INT. RUSUN KAMPUNG HILIR. LT 2 - SIANG
Pintu lift terbuka, Kinan keluar diikuti dengan Bara yang berjalan dengan tatapan kesal.
Bara dan Kinan berjalan di lorong dalam diam. Tampak Bara membuang mukanya dari Kinan sementara Kinan sekali-kali melihat kakaknya, canggung.
Kinan dan Bara kemudian melewati IBU TETANGGA yang sedang menjemur pakaiannya di pagar depan unit rusunnya.
Bara dan Kinan kembali berjalan dalam diam. Kinan menarik nafas dalam-dalam lalu memberanikan diri untuk menengok ke kakaknya.
Bara diam. Dia terus berjalan, tidak menjawab. Kinan menghela nafas.
Bara tetap tidak menjawab dan terus berjalan. Kinan berhenti berjalan, membiarkan Bara berjalan sendiri.
Bara berhenti lalu berbalik ke arah Kinan.
Bara menunjuk seragam polisi yang Kinan pakai dengan penuh emosi.
Kinan menundukkan kepalanya.
Bara mengacak-acak rambutnya frustasi. Kinan masih menunduk diam.
Kinan mengepalkan tangannya erat-erat, memberanikan diri. Dia kemudian mengangkat kepalanya, melihat langsung Bara.
Bara memandang Kinan. Kinan melihatnya dengan tatapan tajam.
Kinan menunjukkan seragam polisinya pada Bara.
Kinan melihat Bara dengan tajam.
Bara membelalakan mata diam.
EXT. JEMBATAN KAMPUNG HILIR - SIANG. FLASHBACK
Sebuah tinju melayang ke seorang PREMAN hingga dia terlempar jatuh. Itu tinju dari Kinan (18) yang tampak babak belur dan terengah-engah.
Preman itu dan beberapa PREMAN LAIN langsung berlarian pergi. Namun PREMAN-PREMAN BARU terlihat datang dari ujung jembatan.
Kinan yang terengah-engah kembali memasang kuda-kuda. Dia kemudian didekati oleh Ipung (20), Hasan (22) dan Rizki (22) yang tidak kalah babak belur.
Kinan melihat ketiga temannya itu. Tampak Ipung sudah sempoyongan, setengah sadar untuk berdiri. Sementara wajah Hasan sudah habis babak belur, dan Rizki yang bersimbah darah memperbaiki rahangnya yang geser.
EXT. JEMBATAN KAMPUNG HILIR. POS RONDA - SIANG. FLASHBACK
Kinan tampak mengajukan sebuah ide ke Ipung, Hasan, dan Rizki yang membuat Mereka tercengang kaget.
Ipung, Hasan, dan Rizki tampak tidak setuju dan berusaha mendebat Kinan.
Terlihat Kinan tetap bersikeras berargumen hingga Ipung, Hasan, dan Rizki terdiam.
Ipung, Hasan, dan Rizki tampak mondar mandir penuh khawatir. Mereka tampak berpikir keras untuk mencari ide.
Ipung, Hasan, dan Rizki membuang muka, merasa kesal. Namun akhirnya mereka semua melihat ke Kinan, lalu mengangguk. Kinan tersenyum lega.
INT. RUSUN KAMPUNG HILIR. LT 2 - SIANG
Kinan bersender di pagar rusun sambil melihat kosong ke depan, larut mengingat masa lalu.
Bara masih diam memperhatikan adiknya dengan shock, tidak percaya.
Kinan tersenyum kecut sambil melebarkan tangan untuk menunjukkan seragamnya.
Dari pinggir pagar rusun, Kinan melihat ke lantai bawah.
Bara menundukkan kepalanya. Dia terdiam, sadar kalau ini semua juga karena kesalahannya. Namun Bara menggeleng kuat, tatapannya kembali tajam.
Bara terdiam melihat mata Kinan mulai berkaca-kaca. Bara menghentikan niatnya untuk menyelesaikan kata-katanya. Keadaan sunyi yang canggung kembali terjadi.
Kinan mengelap matanya lalu kembali tersenyum. Dia kemudian berjalan ke pintu Rusun bernomor 209 lalu membuka kuncinyanya. Kinan mempersilahkan Bara masuk.
Bara terdiam. Dia masih memperhatikan adiknya, iba. Namun, Bara kemudian menggeleng lirih.
Bara berbalik pergi, meninggalkan Kinan yang diam memperhatikan kakaknya pergi.
EXT. RUSUN KAMPUNG HILIR - PAGI
ESTABLISH Gedung Rusun Kampung Hilir.
INT. RUSUN KAMPUNG HILIR. WARUNG IPUNG - PAGI
Hasan dan Rizki makan sarapan nasi uduk ditemani Ipung yang merokok. Tampak wajah Ipung terlihat lebam.
Arum datang membawa dua gelas besar teh hangat, lalu meletakannya di depan Hasan dan Rizki.
Arum kembali masuk sambil mengelus perutnya sementara Hasan dan Rizki kembali makan, Ipung menghembuskan asap rokoknya ke atas.
Hasan dan Rizki terdiam. Mereka meletakkan sendok mereka lalu melihat Ipung beberapa saat.
Ipung mengangguk sambil membuang abu rokok.
Tak lama, Bara tiba-tiba muncul di depan warung membuat Ipung, Hasan, dan Rizki tersentak kaget. Ipung segera bangkit sambil mematikan puntung rokoknya, Hasan dan Rizki pun ikut bangkit dengan mulut masih penuh nasi. Ketiganya tegang.
Bara mengangkat tangannya, menenangkan ketiga temannya.
Ipung sedikit tenang.
Bara tersenyum kemudian duduk di samping Ipung. Ipung, Hasan, dan Rizki pun kembali duduk. Begitu semua duduk, Bara memperhatikan ketiga temannya.
Hasan, Rizki, dan Ipung saling lihat, lalu menggeleng ke arah Bara.
Ketiga teman itu terdiam, lalu kembali menggelengkan kepala. Bara tersenyum mantap.
Ipung mengerenyitkan dahi, bingung.
Bara memajukan badannya ke depan meja.
Hasan, Rizki, dan Ipung saling lihat, lalu melihat Bara dengan tatapan bingung.
Bara mengacungkan jarinya sambil tersenyum.
Hasan, Rizki, dan Ipung kompak membuang muka, malas. Bara tersentak kaget melihat reaksi mereka.
Hasan, Rizki, dan Ipung kembali melihat Bara dengan malas.
Bara menoleh ke Ipung.
Ipung membuang muka, enggan.
Bara melihat ke arah Hasan dan Rizki yang tampak mengelus-elus leher mereka, enggan.
Ipung, Hasan, dan Rizki saling lihat. Mereka kemudian menghela nafas.
Bara tersenyum lebar ke arah teman-temannya.