KEMBANG BATAVIA
Daftar Bagian
1. #1 Tiba di Batavia
Ges tiba di bekas pelabuhan Sunda Kelapa pada pertengahan abad ke 17, membawa misi rahasia yang me
2. #2 Cobaan Mandi ala Hindia
Pengalaman pertama Ges di Batavia membuatnya terkaget-kaget. Berbagai kelucuan terjadi, sampai Ges
3. #3 Kepala Kampung Jawa
Saathi berencana tinggal di luar tembok Batavia, namun nasibnya ditentukan oleh kebaikan Kepala Kamp
4. #4 Sastra Gendhing
Ges mendatangi balaikota untuk mengurus izin ke luar benteng kota, dan segera tahu hari-harinya di
5. #5 Kemeja yang Dikanji
Ges yang kesal bukan main karena terkurung di Batavia punya rencana untuk ke luar tembok. Saathi b
6. #6 Gadis Mata Biru
Ges berusaha menemukan cara ke luar tembok Batavia dengan bantuan Ventura dan Domingus. Ketika men
7. #7 Hantu! Hantu!
Ges merasa akan segera mendapatkan jawaban atas misinya di Batavia. Namun, perhatiannya segera ter
8. #8 Lelaki Misterius
Saathi mulai menikmati hari-hari di Ommelanden, tetapi dia yakin ada seseorang yang mengikutinya.
9. #9 Ursela Saya Punya Nama
Ges mencari tahu siapa Saathi di antara para Mestizo Batavia dan kian penasaran ketika tahu kenyat
10. #10 Tamu Menjelang Malam
Ges tak menyangka sama sekali akan kedatangan tamu mengejutkan, juga kabar tak menyenangkan yang t
11. #11 Orang Moor
Saathi mulai mengamen di daerah Mangga Dua dan mendapat kejutan besar di sana.
12. #12 Pater Gadungan
Ges menemani Pater De Abreu memburu pater palsu yang menipu warga Batavia. Dia kaget setengah mati
13. #13 Tabib Nioto
Mlthik demam tinggi dan Saathi kebingungan ke mana hendak mencari bantuan. Kejadian itu mengantark
14. #14 Peringatan Balaikota
Ges berusaha mencari tahu nasib De Abreu di penjara Balaikota, namun yang dia dapati adalah pering
15. #15 Udang di Balik Batu
Saathi terjebak dalam keadaan serbasulit ketika pajak membelitnya. Pertolongan yang datang pun belum
16. #16 Golok yang Terhunus
Kerbau yang dijual Saathi lewat perantara tidak tentu rimbanya. Sudah kehilangan kerbau, kini Saathi
17. #17 Kain Sari Nanhi Pari
Dalam nasib yang tak tentu, Saathi dan adik-adiknya bertemu lagi dengan gadis Moor yang baik hati, m
18. #18 Luka Ventura
Setelah membebaskan Ventura dan Domingus, Ges khawatir dengan masadepannnya di Batavia, sedangkan
19. #19 Wajah Asli Marti
Kejutan terbesar bagi Saathi adalah ketika Marti menampakkan perangai aslinya. Dia terlambat menyada
20. #20 Nasib Tak Tentu
Saathi dan Byom terseret dunia perbudakan yang mengerikan. Taka da yang membantu mereka, kecuali G
21. #21 Jalan Utrecht
Saathi memulai hari-hari tak tertahankan sebagai budak di Jalan Utrecht. Sekuat tenaga dia bertahan,
22. #22 Janji Gesù
Ges menemukan Saathi di Jalan Utrecth dan berjanji kepadanya untuk memastikan Byom dan Mlthik
23. #23 Kesedihan Mlêthik
Mlthik sedih mengetahui dua kakaknya hilang tanpa bekas. Ketika Tabib Nioto hendak mencari tahu ka
24. #24 Bhairawa
Kampung Jawa mulai dicekap terror ketika orang-orang menduga kelompok penyembah setan yang seribu ta
25. #25 Gereja Belanda
Saathi semakin terbiasa dengan takdirnya sebagai budak meski tidak pernah menyukainya. Di tengah keh
26. #26 Tuan Jaksa Kota
Rumah Nioto menjadi diacak-acak Jaksa Kota yang puritan: Ambrosius sedangkan Anna Saal menemukan tan
27. #27 Pesan tentang Iblis
Pastor Rafael menerima surat tanpa pengirim yang mengingatkan tentang kedatangan iblis, sementara Ly
28. #28 Di Pondok Peranginan
Ges berhasil menemui Byom di Pondok Peranginan Lyzbeth, pada saat yang sama Lyzbeth membuat kesa
29. #29 Pesta Lampion
Jacoba mengajak Byom menonton pesta lampion di mana Byom yakin melihat Mlthik di sana
30. #30 Kembang Batavia
Nanhi Pari menyaksikan keganasan Kompeni dan meyakinkan diri untuk melawan sedangkan Mbok Marti meng
19. #19 Wajah Asli Marti

