1. INT.PT.MACROSS INDONESIA–RUANG HRD–SIANG
Pak Syamsul menandatangani surat keputusan mutasinya di depan Pak Darus, Kepala HRD.
PAK DARUS
(Menerima surat keputusan yang sudah ditanda tangani)
Terima kasih Pak Syamsul, semoga di perusahaan yang baru kinerja Bapak semakin meningkat. Dan terima kasih untuk semua kinerja luar biasa yang telah Bapak berikan untuk perusahaan ini.
PAK SYAMSUL
Sama-sama, Pak. Sampaikan terima kasih saya untuk Bapak Direktur atas jabatan baru yang telah beliau amanahkan untuk saya. InsyaAllah saya akan memberikan yang terbaik.
Pak Darus dan Pak Syamsul kemudian bersalaman dan berpelukan.
PAK SYAMSUL (VOICE OVER)
Semoga Bima mau menerima kepindahan ini.
CUT TO :
2. INT.PERUMAHAN SAKURA-RUMAH BIMA–SIANG
Alvin dan Anggit mencicip kue lapis buatan Ratu, Kakak perempuan Bima yang masih sekolah SMA. Hari ini kebetulan sekolah Ratu libur, sehingga dia bisa menjaga Bima yang sepulang kemah jatuh sakit. Alvin dan Anggit mampir sepulang dari sekolah.
BIG CLOSE UP (BCU) – Mata Bima tak lepas dari jepit rambut yang dipakai Anggit
BIMA
(Mencoba bertanya)
Git, boleh aku tanya?
ANGGIT
(Menghentikan kunyahan, dan menatap Bima)
Kenapa, Bim?
BIMA
Jepit rambut kamu, siapa yang balikin?
ANGGIT
(Memegang jepit rambut di kepalanya, dan menatap Alvin)
Alvin!
Alvin menatap Bima dengan gugup. Pun dengan Bima dia segera menatap Alvin.
BIMA
Dari mana kamu nemuin jepit rambut Anggit, Vin?
ALVIN
(Gelagapan, berusaha mencari akal)
Aku nemuinnya di jalan saat kita bermain sepeda sore itu, Bim.
ANGGIT
(Menatap Alvin)
Ohh, jadi kamu nemuin jepit ini di jalan, bukan kamu ambil langsung dari Dimas?
Alvin hanya mengangguk pelan.
Bima mencoba mengingat, sore itu dia memasukkan jepit rambut itu ke saku celananya. Dia berniat mengembalikannya pada Anggit sebelum berangkat ke Taman untuk bersepeda, tapi saat itu rumah Anggit nampak sepi. Sehingga dia berencana mengembalikan jepit rambut itu sepulang bermain sepeda. Tapi saat sudah di depan rumah Anggit, jepit itu raib dari saku celananya.
BIMA (VOICE OVER)
Apa mungkin, jepit rambut itu jatuh dan Alvin menemukannya.
CUT TO :
3. INT.PERUMAHAN SAKURA–KAMAR ALVIN-SORE
Alvin membuka album fotonya dengan pelan. Album foto yang berisi kebersamaannya dengan Bima dan Anggit dari semenjak TK sampai sekarang kelas 5 SD. Dari dulu, Alvin memang selalu ingin menjadi pahlawan di depan Anggit. Dan Alvin sering menjatuhkan Bima agar keinginannya terpenuhi, hanya saja Bima selalu tak sadar.
Di pandangnya foto pada lembaran berikutnya, nampak foto mereka bertiga saat baru pertama masuk SD bersama dengan ibu masing-masing yang berdiri di belakang.
Alvin memandang lekat foto mamanya Bima, ingatannya kembali melayang pada lima tahun yang lalu sebelum Bima kehilangan ibunya itu untuk selamanya.
CUT TO FLASH BACK :
4. INT. RUANG KELAS 1-BANGKU ANGGIT–WAKTU ISITRAHAT (5 TAHUN YANG LALU)
Bima duduk bersama Anggit dan Alvin sambil melahap nasi goreng yang dibuatkan Mama Bima.
ANGGIT
(Sambil mengunyah)
Nasi goreng Mama kamu enak, Bim. Pisang goreng yang kemarin juga enak.
BIMA
Pisang goreng?
ANGGIT
(Mengangguk)
Kemarin sore Mama kamu ngasih pisang goreng ke Mama aku. Terus aku bilang sama Mama, kalau aku sudah besar nanti aku mau diajarin masak sama Mama kamu. Mama aku bilang boleh, terus kata Mama, aku harus selalu dekat sama kamu biar nanti kita sama-sama terus.
BIMA
Mama aku memang jago masak, Git. Dan nanti jika sudah besar Mama pasti ajarin kamu masak.
