EXT. SEBERANG KANTOR KONTRAKTOR - PAGI
Tampak Kantor Kontraktor Surya Adhi Mandiri dilewati beberapa mobil yang berlalu lalang. Di depan kantor itu terdapat TUNAWISMA yang duduk lemas menyender ke tembok kantor. Tunawisma itu memakai Jas kumuh dengan wajah yang tertutup rambut dan jenggot yang acak-acakan.
Bara, Hasan, Rizki dan Ipung berdiri di seberang jalan Kantor Kontraktor. Hanya Bara yang terlihat penuh semangat sambil berkacak pinggang, sementara yang lain hanya berdiri lemas.
Bara dengan enteng menunjuk Kantor Kontraktor.
Bara tidak mempedulikan respon ke tiga temannya. Dia cuek mulai menyebrang jalan, tapi Ipung buru-buru menahannya.
Bara memukul dadanya, penuh percaya diri.
Bara mulai menyebrang lagi. Kali ini Hasan, Rizki, dan Ipung kompak menahannya.
Bara terdiam. Dia melihat ke Ipung, Hasan dan Rizki tampak panik.
Ipung mengangguk.
Bara berkacak pinggang,sedikit jengkel.
Ipung, Hasan, dan Rizki menghela nafas lega. Ipung kemudian menjelaskan sambil meunjuk tenda warung kopi di belakang mereka.
Bara diam sambil memegangi dagu, berpikir. Sementara Ipung, Hasan, dan Rizki melihat Bara dengan panik.
Ipung, Hasan, dan Rizki saling lihat dengan gembira.
EXT. SEBERANG KANTOR KONTRAKTOR. WARUNG KOPI - SORE
Langit berubah menjadi gelap.
Bara, Ipung, Hasan, dan Rizki terduduk lemas di tenda Warung Kopi yang sebelumnya ditunjuk Ipung. Dari sana, terlihat jelas Kantor Kontraktor di seberang jalan.
Mereka semua tampak lesu. Mereka dengan datar mengunyah kuaci dan menyeruput kopi. Pandangan mereka terus melihat ke seberang, ke kantor Kontraktor.
Hasan meregangkan tangannya sambil menguap lebar.
Rizki yang mukanya menempel di meja mengangkat tangannya dengan lemas.
Tanpa berhenti melihat ke seberang jalan, Ipung menimpali sambil makan kuaci.
Hasan dan Rizki semakin teduduk lemas. Bara yang masih melihat ke seberang jalan, mengerenyitkan mata sambil memakan gorengan.
Rizki terbangun sambil membelalakan mata, menyadari sesuatu.
Bara dan Hasan tersentak kaget. Mereka langsung memelototi Ipung dengan kesal.
Hasan melempari Ipung dengan bungkus kuaci. Namun tiba-tiba ABANG WARKOP (62), kakek tua renta yang terlihat bijak, datang untuk menempatkan gorengan hangat di tempat gorengan.
Bara mendengus.
Abang Warkop TERKEKEH.
Bara, Ipung, Hasan, dan Rizki melihat Abang Warkop.
Abang Warkop kemudian menunjuk ke seberang jalan. Bara, Ipung, Hasan dan Rizki ikut melihat ke arah yang ditunjuk.
Tampak Tunawisma yang duduk di depan kantor Kontraktor. Dia hanya bengong sembari terduduk lemas.
Tunawisma itu menggaruk-garuk badannya yang kumal. Dia kemudian kembali kembali bengong.
Bara, Ipung, Hasan dan Rizki melihat Abang Warkop sambil mengkerutkan dahi, tidak percaya. Abang Warkop balik melihat mereka sambil mengangkat bahu.
Hasan lalu melirik ke Bara.
Bara bangkit dan mulai berjalan pergi, membuat Ipung, Hasan, dan Rizki kaget.
EXT. KANTOR KONTRAKTOR - SIANG
DI DEPAN POS SECURITY KANTOR, Security Muda, Security yang sama yang dilempar Bara di awal, menguap pelan. Dia kemudian melihat Bara berjalan ke arahnya diikuti Ipung, Hasan, dan Rizki yang berlari kecil, berusaha mengejar Bara.
Security langsung tersentak takut dan buru-buru masuk ke Pos Security dan menguncinya. Akan tetapi Bara mendobrak Pos itu dengan tendangannya, lalu mencengkram kerah sang Security.
Security Muda yang ketakutan langsung tercekat, hingga suaranya tidak keluar. Ipung, Hasan, dan Rizki datang dan berusaha menenangkan Bara. Namun…
Hasan dan Rizki yang kaget, spontan memberi hormat lalu berlari ke arah kantor, sementara Ipung masih berdiri di sana.
Bara semakin keras mencengkram sang Security Muda sampai Security itu mulai menangis ketakutan.