FADE IN:

82.INT. KAMAR LOSMEN (PAGI)

Cast: Gesù, Ventura, Domingos, Jan, Pastor, Petugas Kejaksaan

Domingos yang baru saja terbangun dan buru-buru duduk menyandar dinding. Dia hendak berdiri, Gesù tidak mencegahnya.

GESÙ

Bagaimana keadaamu, Domingos?

DOMINGOS

Suda baek, Tuan. Saya orang keja apa buat Tuan ini hari?

GESÙ

Kamu masih sakit. Tidak usah berpikir macam-macam.

DOMINGOS

Saya rasa malu kepada, Tuan. Ventura pun suda mulai keja.

GESÙ

(Menggeleng)

Ventura? Dia kusuruh mencari sarapan untuk kita.

DOMINGOS

Saya orang suda jadi budak Tuan. Misti keja buat Tuan.

GESÙ

(Tapak tangan eolah membelah wajah, tegak menempel hidung)

Jangan pikirkan itu.

Kepala Domingos bergoyang-goyang.

GESÙ

(Menyender ke dinding)

Mantan majikanmu. Dia sering menyiksa kalian?

DOMINGOS

(Mengangguk)

Saban-saban saya orang tiada suka turut dia orang punya maksud.

GESÙ

Dicambuk?

Domingos mengangguk lagi.

GESÙ

Kalian tidak mengadukannya ke jaksa kota?

DOMINGOS

Percuma, Tuan. Dia tutup itu resia semuanya, jadi satu dua orang yang dapet tau.

GESÙ

Tidak ada sesama budak yang mau menolong?

DOMINGOS

Begimana dia mau tulungin, tiada bole ketulungan. Budak- budak misti pegi ke notaris bikin keterangan. Dokter ada periksa luka tapi tiada bekal kasih bela. Itu budak tiada ada suara di pengadilan, Tuan.

GESÙ

Bisa mati kalian jika begitu terus.

DOMINGOS

Suda banyak kami punya kawan mati kena siksa.

GESÙ

Di penginapan itu?

Domingos mengangguk lagi.

GESÙ

(Menguncupkan jemari, diarahkan ke atas) 

Ngeri sekali.

DOMINGOS

Saban-saban disiksa, dia orang kasih gantung kami punya badan. Kepala di bawah, kasih jerat dengan tali.

GESÙ

Leher dijerat tali?

DOMINGOS

Kasih beban pake batu atawa kayu.

GESÙ

Itu dicekik namanya.

DOMINGOS

(Mengangguk)

Itu tempo Nyonya Tjintje punya harepan Tuan beli kita orang. Jadi kita orang dikasih idup.

GESÙ

Kejam sekali dia.

DOMOINGOS

Itu tempo ada budak prampuan kena siksa sampai mati. Nyonya suru kita orang kubur itu prampuan di kebon. Pengadilan suru bongkar itu kuburan. Tapi, tiada Nyonya kena hukum. Kerna bangkai sudah terlalu rusak sekali.

GESÙ

(Menepuk bahu Domingos)

Kamu tidak akan mengalami itu.

DOMINGOS

Saya punya untung, Tuhan kasih buat saya punya Tuan hatinya baek dan terlalu peduli sama saya.

Pintu kamar diketuk keras-keras. Ventura ribut di luar kamar.

SOUND EFFECT: KETUKAN PINTU

VENTURA

(V.O)

Tuan.

GESÙ

(Mendongak)

Tidak saya kunci, Ventura. Masuk saja.

Pintu terbuka. Ventura buru-buru masuk dan menutupnya dengan satu tangan. Satu tangan lagi membawa pincuk-pincuk makanan. Dia meletakkan pincuk; bungkus makanan dari daun pisang, di hadapan Gesù.