ANGGIT
(Tersenyum)
Aku mau sama kamu terus, Bim
ALVIN (VOICE OVER)
(Dengan kepolosannya menggerutu)
Aku nggak mau ada Mama Bima di dunia ini.
FLASH BACK CUT TO :
5. INT.KAMAR ALVIN–SORE
ALVIN (VOICE OVER)
Mama Bima meninggal tak lama setelah aku bilang bahwa aku nggak mau ada Mama Bima di dunia ini, dan apakah Bima pun akan pergi jika aku sekarang berkata bahwa aku nggak mau ada Bima di antara aku dan Anggit.
CUT TO :
6. INT.RUMAH BIMA–RUANG MAKAN–MALAM
PAK SYAMSUL
(Sambil mengaduk-ngaduk piring berisi nasi dan sayur)
Bim,
BIMA
(Menatap Papanya)
Iya, Pah.
PAK SYAMSUL
(Menghentikan makannya)
Papa di mutasi ke Bandung
BIMA
Mutasi itu apa, Pah?
RATU
Mutasi itu pindah, Bim. Papa pindah kerja ke Bandung
BIMA
(Heran)
Terus kalau Papa kerja di Bandung, aku sama Kak Ratu di sini sama siapa?
BIMA (CONT’D)
Sama Bi Esih?
PAK SYAMSUL
(Tersenyum dan mencoba tenang)
Kamu sama Kak Ratu ikut pindah sama Papa ke sana, pindah sekolah juga. Bi Esih nggak bakal ikut, di Bandung kita akan cari pembantu baru.
BIMA
(Terkejut)
Aku pindah sekolah, Pah?
RATU
(Memegang tangan kanan Bima)
Iya, Bim. Kita pindah sekolah ke sana.
Mata Bima mulai berair.
BIMA
Kita mau ninggalin Mama, Pah?
PAK SYAMSUL
(Berkaca-kaca)
Enggak, sayang. Kita nggak akan ninggalin Mama. Mama selalu ikut di hati kita.
Besok kita ziarah dulu ke makam Mama, ya. Setelah Papa ngurusin kepindahan sekolah kamu dan Kak Ratu.
Bima hanya mengangguk pelan.
7. EXT.GANG ANGGUR–SIANG HARI
Bima menyusuri jalan sempit yang berhimpitan dengan rumah penduduk. Dia hendak ke rumah Dimas, Dimas belum masuk sekolah karena masih sakit. Tas sekolahnya terasa berat karena dia harus membawa buku-buku baru yang akan diberikannya pada Dimas. Selama ini Bima tak pernah berhenti memperhatikan Dimas yang selalu mencampuradukkan buku pelajaran yang satu dengan yang lainnya.
8. EXT.RUMAH DIMAS–TERAS DEPAN-SIANG
Langkahnya berhenti di depan sebuah rumah kecil yang bercat pudar. Kayu jendela depan rumahnya nampak sudah bolong-bolong di makan rayap.
BIMA
(Sambil membuka topi sekolahnya)
Assalamualaikum, Dimas!!
SOUND EFFECT – Terdengar suara langkah kaki dari dalam.
Dimas berdiri di depan Bima setelah pintu rumah dibuka. Dimas memakai kaos oblong yang sudah lusuh dengan celana kolor.
DIMAS
Bima!
BIMA
(Tersenyum)
Boleh aku masuk, Mas.
Dimas mengangguk pelan dan membiarkan Bima masuk ke rumahnya.
CUT TO :
9. INT.RUMAH DIMAS–RUANG TAMU- SIANG
Bima nampak memandang sekeliling, coretan pensil, spidol, dan balpoin nampak jelas terlihat menghiasi dinding dalam rumah.
DIMAS
(Mengawali pembicaraan)
Bim, terima kasih atas pertolongan kamu waktu itu, ya.
BIMA
(Menatap Bima)
Sama-sama, Mas. Memang sudah seharusnya kita saling tolong menolong, kan?
Kamu sudah sehat, kenapa belum masuk sekolah?
DIMAS
(Menunduk)
Aku nggak masuk sekolah, karena malu sama kamu, Bim.
BIMA
(Heran)
Malu?? Malu kenapa?
DIMAS
Aku malu karena sikap aku yang selalu nakalin Anggit, dan kamu yang selalu menjadi korban atas semua kenakalanku
BIMA
Aku boleh tahu, kenapa kamu selalu nakalin Anggit?
DIMAS
(Menelan ludah)
Karena aku nggak suka sama kalian bertiga, anak-anak orang kaya yang selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, yang selalu di kasih uang jajan gede. Apalagi kamu, siswa paling pintar di kelas yang selalu mendapat pujian dari semua orang. Aku nggak suka itu, Bim.
