simbolis lamaran, kemudian penuturan Pak Dedi yang menjelaskan tujuannya ke rumah Anggit, Pak Idrus segera menerima mereka, dan lamaran Alvin atas Anggit menjadi resmi setelah Anggit mengatakan bahwa dia menerima Alvin.
Suasana bahagia yang tergambar jelas di rumah Anggit sore itu terasa hambar bagi Bima. Bima berusaha menerima kenyataan ini di depan mereka.
Setelah acara lamarannya selesai, dua keluarga itu berbincang-bincang.
PAK DEDI
(Menatap Bima)
Sekarang, Alvin sudah jadi Kepala Bagian Personalia di kantor teman Om.
Kamu sendiri gimana, Bim? Udah kerja?
BIMA
(Antusias sambil melirik Alvin)
Wahh .. Hebat ya Alvin, Om. Sebagai sahabat aku ikut bangga, Vin.
ALVIN
(Tersenyum bangga)
Maka dari itu aku segera melamar Anggit, Bim. Karena aku merasa, aku sudah siap untuk membuka lembaran baru bersama Anggit. Kamu sendiri, gimana?
BIMA
(Tersenyum)
Sebenarnya, nggak terlalu penting sih aku sekarang kerja di mana.
Karena ...
PAK IDRUS
(Memotong perkataan Bima)
Bima tahun ini sudah menjadi dokter muda, bukankah begitu, dokter Bima?
BIMA (VOICE OVER)
(Terkejut dengan wajah memerah)
Tahu dari mana Om Idrus tentang profesi aku?
Semua nampak terkejut. Termasuk Anggit.
ANGGIT
(Terkejut sambil menatap Bima)
Kamu, udah jadi dokter, Bim?
BIMA
(Mengangguk pelan dengan sedikit malu)
Iya, Git.
ANGGIT
(Sedikit marah)
Kamu kok nggak cerita sih sama aku, tadi akukan tanya ke kamu, kamu malah bilang kamu pengangguran.
PAK DEDI
Wahhh, hebat juga ya, Mas Syamsul.
Mampu menguliahkan anaknya ke Fakultas Kedokteran.
BIMA
(Menatap Papa Alvin)
Sebenarnya ....
PAK IDRUS
(Memotong kembali ucapan Bima)
Bima masuk Fakultas Kedokteran lewat jalur beasiswa.
PAK IDRUS (CONT’D)
Dari dulu kita kan tahu, bahwa Bima memang anak yang pintar di sekolahnya. Prestasi Anggit aja kalah sama Bima. Dan masa pendidikan profesi dokter, Bima dapatkan selama satu tahun lima bulan, waktu yang sangat cepat. Malah Om denger nilai UKMPPD kamu membanggakan. Begitukan, Bim?
Semua tercengang mendengar penuturan Pak Idrus, tak terkecuali dengan Alvin. Ini seperti tamparan keras baginya, karena ternyata Bima lebih unggul dari dia.
ANGGIT
(Aneh)
Papa kok bisa tahu semua tentang perjalanan Bima?
BIMA
(Mengiyakan ucapan Anggit)
Iya, Om. Darimana Om bisa tahu semuanya?
PAK IDRUS
(Tersenyum lebar menatap Alvin dan Bima)
Tak penting Om tahu darimana, Bim. Tapi, selain Om bangga sama Alvin, Om juga bangga sama kamu. Kamu mampu berdiri dan sukses tanpa ada campur tangan dari Papa kamu.
Pak Dedi memalingkan muka. Dia merasa sangat tersindir dengan ucapan calon besannya itu. Begitupun dengan Alvin.
ALVIN (VOICE OVER)
(Menatap Papa Anggit)
Apa maksud Om Idrus? Kenapa dia malah memuji Bima?
ANGGIT
(Menatap Bima)
Aku bangga sama kamu, Bim.
Bima hanya tersenyum, kemudian menunduk.
PAK IDRUS (VOICE OVER)
(Menatap Bima dengan lekat)
Sifat Bima memang turun dari Papanya, dia sama sekali tidak mau pamer atas kesuksesannya.Mas Syamsul, kamu berhasil mendidik anakmu dengan tidak menanamkan sifat sombong dalam dirinya.
ALVIN (VOICE OVER)
(Menatap Bima)
Semoga kedatangan Bima bukan untuk menjadi penghalang langkahku menikahi Anggit. Aku tidak akan pernah melepaskan Anggit. Ahhhh, kenapa Bima harus kembali?
CUT TO :
4. EXT.RUMAH ANGGIT-TERAS DEPAN-MALAM
Bima, Anggit dan Alvin menatap langit malam bersama. Mereka duduk di atas sebuah tikar hangat.
ALVIN
Kamu, mau nginep di sini, Bim?
BIMA
(Tersenyum)
Ya, enggaklah, Vin. Masa aku nginep di rumah calon istri orang, sih?
ANGGIT
(Menimpali)
Lho, aku kira kamu mau nginep di sini, Bim?
Terus, kamu mau langsung pulang ke Bandung? Udah mau malem lho, Bim.
BIMA
(Masih menatap langit)
Aku mau nginep di rumah Dimas, Git.
ANGGIT dan ALVIN
(Bersamaan)
Dimas!!
BIMA
(Mengangguk)
Iya, Dimas. Teman kita dulu, yang sering nakalin kamu, Git.
ALVIN
Kamu ketemu dia dimana, Bim?
ANGGIT
Iya,kamu ketemu dia dimana?
karena setelah Ibunya menikah waktu itu, kita nggak pernah ketemu dia lagi ya, Vin.
Alvin mengangguk.
BIMA
Aku ketemu dia di daerah Sukaraja, dia sekarang udah sukses. Punya bisnis kuliner ayam geprek yang cabangnya sudah tersebar di wilayah Sukabumi.
ANGGIT
(Antusias)
Wah, keren juga ya dia.
Kapan-kapan kita temui dia yuk, Vin?
ALVIN
(Mengangguk)
Nanti kita atur waktunya ya, Git.
BIMA
(Menatap Anggit)
Oh ya, Git. Setelah aku pindah ke Bandung, Dimas nggak pernah nakalin kamu lagi, kan?
Alvin terperanjat mendengar pertanyaan Bima untuk Anggit.
ANGGIT
(Tersenyum)
Alhamdulilah enggak, Bim. Jadi, sehari sebelum kamu pindah ke Bandung waktu itu, Alvin meminta Dimas untuk tidak mengganggu aku lagi, dan setelah itu Dimas berhenti nakalin aku. Jadi, karena Alvinlah Dimas nggak ganggu aku lagi, Bim.
BIMA
(Terkejut)
Alvin????
Anggit hanya tersenyum mengiyakan. Bima menatap Alvin dengan lekat. Alvin hanya tersenyum memandang Bima tanpa ada perasaan bersalah karena telah memutar balikkan kejadian yang sebenarnya. Amarah dan rasa kecewa bergemuruh dalam dada Bima.
FADE OUT