GESÙ

Kamu kenapa?

VENTURA

Ada petugas periksa-periksa, Tuan.

GESÙ

Di mana?

VENTURA

Di ini losmen, Tuan.

Keributan terdengar di luar dan pintu kamar kembali diketuk, lebih tepatnya digedor-gedor.

SOUND EFFECT: PINTU DIGEDOR-GEDOR

GESÙ

(Bangkit, menghampiri pintu)

Avare le mani dalam pastakalian tunggu di sini.

Gesù membuka pintu dan tampaklah beberapa orang dengan wajah-wajah suram. Mereka adalah Jan van Danswijcq (Lelaki 40 an tahun, pemaki berambut putih dan berwajah pucat), Petugas Kejaksaan (Berseragam Kompeni, lelaki 50 an tahun, muka galak), dan Pastor (Berpakaian jubah hitam, bertopi bundar lebar)

JAN

(Berkata kepada utusan Jaksa)

Apa kata saya? Ini saya punya tamu. Pria Italia yang kasih rawat dia punya budak-budak.

Pintu dibuka lebar. Gesù tak bicara apa-apa. Dia mundur, merapat ke tembok ketika Petugas Kejaksaan dan pastor itu masuk ke ruangan, melihat-lihat.

PETUGAS KEJAKSAAN

Apa yang Anda lakukan di sini?

GESÙ

(Menoleh kepada Ventura dan Domingos)

Merawat mereka, Tuan.

PETUGAS KEJAKSAAN

Mereka budak Anda?

Gesù mengangguk dengan ragu.

PETUGAS KEJAKSAAN

Anda ada surat notaris?

GESÙ

(Sedikit gugup)

Eh, rencana saya setelah mereka pulih benar, saya akan ke notaris.

PETUGAS KEJAKSAAN

Kenapa mereka?

Sang petugas menoleh ke Ventura dan Domingos yang menunduk. Caranya melihat kedua budak itu seperti melihat barang.

GESÙ

Cidera Tuan, ketika bekerja. Saya baru beli mereka dari pemilik Penginapan Catharina Floris.

PETUGAS KEJAKSAAN

Anda tidak punya rumah sendiri?

GESÙ

Saya seorang naturalis, Tuan. Saya berpindah-pindah. Tunggu, saya akan perlihatkan surat izinnya.

Gesù mengambil berkas yang dia maksud di salah satu kotak kayu lalu menyerahkannya kepada petugas itu.

GESÙ

(Mengangsurkan lembar izin dari Balaikota)

Ini Tuan.

Petugas Kejaksaan membuka lembar kertas itu, memeriksa dengan teliti. 

PETUGAS KEJAKSAAN

Anda mestinya ada di Ommelanden?

GESÙ

Saya sedang mencari lahan untuk disewa.

PASTOR

(Menyela)

Setidaknya Anda cari penginapan yang lebih terhormat, Tuan. Bukan rumah gulat semacam ini.

JAN

(Mengomel)

Rumah gulat ini menyumbang ribuan ringgit kepada Pengadilan setiap tahun, Pastor.

PETUGAS KEJAKSAAN

Jaga mulutmu Danswijcq.

JAN

Saya bicara apa adanya, Tuan. Setiap minggu orang-orang kehakiman datang untuk menarik upeti di area ini.

Petugas Kejaksaan mendorong Danswijcq ke dinding. Lengannya mengunci leher Jan.

JAN

Itu artinya, selain melanggar larangan porstitusi, kamu orang juga melakukan penyuapan. Kamu orang akan membusuk di penjara balaikota.

Jan terbungkam. Kali ini dia tidak berani memaki-maki.

 

CUT TO:

83. EXT. PABRIK GERABAH MARTI (SIANG)

Cast: Mbok Marti, Saathi, Byomå

MBOK MARTI

Thiii…tanah lempungnya sudah mau habis ini.

SAATHI

(Datang tergopoh-gopoh)

Nggih, Mbok.

MBOK MARTI

Kowe sudah tahu, tå, setiap hari tanah lempungnya harus disiapkan. Jangan sampai kehabisan. Jadi buang waktu.

Saathi mengambil keranjang bambu besar dan cangkul tanpa bicara apa-apa. Dia bersiap hendak ke kebun yang cukup jauh dari rumah Marti. Byomå datang dari halaman depan.