BIMA (VOICE OVER)
(Memandang lekat Dimas)
Jadi karena itu,
BIMA
Kamu jangan berpikiran seperti itu, Mas.
Seharusnya kamu berjuang untuk menjadi anak yang baik dan rajin belajar, agar suatu saat kamu bisa menjadi orang yang berguna. Meski orang tua kamu tidak seperti orang tua aku, bukan berarti masa depan kamu suram. Aku yakin, jika kamu menjadi anak baik dan rajin belajar, kamu akan menjadi orang sukses, Dimas.
Dimas diam. Dia hanya memandang Bima.
BIMA (CONT’D)
Aku ke sini, untuk meminta sesuatu sama kamu, Mas.
DIMAS
(Kaget)
Apa?
DIMAS (VOICE OVER)
Jangan-jangan Bima mau minta imbalan karena sudah menyelematkan aku.
BIMA
Aku minta, kamu jangan ganggu Anggit lagi. Karena dua hari lagi, aku akan pindah ke Bandung. Aku nggak bisa jaga Anggit lagi.
DIMAS
(Terkejut)
Apaaaa??? Kamu mau pindah?!! Kenapa, Bim?
BIMA
Papa pindah kerja ke Bandung. Aku ingin kamu janji untuk tidak mengganggu Anggit lagi.
Dimas menelan ludahnya, terdiam, dan akhirnya ..
DIMAS
(Mengarahkan jari kelingking kananya ke Bima)
Aku Janji, Bim. Aku nggak akan ganggu Anggit lagi. Dan aku akan pastikan nggak akan ada anak lain yang mengganggu Anggit.
BIMA
(Tersenyum bahagia, menerima jari kelingking Dimas dengan mengaitkan jari kelingkingnya)
Terimas kasih, Dimas.
Bima dan Dimas berpelukan. Tak lama Bima pun pamit, setelah memberikan dua pak buku tulis yang berisi 58 lembar kepada Dimas.
FADE OUT
10. EXT.SDN CINTA DAMAI–KANTIN–WAKTU ISTIRAHAT
Dimas mendekati Alvin yang sedang duduk di salah satu meja kantin.
DIMAS
(Duduk menghadap Alvin)
Bima kemana?
Apa dia nggak mau pamit dulu sama temen-temennya di sini?
ALVIN
(Heran)
Pamit?! Memang Bima mau ke mana?
ALVIN (CONT’D)
(Mengingat sesuatu)
Tadi aku lihat, Papanya ke ruang guru, dan ngobrol sama Bu Susan. Aku nggak tau pasti sih mereka ngobrol apa.
DIMAS
(Heran)
Lho, emang Bima nggak cerita. Kalau besok dia mau pindah ke Bandung??
ALVIN
(Terkejut)
Pindah ke Bandung?!
DIMAS
(Mengangguk)
Iya. Kemarin Bima ke rumah aku, dan dia bilang dia mau pindah ke Bandung.
ALVIN (VOICE OVER)
Ini Bima kenapa sih, kok dia nggak cerita apa-apa sama aku dan Anggit. Malah cerita sama anak nakal ini.
DIMAS
Sebenarnya, dia ke rumah bukan hanya bilang itu.
Alvin menatap lekat kedua mata Dimas.
DIMAS (CONT’D)
Bima meminta aku untuk tidak mengganggu Anggit.
Dan aku janji sama Bima, mulai saat ini aku nggak akan pernah ganggu Anggit lagi.
Karena Bima sudah menolong aku, Vin.
ALVIN
Baguslah kalau begitu, Anggit bisa hidup tenang sekarang.
DIMAS
Aku minta maaf, Vin. Atas semua kesalahan aku selama ini.
Alvin hanya mengangguk.
ALVIN (VOICE OVER)
Kenapa Bima nggak cerita apa-apa sama aku?
DIMAS
Aku ke perpustakaan dulu ya, Vin.
Lagi-lagi Alvin hanya mengangguk.
ANGGIT
Alvinnn
Alvin menoleh ke arah sumber suara, Anggit nampak sedikit berlari menghampiri Alvin.
ANGGIT
Tadi aku lihat, kamu ngobrol sama Dimas. Dimas ngomong apa??
ALVIN
(Gelagapan)
Euhhh ... itu, Git.
Anggit menatap sahabatnya dan menunggu penjelasan.
ALVIN (CONT’D)
(Menyembunyikan keadaan)
Tadi aku minta Dimas untuk tidak mengganggu kamu lagi, dan dia janji sama aku, dia nggak akan ganggu kamu lagi, Git.
