EXT. KOS-KOSAN KUMUH - MALAM
ESTABLISH sebuah kos-kosan tua tak terawat yang berada di daerah yang kumuh dan becek.
INT. KOS-KOSAN KUMUH. KAMAR SHERYL - MALAM
Bunyi saklar terdengar, membuat lampu menyala berkedip-kedip sebelum akhirnya menyala temaram. Tampak Sheryl baru saja menyakan saklar, lalu masuk ke dalam kamarnya yang lapuk dan sempit. Sangat kontras dengan tampilan pemiliknya yang elegan dan cantik.
Bara masuk dengan lemas, sementara Sheryl mengambil kotak P3K dari atas lemari tua di ujung kamar.
Sheryl mendekati Bara sambil membawa kotak P3K itu. Dengan kepalanya, Sherly menyuruh Bara duduk di ujung kasur, dan Bara menurut.
Sheryl menjulurkan tangan, meminta tangan Bara yang terluka. Bara dengan lemas menyerahkannya. Sheryl pun mulai membersihkan luka Bara.
Bara diam, menundukkan kepala. Sementara Sheryl mulai memperban tangan Bara.
Sheryl berhenti memperban Bara. Dia melihat Bara yang terlihat frustasi dengan membenamkan wajahnya ke telapak tangan.
Bara mengangkat kepalanya, lalu melihat kedua tangannya.
Bara mengangkat kepalanya untuk melihat Sheryl. Tampak wajah Bara berkaca-kaca.
Sheryl memandang Bara iba. Dia kemudian mengelus tangan Bara dengan lembut.
Bara menggeleng.
Sheryl melihat Bara dalam-dalam.
Bara membelalakan mata, baru menyadari perspektif baru. Namun dia kemudian bangkit.
Bara terdiam tidak bisa menjawab. Sheryl menghela nafas.
Bara melihat Sheryl dengan pandangan tidak percaya. Dia lalu mengulurkan tangannya, meminta sesuatu.
Sheryl melihat Bara. Bara melihatnya dengan tatapan tajam, semangatnya kembali menyala.
Sheryl menghela nafas.
Sheryl lalu melemparkan sesuatu kepada Bara. Ketika Bara lihat, ternyata Sheryl melemparkan sebuah kunci.
Bara melihat ke Sheryl sambil tersenyum sendu.
Bara berjalan pergi, meninggalkan Sheryl yang menatap Bara pergi.
EXT. KANTOR KONTRAKTOR - MALAM
Gerbang kantor kontraktor tertutup rapat. Tiba-tiba Bara memanjat gerbang itu dengan cepat.
Bara masuk ke Kantor dan melihat seorang Security Berjas tengah menyeduh kopi di Pos Security.
Bara mulai mengencangkan pukulannya, siap untuk menghajar. Namun dia terdiam beberapa, terlihat sedang berpikir. Dia kemudian memutuskan untuk mengendap-endap melewati Security itu.
INT. KANTOR KONTRAKTOR - MALAM
Bara masih mengendap-endap di dalam kantor. Dia bersembunyi di balik tembok ketika melihat sebuah senter hampir menyorotnya.
Tampak Security Berjas Lain tengah berjalan ke arahnya. Bara bersiap untuk mencengkram Security itu begitu ia mendekat. Namun Security itu berbalik dan pergi meninggalkan Bara.
Bara menghela nafas lalu lanjut berjalan ke ruangan Sam.
INT. KANTOR KONTRAKTOR. RUANGAN SAM - MALAM
Bara masuk lalu menutup pintu ruangan itu secara perlahan. Dia kemudian melihat seisi ruangan yang berisi lemari dan laci meja.
Bara membuka lemari di ruangan itu dan tampak tumpukan map terusun rapih. Dia membuka salah satu map dan melihat isinya kliping artikel-artikel Kampung Hilir sebelum kampung itu terbakar. Terdapat pula foto-foto Kampung Hilir lama yang kumuh dan berdempetan.
Bara menyimpan map itu lalu membuka map yang lain. Di map ke dua, terlihat isinya kliping berita Kampung Hilir saat terjadi kebakaran.
Bara mengerenyitkan dahi bingung.
Bara membuka map lainnya satu persatu, hingga Ia membuka salah satu map kemudian membelalakan mata.
Tampak isi map itu adalah ilustrasi wilayah Kampung Hilir, yang ditimpa dengan ilustrasi lain bergambar rumah susun yang digambar dengan warna tinta yang berbeda.
Merasa kesal, Bara menyimpan berkas itu di belakang bajunya lalu membongkar lemari semakin cepat. Dia kemudian membuka lemari bawah dan melihat isi lemari bawah dipenuhi tumpukan buku notes yang sudah usang.
Bara mengambil salah satu buku usang itu, lalu bangkit. Pada cover buku itu tertulis “Jurnal”.
Tiba-tiba terdengar pintu terbuka dan lampu senter menyorot Bara. Bara yang kesilauan langsung melihat ke depan dengan tajam.
Tampak di depan pintu ternyata Security Muda. Pemuda yang masih dipenuhi perban itu gemetaran hebat. Namun akhirnya dia memberanikan diri untuk mengangguk kecil, lalu menutup kembali ruangan itu.
Bara terdiam untuk beberapa saat, lalu mulai membaca jurnal yang ia pegang dengan bantuan cahaya dari luar.