MBOK MARTI

(Teriak kencang)

Byomå! Kowe bantu mbakyumu itu.

BYOMå

Nggih, Mbok.

MBOK MARTI

Sekalian cari kayu bakar.

BYOMå

(Menoleh sekilas)

Nggih.

Byomå meninggalkan Marti dan menyusul Saathi.

BYOMȦ

(Berbisik)

Mbakyu. Kenapa Mbok Marti sekarang selalu marah-marah?

Kita tidak salah, kenapa Mbok Marti marah-marah? Kulå ndak suka.

SAAYTHI

(Merangkul bahu Byomå)

Mungkin sedang banyak pikiran.

BYOMȦ

Mbok Marti ndak baik.

SAATHI

Dia sudah menolong kita, Byomå.

CUT TO:

84. EXT. KEBUN PISANG

Cast: Saathi, Byomå

Byomå dan Saathi melintasi kebun-kebun pisang, menuju tempat pengambilan tanah liat. Saathi masuk ke dalam cekungan itu dan mulai mencangkul. Tanah hasil mencangkul dia raup dengan seluruh tangan hingga lengan. Dia taruh di dekat keranjang. Byomå lalu memindahkan gumpalan tanah itu ke dalam keranjang. 

BYOMȦ

Kalau kita punya uang untuk bayar hutang, kita ndak usah bekerja lagi di sini, ya, Mbakyu?

SAATHI

Iya.

Saathi masih mencangkul. Sesekali mengelap keringat di dahu dengan lengan. Badannya belepotan tanah. Seluruh kulitnya bersimbah keringat.

BYOMȦ

Kapan kita bisa punya uang cukup, ya, Mbakyu?

SAATHI

(Meraup tanah liat)

Pelan-pelan, Byomå. Kalau uang bulanan dari Baba Nioto terkumpul, kita bisa lunasi hutang.

BYOMȦ

Lama ya, Mbakyu?

SAATHI

Sing penting kita bisa makan.

Saathi ke luar dari cekungan tanah lalu memeriksa keranjang yang sudah penuh terisi tanah lempung. 

SAATHI

Ayo cari kayu bakar.

Byomå mengangguk. Dia mencangklong cangkul lalu mendahului Saathi yang susah payah mengangkat keranjang penuh tanah ke pinggangnya. Saathi menyusul Byomå. Byomå mengumpulkan ranting-ranting itu sampai sepelukan. Dia tali dengan kulit pisang yang dikepang. Dia lalu mengangkatnya ke bahu kanan. Cangkul di tangan kiri.   

CUT TO:

85. EXT. HALAMAN RUMAH MARTI (SIANG)

Cast: Saathi, Mbok Marti, Byomå, Jozua, Parnå, Anak Buah Jozua, Anak Buah Parnå.

Byomå menuju tungku. Dia letakkan kayu-kayu itu. Saathi ke halaman, tempat para pembuat gerabah membutuhkan bahan. Saathi berdiri jerih. Belasan laki-laki yang menggenggam golok berdiri berkelompok-kelompok. Parnå (lelaki besar, berdada gelambir, berambut ikal kasar dengan ikat kepala hitam) sedang berbicara dengan Marti. Dia terus terkekeh setiap jeda bicara. Ketika Saathi datang, semua perhatian mereka tertuju kepadanya. Saathi meletakkan keranjang tanah itu lalu hendak beranjak ke belakang rumah.

MBOK MARTI

Thi.

Saathi terpaksa membalik badan.

MBOK MARTI

Mana Byomå?

Byomå sudah datang dari belakang rumah. Melihat banyak orang bertampang seram, Byomå lalu berdiri merapat pada mbakyunya. Saathi melingkarkan lengan ke bahu Byomå. Marti mendekati mereka berdua.

MBOK MARTI

(Meletakkan tangannya pada lengan Saathi)

Thi, kowe berdua ikut mereka.

SAATHI

(Mengerut dahi)

Ke mana, Mbok?

MBOK MARTI

Banten.

SAATHI

(Menggeleng. Dekapannya di bahu Byomå semakin erat)

Ndak mau.

MBOK MARTI

Aku sudah bangkrut, Thi. Aku harus bertahan hidup. Kowe ikut mereka. Di Banten nanti pasti ada majikan yang lebih baik.