ANGGIT
(Sumringah)
Serius, Vin. Dia janji nggak bakalan ganggu aku lagi?!
Alvin hanya mengangguk pelan. Senyum Anggit melebar.
ANGGIT (CONT’D)
Makasih ya, Vin. Kamu sangat baik sama aku.
ALVIN
Iya, Git.
ALVIN (VOICE OVER)
Maafin aku Git, aku nggak bilang yang sebenarnya bahwa yang meminta itu semua adalah Bima. Dan maafin aku juga karena nggak bisa bilang bahwa Bima akan pindah ke Bandung besok.
FADE OUT
11. EXT.SDN CINTA DAMAI–HALAMAN SEKOLAH–PAGI
Mobil Pak Syamsul masuk ke halaman sekolah, Bima turun lebih dulu. Sebelum berangkat ke Bandung dia ingin berpamitan kepada teman dan guru-gurunya. Anggit tepat berdiri di depan Bima saat Bima menutup pintu mobil.
ANGGIT
(Dengan mata berkaca-kaca)
Kenapa kamu nggak bilang sebelumnya, Bim. Kalau kamu mau pindah ke Bandung? Aku tahu dari Mama semalam.
BIMA
(Menahan kesedihan)
Maafin aku, Git. Kepindahan ini sangat mendadak.
Kamu jaga diri baik-baik ya.
Anggit memeluk Bima dengan air mata yang tumpah.
BIMA (VOICE OVER)
Ini alasan aku nggak mau bilang lebih dulu tentang kepindahan aku, Git.
Aku nggak mau lihat kamu nangis seperti ini di akhir pertemuan kita.
Teman-teman dan para Guru telah berkumpul untuk memberikan salam perpisahan pada Bima. Bima melepaskan pelukan Anggit. Dia menatap teman sekelasnya satu persatu, kemudian memeluknya.
Alvin segera memeluk Bima saat matanya beradu dengan sahabatnya itu.
ALVIN
Maafin aku, jika selama ini aku banyak salah sama kamu, Bim.
Bima hanya tersenyum di balik pelukan Alvin, dan menepuk pelan punggung Alvin.
BIMA
Aku juga minta maaf, Vin.
Selama menjadi sahabat kamu, aku banyak mengecewakan kamu.
Terima kasih sudah mau menjadi sahabat aku.
Bima melepaskan pelukan Alvin dengan perasaan yang hambar. Hati Bima masih diliputi rasa kecewa karena sikap Alvin di perkemahan waktu itu.
Dimas memeluk Bima erat, saat Bima tiba di hadapannya untuk pamit. Air mata Dimas tumpah. Dia tak bisa menahan kesedihan karena kepergian Bima.
DIMAS
(Terisak-isak)
Aku minta maaf, Bim. Untuk semua kesalahan yang aku lakukan sama kamu selama ini.
BIMA
(Mengangguk dalam pelukan Bima)
Jangan ganggu Anggit, ya.
Kalau bisa jagain dia.
DIMAS
(Mengangguk)
Iya, Bim. Aku janji.
Bima melepaskan pelukan Dimas.
Banyak air mata yang mengalir karena perpisahan ini. Setelah Bima pamit dengan semua gurunya, dia segera naik ke mobil untuk sebuah perjalanan yang panjang. Dia segera menutup pintu mobil. Anggit masih berdiri di sana, di balik kaca mobil. Anggit menangis terisak-isak. Bima menurunkan kaca mobilnya. Tampak Kak Ayi memeluk Anggit. Bima tersenyum ke arah Kak Ayi.
KAK AYI
(Dengan mata berkaca-kaca)
Semoga selamat sampai tujuan, Bim.
Kamu masih tetap juara buat Kakak.
Bima tersenyum dan melambaikan tangannya. Anggit masih ditemani air matanya yang jatuh semakin deras. Hatinya terasa sangat sakit karena kepergian Bima.
ANGGIT (VOICE OVER)
Kenapa terasa sangat sakit aku melihat kepergian kamu, Bima.
Mobil perlahan bergerak maju. Bima menaikkan kaca jendela. Matanya tak henti menatap Anggit. Dia masih terisak-isak dalam pelukan Kak Ayi.
Anggit melepaskan pelukan Kak Ayi. Dia berlari mengejar mobil Bima.
ANGGIT
(Teriak bersama tangisnya)
Bimaaaaaaaaaaaaaaa
Bima masih tetap memandang Anggit dari balik jendela belakang mobil. Sampai bayangan Anggit semakin mengabur dan menghilang. Ratu meraih bahu Bima ke dalam pelukannya. Dibiarkannya adik satu-satunya itu menangis.
FADE OUT