Kita berputar dan melihat di depan Bara semua berubah gelap, tapi tiba-tiba…
INT. PANGGUNG - SIANG. CONTINOUS. IMAJINASI
Sebuah lampu sorot menyorot kegelapan itu, dan menampilkan IBU SAM (30), sawo matang, berbaring lemas di kasur persalinan; BAPAK SAM (32), sawo matang, berdiri di samping istrinya dengan ekspresi khawatir; lalu DOKTER (42), memakai pakaian operasi sambil menimang Bayi yang diselimuti handuk. Terdengar suara tangisan bayi memenuhi ruangan.
Bapak Sam, yang tersenyum lega, mendekati Dokter untuk melihat bayinya.
Bapak Sam tersentak kaget. Dia melihat istrinya dengan tatapan marah, lalu pergi dari sorotan lampu dengan kesal.
Ibu Sam kaget dan kebingungan melihat suaminya pergi. Dia berusaha menjulurkan tangan supaya suaminya tidak pergi, tapi perlahan tangannya terjatuh lemas dan ia pun mulai pingsan akibat kelelahan.
Lampu sorot mati.
Lampu sorot kembali menyala. Tampak Bapak Sam memasukkan pakaiannya dengan penuh amarah ke sebuah tas. Sementara di sampingnya sang Ibu, yang memakai seragam cleaning service dan menimang bayi yang ditutupi kain tapi MENANGIS KERAS, memeluk kaki sang suami sambil MENANGIS.
Lampu sorot mati, lalu kembali menyala di satu sudut. Menunjukkan KAKEK VETERAN (80) duduk di kursi roda sembari memakai seragam purnawirawan. Tampak tangan kirinya hilang dan ia memakai penutup mata di sebelah kanan.
Lampu sorot di bagian lain panggung menyala, menunjukkan TIGA ANAK SD yang menunjuk-nunjuk ke depan sambil mengejek.
Lampu sorot lain menyala, menunjukkan PENCARI KERJA (25) berjas, acak-acakan, membawa Map, menatap ke depan dengan penuh benci.
Lampu sorot di bagian lain menyala, menunjukkan Ibu Sam yang memandang ke depan sambil menunjuk dengan kasar.
Semua lampu sorot mati. Membuat semuanya hitam.
EXT. JEMBATAN KAMPUNG HILIR - SIANG. FLASHBACK
Semuanya kembali terang. Bara berdiri di jembatan sambil melihat ke depan.
Di depan, tampak SAM MUDA (19) berdiri di pinggir jembatan sambil menatap kosong ke depan.
Sam menutup mata. Siap untuk melompat. Tiba-tiba…
Sam membuka matanya lalu menengok ke samping. Tampak tidak jauh dari dirinya, dan tidak jauh juga dari Bara, Kinan Muda berdiri memakai kostum kuntilanak murahan, daster putih panjang, wig dari rapia hitam, dan wajah yang dimake up dengan masker putih dari bedak dan mata hitam dari oli.
Sam mengerenyitkan dahi, bingung. Namun Kinan menariknya dan memaksanya ikut dengannya.
EXT. LORONG KAMPUNG HILIR - SIANG. FLASHBACK
Kinan memasangkan jubah hitam lalu gigi taring palsu pada Sam. Dia lalu mengangkat tangannya sambil menunjukkan gigi, memberi Sam contoh.
Sam Muda kemudian mengikuti gerakan Kinan, membuat ‘kuntilanak’ itu tersenyum bangga.
Kinan Muda pun mengajak Sam Muda bergabung dengan ‘HANTU-HANTU’ lainnya yang mulai berjalan sambil mengibarkan bendera merah putih. Mereka sedang pawai 17an.
INT. KANTOR KONTRAKTOR. KANTOR SAM - MALAM
Bara membaca buku itu dengan tatapan tajam.
Bara melempar buku itu kesal. Dia memandang buku itu dengan penuh emosi.
Bara melihat buku jurnal yang lain. Dia kemudian mengambil itu lalu membacanya.
Kita mulai menjauh dari Bara yang mulai tenggelam dalam bacaanya.
INT. KANTOR KONTRAKTOR. RUANGAN SAM - LATER
Jam di Dinding sudah menunjukkan pukul Sebelas.
Bara masih sibuk membaca sambil duduk bersila di samping tumpukan jurnal di sebelah kirinya. Bunyi DETIK JAM terdengar lantang. Bara meletakkan jurnal yang ia baca lalu mengambil jurnal yang lain.
Jam menunjukkan jam dua.
Bara masih membaca jurnal lain dengan khidmat. Tumpukan jurnal yang tadinya ada di sebelah kiri, sebagian sudah berpindah ke sebelah kanan Bara. Bara masih duduk bersila sembari membaca dengan fokus.
EXT. KANTOR KONTRAKTOR - PAGI
Langit pagi terlihat cerah diiringi kicauan gunung.
INT. KANTOR KONTRAKTOR. KANTOR SAM - PAGI
Bara masih duduk bersila membaca jurnal. Di sekitarnya, tumpukan Jurnal berserakan dimana-mana.
Bara membalikkan halaman lalu kembali membaca. Secara samar-samar Bara bisa mendengarkan SUARA API dan TERIAKAN PANIK WARGA.
Tampak salah satu halaman jurnal terlihat dengan fokus pada tulisan “Secepat mungkin” yang ditulis dengan tulisan tangan yang indah.
Bara menutup buku jurnal itu. Dia lalu melihat buku jurnal-jurnal yang tergeletak di sekitarnya.
Bara menatap kosong ke depan.
Sekilas dia bisa melihat dirinya, Ipung, Hasan, Rizky, dan Kinan muda tengah berjalan bersama sambil tertawa.
Dia tersenyum miris.
Bara menundukkan wajahnya. Tampak disekitarnya buku-buku berserakan.