Ipung menunjuk ke bawah Security Muda. Bara ikut melihat. Ternyata sang Security Muda mulai mengompol di celananya.
Bara dengan jijik melepaskan cengkramannya. Sang Security pun langsung meringkuk ketakutan.
Bara menggeram kesal. Tak lama Hasan dan Rizki kembali dengan terengah-engah.
Bara melotot ke Security Muda, sang Security yang ketakutan langsung membocorkan.
Bara membelalakan mata, kaget. Sementara Ipung, Hasan, dan Rizki menatap datar Bara.
Bara menggeleng.
Bara mengacak-acak rambutnya, kesal. Dia kemudian berkata dengan enggan.
INT. RUSUN KAMPUNG HILIR. LT 2. LORONG - MALAM
Pintu lift terbuka, tampak Kinan, yang masih mengenakan seragam polisinya, menghela nafas lalu berjalan lemas keluar lift.
Dia berjalan sendiri di lorong sepi yang membuat setiap langkahnya bergema.
Begitu sampai di depan unitnya, dia mengambil kunci dari saku celananya. Namun tiba-tiba sosok-sosok hitam berdiri di belakangnya.
Kinan melonjak kaget sampai kuncinya terlempar. Dia kemudian berbalik sambil memasang kuda-kuda. Namun ternyata sosok-sosok hitam di belakangnya adalah Bara, Ipung, Hasan, dan Rizki.
Bara membungkuk mengambil kunci Kinan, lalu mengacungkannya ke adiknya. Kinan merebut kunci itu dengan kesal.
Melihat Bara tidak berkata apa-apa, Ipung mulai bicara.
Kinan menjawab sambil berusaha membuka pintunya yang macet.
Ipung melihat Bara. Bara menghela nafas.
Kinan terdiam. Pintu unitnya berhasil terbuka.
Setelah diam beberapa saat, Kinan berbalik ke Bara.
Ipung menunjuk seragam Kinan.
Kinan memperhatikan kakaknya. Bara sekilas melihat adiknya, tapi kemudian cepat-cepat membuang muka.
Ipung, Hasan, dan Rizki melirik ke arah Bara yang masih membuang muka. Akan tetapi beberapa saat kemudian, Bara menengok ke Kinan dan menatapnya tajam.
Kinan melihat kakaknya. Dia lalu mempersilahkan Bara dan yang lain masuk.
Ipung, Hasan, dan Rizki mulai berjalan masuk ke unit Kinan, tapi Bara tetap diam. Ipung dan yang lain pun berhenti dan ikut diam, mengurungkan niat.
Melihat mereka tidak jadi masuk, Kinan masuk ke unitnya sendiri.
Kinan masuk dan terdengar bunyi benda berat digeser. Ipung dan yang lain berusaha mengintip ke dalam, penasaran. Tak lama Kinan kembali datang sambil membawa sebuah map coklat.
Kinan menyerahkan map coklat itu ke Bara. Bara membuka isinya lalu membacanya. Ipung dan yang lain ikut mengintip isi map itu.
Bara terkejut melihat isi map itu. Dia langsung menoleh ke Kinan.
Kinan mengangguk.
Ipung, Hasan, dan Rizki menunduk sedih sementara Kinan dan Bara hanya terdiam sambil menatap kosong satu sama lain.
Kinan kemudian menghela nafas.
Bara tersentak, kaget. Matanya berubah dipenuhi amarah.
Ipung, Hasan, Rizki, dan Kinan kaget.
Bara menggeleng. Dia kembali membaca hasil penyelidikan Kinan dengan cepat, seolah mencari sesuatu yang terlewat.
Ipung, Hasan, Rizki, dan Kinan terdiam. Mereka memperhatikan Bara yang terus membolak balikkan hasil penyelidikan Kinan.
Bara membelalakan mata lalu menengok ke Kinan.
Bara melongo tidak percaya. Dengan sumringah, dia melihat Ipung, Hasan, dan Rizki.
Hasan dan Rizki saling lihat. Mereka bertiga terlihat canggung sambil mengelus-eluskan tangan mereka.
Bara terdiam, tidak percaya.
Bara tiba-tiba menggeram.
Bara berjalan maju menuju Hasan dan Rizki, hendak memukul. Namun Ipung dan Kinan menahannya.
Bara yang ditahan Ipung dan Kinan menunjuk Hasan dan Rizki.
Bara merangsek maju, hendak menghajar Hasan. Ipung dan Kinan yang berusaha menahannya mulai terdorong.
Bara berhenti. Dengan nafas naik turun, menahan emosi, Bara melihat Hasan, Rizki, Ipung, dan Kinan.
Bara melepaskan diri dari Ipung dan Kinan lalu berjalan pergi sembari membuang map coklat hasil penelitian Kinan.
Ipung, Kinan, Hasan, dan Rizki melihat Bara pergi. Mereka tampak menunduk merasa tidak enak.