SAATHI

(Menggeleng kencang) 

Kulå tidak mau.

MBOK MARTI

(Memukul lengan Saathi agak keras)

Budak itu tidak boleh melawan.

SAATHI

(Menatap Marti dengan tajam)

Budak?

MBOK MARTI

Iya. Kowe pikir aku bayar Jan Petel 10 ringgit itu cuma-cuma?

SAATHI

Saya hutang, Mbok.

MBOK MARTI

Kalau begitu kowe bayar sekarang kalau memang kowe anggap itu hutang.

Saathi terdiam. Kebingungan.

MBOK MARTI

(Tangan terbuka di udara)

Mana? Bayar hutangmu ditambah bunga. Punya tidak?

Saathi terdiam.

BYOMȦ

(Mendongak)

Mbakyu….

Saathi menatap Byomå . Tidak bicara, tetapi berusaha menguatkannya.

Mbok Marti berbalik, berjalan menuju pintu rumahnya. 

MBOK MARTI

(Teriak)

Parnå! Bawa mereka.

PȦRNȦ’

Iyo, Mbok.

Parnå menghampiri Saathi dan Byomå dengan langkah-langkah besar diikuti anak buahnya. Byomå buru-buru hendak melolos sulingnya tapi ditahan Saathi. Parnå meraih bahu Saathi, hendak memeluknya. Saathi berontak.

SAATHI

Lepas!

PȦRNȦ

(Terkekeh)

Menurut saja, Cah Ayu.

SAATHI

(Terus berontak)

Lepas! 

Byomå menendang-nendang sebisanya ketika anak buah Parnå hendak menangkapnya. 

BYOMȦ

Mbakyu!

SAATHI

Byomå!

Kakak beradik itu terus meronta meski hasilnya tidak seberapa. Sewaktu keriuhan di halaman rumah Marti itu terus berlangsung, serombongan orang lain bergerak mendekat. Mereka menaiki kuda dengan cepat. Jozua memimpin rombongan itu.

JOZUA

Parnå Setrå! 

Parnå menghentikan gerakannya. Dia kaget melihat Jozua. 

Saathi memanfaatkan itu untuk lepas dari tangan Parnå. Dia lalu menghamburi Byomå yang juga terlepas dari lelaki yang tadi berusaha meringkusnya. Saathi menggandeng Byomå untuk lari ke arah belakang. Tetapi anak buah Parnå menghalangi. Tak punya pilihan, akhirnya Saathi dan Byomå merapat ke dinding rumah Marti. 

PȦRNȦ

Jozua van Java!

Jozua melompat turun dari kuda. Bahasa tubuhnya sangat percaya diri. Saathi terkejut karena mengenali Jozua melebar.

JOZUA

(Bersidekap)

Lama tak berjumpa, Parnå.

PȦRNȦ

Ya, dan kamu masih jadi peliharan Kompeni.

JOZUA

(Senyum lebar senyumnya)

Lalu kau merasa lebih baik dengan menjual orang-orang satu kampungmu sendiri?

PȦRNȦ

(Menunjuk orang-orang di belakang Jozua dengan goloknya)

Perbedaan kita Jozua. Kau dan anak buahmu yang pengecut itu punya senapan.

JOZUA

(Mengangkat dagu)

Maksudmu, kau yakin aku tidak bisa menghajarmu dengan tangan kosong?

PȦRNȦ

(Menyeringai)

Itu harus dibuktikan.

Parnå mengangkat tangan tinggi-tinggi.

CUT TO:

86. EXT. HALAMAN RUMAH MARTI (SIANG)

Cast: Saathi, Mbok Marti, Byomå, Jozua, Parnå, Anak Buah Jozua, Para Penyerang

SOUND EFFECT: BUNYI KOKANG SENAPAN

Jozua mendengar bunyi senapan terkokang di belakangnya. Ia memberi tanda agar anak buahnya menahan peluru. Saat itu juga anak buah Parnå menyerbu Jozua.

Jozua menyambut mereka tanpa ragu. Seorang berbadan jangkung paling depan, meluncurkan hantaman. Jozua menangkap pergelangan tangan lawan, bergerak ke belakang punggungnya lalu dia hantam lehernya, dia injak betis lelaki itu sampai lutut membentur tanah lalu Jozua membantingnya.

