EXT. JEMBATAN KAMPUNG HILIR — SIANG
Sebuah Pos ronda usang berdiri tegap dengan papan bertuliskan “POS RONDA KAMPUNG HILIR”.
Kita kemudian bergeser ke samping, memperlihatkan sebuah jembatan yang cukup lebar di mana terdapat dua kubu saling berhadapan.
Kubu pertama dipimpin UJANG CODET (32), Pria berwajah culas dengan codet di alis kirinya. Dia diikuti 10 PREMAN yang masing-masing membawa balok kayu, pipa besi, bambu, dan botol-botol.
Di kubu lainnya terdapat 4 anak muda asli Kampung Hilir. HASAN (22) si tambun yang sedang memperkuat lilitan ikat pinggang pada gear sepeda, IPUNG (20) si cungkring yang sedang menyalakan rokok, KINAN (18) si tomboy yang sedang memutar-mutar bahu untuk pemanasan, dan RIZKI (22) si jangkung yang memukul-mukulkan balok kayu yang ia pegang ke pundaknya.
Ujang menyungingkan senyum sombong ke 4 anak muda itu.
Para Preman di belakang Ujang TERTAWA.
Hasan, Ipung, Kinan, dan Rizki geram. Ketika Ipung membuka mulutnya hendak membalas, terdengar…
Ke empat anak muda Kampung Hilir itu menengok ke belakang. Di belakang mereka, datang BARA API (25) pemuda gagah berjaket jeans dengan mata penuh semangat.
Para preman di belakang Ujang Codet menggeram kesal sementara Ujang sendiri tersenyum sinis.
Bara balas tersenyum sinis.
Keempat anak muda Kampung Hilir di samping Bara, tersenyum lega sambil melihat Bara.
Bara geleng-geleng kepala sambil mengambil rokok yang ada di mulut Ipung, lalu membuangnya ke tanah.
Bara kemudian menepuk-nepuk perutnya sambil melirik tajam ke Kinan. Kinan tetap fokus melihat ke depan.
Hasan, Ipung, dan Rizki berusaha menahan tawa. Sementara Kinan masih fokus melihat ke depan.
Bara menoleh ke depan. Ujang Codet melihatnya sambil tersenyum sombong.
EXT. KAMPUNG HILIR — SIANG
Establish Kampung Hilir, kampung kumuh padat penduduk di pinggir sungai.
Terlihat ke seharian di kampung itu, seperti: IBU yang duduk di depan rumah papannya sambil berjualan gorengan, BAPAK-BAPAK yang duduk bergossip sambil merokok, dan anak-anak yang bermain bola di lorong jalan yang sempit.
EXT. JEMBATAN KAMPUNG HILIR — SIANG
Ujang Codet menunjuk dirinya sambil membusungkan dada. Wajahnya menyunggingkan senyum sok ramah.
Bara tersenyum sinis.
Senyum Ujang Codet menghilang. Dia kembali berdiri tegap lalu merentangkan tangan, menyombongkan sepuluh preman yang berdiri di belakangnya.
Bara menyunggingkan senyum.
Dengan semangat, Bara maju menyerang disusul Ipung, Hasan, dan Rizki. Ipung menunjuk ke Kiri.
Hasan mengangguk lalu berlari ke Kiri, sementara Ipung menunjuk ke Kanan.
Rizki berlari ke Kanan.
Mereka berpencar, Kinan yang terlambat sadar segera menyusul mereka.
INSTRUMEN MUSIK METAL mulai terdengar. Ujang Codet kaget melihat Bara dan teman-temannya datang menyerang. Sehingga bogem dari Bara pun tidak sempat ia tangkis dan mendarat di wajahnya.
Sementara itu, ke empat anak muda Kampung Hilir yang lain mulai menyerang Preman-preman bawahan Ujang Codet.
Perkelahian yang kasar terjadi di tengah dentuman INSTRUMEN METAL. Meski kalah jumlah, Bara, Ipung, Hasan, Rizki, dan Kinan dengan brutal meninju, menendang, dan bahkan melempar preman-preman yang menyerang mereka.
Sesekali salah satu dari mereka di keroyok para preman, tapi kemudian yang lain segera menyerang kerumunan preman itu untuk menyelamatkan teman mereka.
Ke lima anak muda Kampung Hilir itu terus bertarung hingga layar menghitam.
Di tengah kegelapan itu, INSTRUMEN MUSIK METAL perlahan transisi ke INSTRUMEN SULING dan KENDANG DANGDUT dengan suara kecil.
EXT. JALAN — SIANG
Bersamaan dengan SULING dan KENDANG DANGDUT tadi, Tampak dari kejauhan sebuah metromini datang mendekat. INSTRUMEN SULING DAN KENDANG DANGDUT terdengar semakin keras mengikuti metromini yang datang semakin dekat.
Begitu Metromini berhenti, sepasang kaki pria bersepatu boots turun dari Metromini. MUSIK DANGDUT pun mengecil, berganti dengan suara host radio.
Ketika kita melihat ke atas, Pria bersepatu boots itu adalah BARA (35), yang rambutnya mulai sedikit beruban, masih mengenakan jaket jeans lamanya, terlihat tetap gagah, dan penuh semangat.
Dia tersenyum lalu memperbaiki letak ranselnya yang digantung di bahu kanannya.
Bara mulai berjalan menuju jembatan.
EXT. JEMBATAN KAMPUNG HILIR — SIANG
Bara berjalan melewati jembatan. Dia berpapasan dengan EMPAT ORANG PEMUDA dan SEORANG PEMUDI, yang membuatnya tersenyum.
Dia kemudian lanjut melewati jembatan itu.
EXT. DEPAN RUSUN KAMPUNG HILIR — SIANG
Bara melongok diam.
Di depannya, berdiri rumah susun bersih yang terlihat baru selesai dibangun. Terdapat plang bertuliskan “RUSUN KAMPUNG HILIR” di samping Bara yang terdiam.
Bara menjatuhkan tas ranselnya. MUSIK DANGDUT berhenti.
Muncul TITLE PAGE: KEMBALINYA BARA API