Penyerang kedua menendang, Jozua tangkap pergelangan kakinya lalu menimpakan badannya ke kaki satunya. Mereka terjatuh bersamaan. Jozua berputar, sikunya menghajar ulu hati lawan. 

PENYERANG DUA

(Memegangi dada, berkelojotan di tanah)

Aaaaa!

Jozua segera bangun. Penyerang Ketiga menendang, Jozua menahan dengan kedua tangan lalu membanting Penyerang Ketiga ke tanah. Anak buah Parnå yang lain menyerbu dengan tendangan keras. Jozua mengadu kakinya, sampai orang itu terputar ke belakang. Baru saja hendak bangkit, Jozua menendang kepalanya. 

Dua orang menyerang bersamaan. Seorang menendang terlalu tinggi. Jozua menangkap kakinya, bergerak cepat ke belakang penyerang, tanpa melepas kakinya, lalu dia tarik sampai terjungkal. Seorang lagi meringkus Jozua dari belakang. Jozua menyikut perutnya, dagunya, lalu lehern. 

Semua serbacepat. Tahu-tahu Jozua sudah berdiri tegak sambil bergaya membersihkan telapak tangan, sedangkan di sekelilingnya, para penyerang bergulingan di tanah, kesakitan. Anak buah Parnå yang lain menghampiri mereka, memberi pertolongan.

Saathi menyaksikan pertarungan di depan mata dengan badan gemetar. Sedangkan mata Byomå membelalak. Antara merasa ngeri dan kagum bukan main. Keributan itu, teriakan-teriakan kesakitan, membuat Marti kelabakan. Marti tercekat di muka pintu. Wajahnya memucat, napasnya seperti hendak putus. Berdirinya sempoyongan.

CUT TO:

87. EXT. HALAMAN RUMAH MARTI (SIANG)

Cast: Saathi, Mbok Marti, Byomå, Jozua, Parnå, Anak Buah Jozua, Anak Buah Parnå.

JOZUA

(Menghampiri Parnå)

Masih perlu bukti?

PARNȦ

(Menoleh ke Marti)

Mbok Marti, kurasa kau mendapat pembeli baru.

Parnå mengajak anak buahnya pergi dari sana. Anak buah Parnå yang sudah babak belur di bantu teman-temannya berjalan sambil terus mengerang.

JOZUA

(Menoleh pada Marti)

Ada apa, Mbok Marti? Sudah bertahun-tahun kau selalu setia kepada Nyonya Lyzbeth van Hoorn. Sekarang kauhendak berganti pelanggan rupanya?

MBOK MARTI

(Menjatuhkan diri ke tanah)

Maafkan saya. Parnå mengancam saya untuk menjual budak kepadanya, Tuan.

JOZUA

(Melirik Saathi)

Budak yang ini? Apakah dia sangat istimewa?

MBOK MARTI

(Menoleh pada Saathi)

Parnå sangat menginginkannya.

Jozua menghampiri Saathi dan Byomå. Dia lalu membantu Saathi berdiri. 

JOZUA

Bukankah aku sudah memesannya kepadamu?

MBOK MARTI

Maafkan saya, Tuan.

JOZUA

Nyonya Lyzbeth juga menginginkan gadis ini.

Jozua mengambil kantung bertali dari balik rompinya. Dia lalu melemparkannya ke Marti begitu saja. Jatuh tepat di depannya. Berbunyi gemerincing yang berisik. 

JOZUA

Limapuluh ringgit. Apa Parna membeli lebih dari itu?

Jozua menggandeng Saathi dengan lembut tetapi memaksa. Saathi menurut dengan terpaksa.

SAATHI

(Merangkul Byomå)

Saya mau dibawa ke mana, Tuan?

JOZUA

(Menoleh sebentar. Tersenyum)

Ke rumahmu yang baru.

Saathi berusaha melepaskan tangan, tapi Jozua menguatkan cengkeramanya. 

INSERT: Di jalan kampung, depan rumah Marti, gerobak Saathi sudah menunggu. Gerobak itu dikaitkan pada seekor kuda. 

BYOMȦ

Mbakyu. Itu gerobak kita.

Saathi mengangguk. Saathi lalu menoleh pada Marti. Pada saat sama, Marti pun sedang melihat kepadanya. Tatapan mereka bertemu. Marti menunduk seketika.  

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar