KEJU (Keluarga Jumantara)
1. KEJU (KELUARGA JUMANTARA)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

NASKAH FILM “KEJU (KELUARGA JUMANTARA)"

 

SINOPSIS

Tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial telah memengaruhi kehidupan banyak orang, termasuk Rico, Ella, Rino, dan Nia. Mereka berempat adalah saudara kandung yang sama-sama sedang dirundung masalah akibat media sosial. Semakin beranjak dewasa, mereka berempat semakin jarang bercengkrama. Hingga suatu hari, Ibu dan Ayah mereka meninggal dunia akibat kecelakaan. Akibat kecelakaan yang tiba-tiba itulah, Rico, Ella, Rino dan Nia pun berkumpul dan bisa saling membantu memecahkan masalah mereka masing-masing.

 

INT. RUMAH KELUARGA JUMANTARA. PUKUL 7 MALAM

Tuan dan Nyonya Jumantara keluar dari rumah menuju ke mobil mereka.

 

Nyonya Jumantara

(Menelepon anak bungsu mereka, Nia Jumantara)

Dek, kamu sudah selesai lesnya? Mama jemput kamu ya nak, sekalian kita makan malam di luar

Dari ujung telepon terdengar suara Nia, anak bungsu, Tuan dan Nyonya Juamntara yang baru saja mengikuti les persiapan ujian nasional.

 

Nia Jumantara

Iya ma, habis ini adek selesai kok ma, nanti adek tunggu di pintu gerbang ya, hati-hati ma

 

Nyonya Jumantara menutup telepon dan bergegas masuk ke dalam mobil karena Tuan Jumantara sudah menyalakan mesin mobilnya dan bersiap untuk berangkat menjemput anak bungsunya.

 

Di tengah perjalanan

 

Nyonya Jumantara

(tiba-tiba teringat sesuatu)

Aduh lupa, mama kan udah janji pa ke Sita buat ajarin dia masak makanan kesukaannya Rico

 

Tuan Jumantara

(bingung)

Ya terus?

 

 

 

Nyonya Jumantara

Ya harusnya hari ini kita ga makan malam di luar, mama janjinya ngajarin dia sambal video call an gitu, jadi kita bisa sama2 liat prosesnya, soalnya kemarin-kemarin mama ngasih resepnya doang dia gapernah berhasil

 

Tuan Jumantara

Tapi kita udah setengah jalan nih ma, masak balik sih? Besok aja gimana? Sekarang mama telepon dia bilang kalau tutorialnya ditunda dulu

 

Nyonya Jumantara

(menyesal)

Yaudah deh bentar, mama telepon dulu

 

Beberapa detik kemudian, Nyonya Jumantara sudah tersambung dengan Sita

 

Nyonya Jumantara

Halo Sita, mama minta maaf ya hari ini mama gabisa ajarin kamu masak, gimana kalo besok aja atau kapan lah sebisanya kamu

 

Sita

Iya ma gapapa, lagipula sekarang Sita udah gaperlu belajar masak lagi ma, percuma

 

Nyonya Jumantara

Loh kenapa? Bentar bentar kamu kok nangis, ini kamu dimana sih kok berisik?

 

Nyonya Jumantara saling menatap dengan Tuan Jumantara

 

Tuan Jumantara

(berbisik)

Loudspeaker ma

 

Nyonya Jumantara mengangguk-angguk sambal menekan tombol loudspeaker

Sita

Bang Rico minta Sita keluar dari rumah, ma. Bang Rico juga bilang sebentar lagi dia bakal kirim surat cerainya ke Sita (terbata-bata, karena menangis)

 

Tuan Jumantara

Cerai?

(Terkejut)

(Mulai sesak nafas karena terkena serangan jantung)

 

Tuan Jumantara sudah tidak bisa konsentrasi menyetir, arah kemudi mobilnya sudah tidak terkontrol

 

Nyonya Jumantara

Pa, papa

(panik, sambil berusaha mengambil alih kemudi, namun gagal)

 

Mobil Tuan Jumantara pun langsung disambar truk besar, dua kendaraan di belakang truk itu pun ikut terjebak dalam kecelakaan maut tersebut.

 

Layar kosong, hitam.

 

INT. RUMAH RICO, MOBIL ELLA, KOS RINO. PUKUL 7 MALAM

Secara bersamaan, terdengar suara notifikasi WA di ponsel Rico, Ella dan Rino. Mereka bertiga pun langsung membuka ponselnya masing-masing dan menemukan sebuah pesan di grup keluarga Jumantara yang dikirim oleh adik bungsu mereka, Nia. Pesannya berbunyi “Mama dan Papa meninggal”

 

Rico pun langsung memesan tiket pesawat secara online dan bergegas ke bandara dengan taxi. Sedangkan Ella langsung menyalakan mesin mobilnya kemudian buru-buru mengemudikannya. Rino langsung keluar dari kamar kosnya dan mengendarai motornya menuju ke stasiun kereta.

 

INT. RUMAH KELUARGA JUMANTARA. TENGAH MALAM

Diantar oleh ambulance rumah sakit, Nia sampai di rumah bersama dengan jenazah kedua orangtuanya. Ada beberapa tetangga yang bersiap membantu proses pemakaman orangtua Nia. Kabar wafatnya orangtua Nia, mereka dengar dari ART keluarga Jumantara.

 

Saat turun dari ambulance, Nia langsung ditodong pertanyaan oleh salah seorang tetangganya

 

Tetangga Nia

Mbak, jenazahnya mau dimakamkan malam ini juga?

 

Nia

(sambil terisak, berusaha menjawab dengan jelas) engga, pak, dimakamkan besok menunggu kakak-kakak saya datang.

 

Tetangga Nia

(Manggut-manggut)kalau begitu saya beritahukan ke yang lain dulu ya mbak, saya juga harus konfirmasi ke pihak pemakaman (akan beranjak, tapi urung) oh ya mbak, saya turut berduka cita, kedua orangtua mbak ini orang baik, saya doakan agar mereka diberikan tempat terbaik di sisiNYa

 

Nia

Terimakasih pak (berusaha tersenyum)

 

Satu-persatu tetangga Nia pulang, setelah membantu Nia memandikan, mengkafani dan mengurus makam. Sebelum pulang masing-masing dari mereka juga berdoa sejenak untuk almarhum kedua orangtua Nia.

 

INT. RUANG TAMU RUMAH KELUARGA JUMANTARA. LEWAT TENGAH MALAM

Nia, Mbok Jum (ART) dan Mang Deden (Satpam) masih terjaga di samping mayat Tuan dan Nyonya Jumantara.

 

Tak berapa lama kemudian, seorang perempuan dengan rambut hitam bergelombang masuk ke dalam rumah keluarga Jumantara sambal menangis. Itulah Sita, istri Rico, 30 tahun.

 

Sita

Dek (memanggil Nia dengan lirih)

 

Nia tak menyahut panggilannya namun langsung bangkit dari duduknya dan menghambur ke pelukan Sita sambal menangis tersedu sedan.

 

Sita

Maafin kakak ya dek (berkali-kali Sita mengucapkan kalimat itu dengan lirih karena dia sadar bahwa kecelakaan yang menimpa mertuanya disebabkan oleh kecerobohannya menceritakan masalah rumah tangganya hingga papa mertuanya pun kaget dan terkena serangan jantung)

 

Tapi Nia tidak peduli atas apa yang dikatakan oleh Sita, dia terlalu larut dalam kesedihan.

 

Sita melepas pelukannya dan tanpa berkata apa-apa Nia seakan-akan tahu bahwa Sita ingin melihat kedua mertuanya untuk terakhir kalinya.

 

Saat Sita duduk mendoakan almarhum mertuanya, Nia celingukan melihat kearah pintu rumah.

 

 

Nia

Kakak datang sendirian? Bang Rico mana kak?

 

Sita

Kamu udah bilang Bang Rico kan?

 

Nia

(Mengangguk)

 

Sita

Yaudah sebentar lagi berarti dia bakalan kesini

 

Nia pun sedikit tenang dan akhirnya duduk di sebelah kakak iparnya. Tak berapa lama kemudian Nia pun tertidur di pelukan Sita.

 

INT. RUANG TAMU RUMAH KELUARGA JUMANTARA. DINI HARI

Sita terbangun karena mendengar suara motor memasuki halaman rumah keluarga Jumantara. Perlahan-lahan Sita memindahkan posisi tidur Nia agar dia tidak terbangun. Sita pun langsung keluar rumah, memeriksa siapa yang datang.

 

Seorang pemuda berjaket kulit turun dari boncengan ojek, kemudian dia membuka helmnya dan mengibaskan rambutnya yang gondrong. Itulah Rino, 20 tahun, Anak ketiga dari Tuan dan Nyonya Jumantara.

 

Wajah khawatir Sita pun berubah menjadi lega karena dia tahu bahwa yang datang bukanlah Rico, suaminya.

 

Rino

Loh Kak Sita udah sampek, Bang Rico udah didalem kak?

 

Sita

(Tak menggubris pertanyaan Rino tentang Bang Rico)

Ada Nia didalem lagi tidur.

(Mendekati Rino, sambil memegang pundaknya)

Kamu yang sabar ya, yang kuat, sekarang udah gaada mama sama papa, jaga baik-baik adik kamu.

 

Rino

(Langsung memeluk kakak iparnya, sambil menangis)

 

Sita

(Menenangkan Rino dengan mengelus punggungnya)

 

Setelah beberapa detik,

 

Sita

(perlahan melepas Rino dari pelukannya)

Kamu juga jaga kesehatan, kuliah yang bener, jangan ngecewain mama sama papa

(ragu-ragu sambil menahan tangis)

Kakak pergi dulu ya

(mengelus lengan Rino sebentar, kemudian berlalu pergi)

 

Rino

Kakak mau kemana? Kak… kak…

(terus berusaha memanggil Sita)

 

Pangilannya yang tak kunjung dijawab membuat Rino ingin mengejar Sita yang terus berjalan memunggunginya. Tapi dia terlambat, Sita sudah masuk ke dalam sebuah taksi.

 

Taksi pun berlalu, disaksikan oleh Rino yang kebingungan dengan sikap kakak iparnya itu. Sambil menghapus air matanya, Rino berjalan kembali ke rumahnya. Saat memasuki halaman rumahnya, Rino mendapati Nia berdiri di depan pintu sambil menoleh ke kanan ke kiri seperti sedang mencari seseorang. Sampai akhirnya Nia tertegun, matanya terpaku pada sosok yang ada dihadapannya.

 

Nia

Bang Rino

(berlari memeluk Rino)

Mama.. papa bang

(menangis tersedu sedan)

 

Rino

Kita harus kuat dek, kita pasti bisa

(mengelus punggung Nia)

 

Mereka berdua masuk ke rumah dan Rino pun langsung memeluk jenazah kedua orangtuanya. Kemudian Rino pun berdoa untuk mereka. Namun, doanya terhenti saat Nia bertanya

 

Nia

Bang, tadi malem Kak Sita disini, nemenin aku, tapi kok sekarang dia gaada ya, aku cari kemana-mana ga ketemu, tadi pas Bang Rino dating ketemu Kak Sita ga?

 

Rino

Itu dia dek, abang tadi ketemu sama Kak Sita, kita sempet ngobrol bentar, terus Kak Sitanya pergi dan ga bilang mau kemana

 

Di tengah kebingungan mereka berdua, terdengar mesin dua mobil memasuki halaman secara bersamaan. Nia dan Rino pun langsung bergegas keluar, kemudian mendapati seorang perempuan berkulit kuning langsat keluar dari kursi kemudi sebuah mobil dengan rambut panjang yang dikepang. Itulah Ella, 25 tahun, anak kedua dari Tuan dan Nyonya Jumantara. Di belakang mobil Ella, terdapat sebuah taksi yang berhenti. Tak berapa lama kemudian, salah satu pintu kursi penumpangnya terbuka dan keluarlah seorang laki-laki berumur 30 an dengan penampilan rapi. Itulah Rico, si sulung dari keempat anak Tuan dan Nyonya Jumantara.

 

Selama beberapa detik, Rico, Ella, Rino dan Nia saling berpandangan. Hingga akhirnya mereka pun saling berpelukan dan menumpahkan air mata.

 

Rico

(melepas pelukannya)

Abang mau lihat mama sama papa dulu

 

Setelahnya, Rico mengajak ketiga adiknya berdoa bersama.

 

INT. RUANG TAMU RUMAH KELUARGA JUMANTARA. PUKUL 8 PAGI

 

Rumah keluarga Jumantara mulai dipadati orang. Tetangga, sanak saudara, teman-teman Tuan dan Nyonya Jumantara, teman-teman Rico, Ella, Rino dan Nia. Mereka semua turut berdukacita. Beberapa dari mereka hanya berkunjung sebentar, sisanya tetap tinggal menunggu prosesi pemakaman.

 

Tanpa banyak kata, Rico, Ella, Rino dan Nia terus berdampingan bersama hingga prosesi pemakaman usai. Saat tiba di pemakaman, Rico dan Rino banyak membantu prosesi penguburan kedua orangtuanya. Ella dan Nia nampak lunglai dan masih terus menangis. Setelah proseso pemakaman selesai, Rico dan Rino pun memapah Ella dan Nia untuk pulang ke rumah.

 

Sesampainya di rumah, ternyata masih banyak tamu yang berkunjung. Keempat bersaudara Jumantara saling membantu meladeni tamu-tamu tersebut. Seperti itulah yang terjadi setiap harinya. Tamu terus berdatangan meskipun semakin hari jumlahnya semakin sedikit, namun rumah keluarga Jumantara tak pernah sepi. Setiap malam hingga memasuki malam ketujuh mereka berempat mengadakan pengajian untuk mendoakan mendiang orangtua mereka. Bahkan, di hari ketujuh, rumah keluarga Jumantara semakin ramai karena Rico, Ella, Rino dan Nia sepakat mengundang anak yatim piatu untuk mendoakan Tuan dan Nyonya Jumantara.

Keesokan harinya, saat sarapan

 

Rico

(menatap masing-masing adiknya yang masih dirundung duka)

(ragu-ragu, berusaha memecah keheningan)

abang tau ini semua berat, abang juga sedih, tapi abang ga pengen kalian terus sedih kayak gini, mama sama papa juga pasti ga seneng, jadi…

(ragu-ragu)

Abang pengen ajak kalian liburan, kalian mau ga?

 

Tidak ada jawaban

 

Rico

Kalian ga mau ya?

 

Rino

Terserah abang aja deh

(datar, tanpa memandang abangnya)

 

Rico

Yakin nih terserah abang? Nia? Ella? Kita ke Sumba?

 

Ella

Aku ngikut aja

(datar sambil mengunyah sarapannya)

 

Nia

(Berkaca-kaca)

Sebenernya aku ngerasa gaenak liburan tanpa mama papa, tapi aku juga gamau sendirian di rumah, bang

Jadi...

(ragu)

aku ikut

 

Rico

Oke besok kita berangkat ya, nanti abang urus semuanya

 

INT. BANDARA. PUKUL 10 PAGI

Sesampainya di bandara, Rico langsung celingukan dan bolak-balik mengecek ponselnya. Dia terlihat seperti mencari atau menunggu seseorang.

 

Ketiga adiknya tidak menyadari hal itu, hingga mereka akhirnya berpapasan dengan satu rombongan yang terdiri dari orang-orang yang sebaya dengan abangnya. Ella, Rino dan Nia pun saling berpandangan, dalam hati mereka sama-sama berpikir bahwa siapa orang-orang yang ada di rombongan itu, mereka terlihat begitu familiar.

 

Seorang Pria dalam Rombongan

Kemana aja lo, udah ditungguin dari tadi, kita semua udah takut aja kalo lo telat atau bahkan ga ikut…

(berhenti sambil memandangi ketiga adik Rico)

Adek-adek lo jadi ikut juga?

 

Rico

(mengangguk)

Mereka butuh refreshing

 

Oh ya, Ini adek-adek gue, Ella, Rino dan Nia

(menunjuk adiknya satu-satu)

 

Ella, Rino, Nia, kenalin ini temen-temen abang, dan yang satu ini namanya Aldo

(sambil menepuk pundak pria yang menyapa mereka tadi)

yang lainnya kalian bisa kenalan sendiri nanti

 

Ella, Rino dan Nia melambaikan tangan kepada teman-teman Rico sebagai symbol “salam kenal”. Teman-teman Rico pun membalas lambaian tangan tersebut.

 

Aldo

Iya, gue Aldo, salam kenal ya, mungkin kalian agak familiar sama wajah kita-kita, soalnya kita kemarin sempet berkunjung ke rumah kalian, tapi mungkin ga sempet kenalan

(jeda)

Btw, gue turut berdukacita ya, kalian yang tabah ya

 

Ella, Rino dan Nia

(mengangguk)

(berusaha tersenyum)

 

Ella

(berbisik kepada Rico)

Bang kita bisa bicara sebentar?

(menarik Rico menjauh dari rombongan)

 

Rico, Ella, Rino dan Nia sudah menjauh dari rombongan

 

Ella

Bang, ini maksudnya apa ya?

Kukira kita liburan berempat aja

 

Rico

Maaf, abang ga sempet cerita, jadi sebenernya abang udah ada janji reuni sama temen-temen SMA abang, ke Sumba, nah sebenernya abang udah niat ga ikut karena ada kejadian mama sama papa, tapi ngeliat kalian sedih abang jadi ga tega, akhirnya abang memutuskan untuk ikut dan ajak kalian,maaf ya

(menyesal)

Tapi kalo kalian gamau kita bisa pesen tiket lagi dan ganti destinasi?

 

Nia

Gausah bang, lagipula kita juga belum pernah ke Sumba

 

Rino

Iya gausah lah bang, udah mau berangkat juga

(memandang Ella, memberi isyarat agar tidak membatalkan rencana liburan)

 

Ella

(merengut mendengar persetujuan kedua adiknya)

Tapi jangan paksa kita buat ngumpul sama temen-temen abang ya disana

 

Rico

Iya, kalian liburan sendiri, nanti abang juga harus bagi waktu sama mereka, ya gapapa kan?

 

Rino, Ella dan Nia kompak mengangguk.

 

EXT. BANDARA UMBU MEHANG KUNDA. PUKUL 9 PAGI

Di luar bandara Sumba, sudah ada sebuah bus yang siap mengantar rombongan Rico ke penginapan. Setelah semua rombongan sudah masuk ke dalam bus, tak perlu menunggu lama, bus pun langsung meluncur ke arah penginapan.

 

Sesampainya di penginapan, masing-masing orang diberi kunci kamar yang berbeda. Rombongan teman-teman Rico sudah memiliki rencana liburan sendiri sehingga mereka tak tinggal lama di penginapan. Sedangkan adik-adik Rico memilih untuk tinggal di penginapan.

 

Untungnya, tak jauh dari penginapan ada pantai yang bisa dikunjungi. Sehingga, adik-adik Rico pun tidak bosan di penginapan. Ella pun mulai membuat vlog karena memang dia seorang youtuber ternama.

 

 

Ella

Hai guys, sori ya baru mulai nge vlog lagi, karena ya kalian tahu sendiri

(berkaca-kaca)

but anyway thank you ya buat semua ucapan belasungkawanya, dukungan kalian bener-bener membantu, sebenernya gue masih gamau nge vlog, tapi entah kenapa gue pengen berbagi cerita tentang hidup, ini gue ga maksud menggurui atau apa ya, tapi gue cuman mau ngingetin seberapa besarnya masalah lo, hidup terus berjalan dan lo masih bisa berjuang. Setiap ada masalah, jangan mengutuk diri, jangan menyalahkan orang lain dan jangan terlalu larut dalam kesedihan. Meskipun sulit sih pas dipraktekin, tapi gue mulai coba itu guys, sekarang. Jadi, selang 7 hari meninggalnya mama dan papa, gue dan saudara-saudara gue memutuskan untuk liburan. Bukan berarti kita ga sedih, siapa sih orang yang ga sedih saat orangtuanya meninggal, jujur gue dan saudara-saudara gue sedih banget, tapi ya kita sama-sama sadar bahwa kita masih punya satu sama lain, dan kita sama-sama sadar meskipun hidup mama sama papa udah berakhir, hidup kita masih terus berjalan. Jadi, disinilah kita sekarang, SUMBA yeay…

 

berjalan mendekati Nia yang sedang mendengarkan lagu sambil berbaring di hammock yang terikat di pohon kelapa di pantai itu

 

Ella

Seinget gue, gue belum pernah ngenalin saudara-saudara gue ya guys, hmmm kayaknya ini momen yang tepat nih mumpung mereka ada disini sama gue, Dek

(menyenggol adiknya yang sedang berbaring di….)

 

Nia

Aduh duh, gue mau jatuh

 

Ella

(tertawa)

Sori sori, nih kenalan dulu

(sambil mengarahkan kamera ke arah wajah Nia)

Ini si bungsu namanya Nia, dia emang hobi banget dengerin lagu, kalo udah nemu lagu enak dia suka lupa daratan

 

Nia

(melambaikan tangan sambil tersenyum)

(merangkul Ella dan mengarahkan kamera ke wajah Ella)

Dan ini kakak gue yang nyebelin abis tapi gue sayang

 

 

Ella

Love you

(memeluk Nia)

Kakak ke Rino dulu

(berbisik)

Sekarang kita kenalan sama satu-satunya adik cowok gue

(melangkah mendekati Rino yang sedang memegang papan selancar dan bersiap untuk surfing)

 

Rino

Kakak lagi ngevlog? Aisshhh

(malu, menutupi kamera)

 

Ella

Gapapa, mereka kan cuman mau kenalan, bentar doang

(merangkul Rino dengan paksa)

Ini nih adik cowok gue yang pemalu tapi kece abis, kepoin aja Instagram nya ya, @rinojumantara

 

Rino

Apaan sih kak, udah ah surfing dulu dah

(berlari meninggalkan Ella)

Besok kita snorkling ya sama adek juga

(berteriak dari kejauhan)

 

Ella

Tuh kan guys, dia tuh emang kece banget, he knows everything and there’s nothing he can’t do, akademik oke non akademik oke

(jeda)

Anyway, gue ini kan anak kedua dari empat bersaudara, jadi sebenernya gue masih punya satu saudara lagi, yaitu abang gue, Bang Rico, tapi dia masih main sama temen-temennya, entar kalo udah balik, kita kenalan sama dia, sekarang kita keliling pantai dulu, setelah itu baru kita room tour di penginapan gue

 

Setelah puas membuat video untuk vlog barunya, Ella kembali ke pantai untuk bersantai. Tak terasa matahari sudah akan tenggelam. Tiba-tiba Ella teringat bahwa ada hal yang harus dia lakukan

 

Ella

(mengejar Nia yang akan kembali ke penginapan)

Dek tunggu dek

 

Nia

Ayo balik kak, udah sore nih

 

Ella

Kakak mau minta tolong, boleh?

 

Nia

(mengangguk) Anything for you, sistaaa

 

Ella

Ada satu pekerjaan kakak yang belum selesai, endorse minuman berenergi

 

Nia

Terus?

 

Ella

Ya kakak kepikiran aja kalo fotonya pas sunset gini, biar nanti orang-orang pada lihat kalo kakak masih aktif aja meskipun udah sore karena minuman itu

 

Nia

(tertawa) mantap ide kakak emang luar biasa, jadi aku bisa bantu apa?

 

Ella

Fotoin

(menyerahkan kamera)

 

Nia

(masih tertawa)

(menerima kamera)

Oke oke

 

Setelah beberapa kali mengambil gambar, Ella pun meminta kembali kameranya untuk mengecek hasil jepretan Nia.

 

Nia

Kenapa kak? Jelek ya?

(pesimis)

 

Ella tak menjawab, masih focus memilah foto terbaik

 

Nia

Ga sebagus Kak Oca ya? Habisnya kakak sih malah minta adek buat fotoin, nunggu sampek pulang kenapa sih, biar bisa difotoin Kak Oca

 

 

 

Ella

Udah deadline, dek

(fokus pada ponselnya)

 

Nia

Ya tapi kalo fotonya ga bagus kan klien kakak jadi complain

 

Ella

Siapa bilang ga bagus, nih liat banyak yang like padahal baru upload

(senyum)

 

Nia

Wahh

(terkagum-kagum sambil melihat ponsel Ella)

 

Ella

Balik yuk, siap-siap makan malam

(menggandeng Nia)

 

Di perjalanan menuju penginapan

 

Ella

Tadi Rino udah balik duluan ya?

 

Nia

Iya kak udah dari tadi, pas kakak lagi room tour, kayaknya ga lama setelah itu Bang Rino balik

 

Ella

Sebelum makan malam, kakak mandi dulu ya, habis itu susul Rino

 

Nia

(menangguk)

Btw kak, aku kok ngerasa Kak Oca ga dateng sama sekali ya pas meninggalnya papa sama mama, atau dia dateng tapi aku ga liat

 

Ella

Dia emang ga dateng, dia lagi sakit

 

Nia

Hah? Yaampun kasihan Kak Oca

 

Ella

Udah ah gausah bahas dia lagi, ngapain sih

 

 

Nia

Kakak aneh deh, biasanya kakak malah dikit-dikit cerita tentang Kak Oca

 

Ella

Iya itu dulu, udah ah ini kan quality time kita jadi ya bahas tentang kita aja ya jangan bahas orang lain

 

Nia

Kak, please deh, sejak kapan Kak Oca jadi orang lain?

 

Ella

Kamu bisa ga sih berhenti bahas tentang dia? Muak kakak dengernya

(nada bicara Ella meninggi)

 

Nia

Kakak kenapa sih? Lagi berantem sama Kak Oca

 

Hening

 

Nia

Maaf kak, adek ga maksud apa-apa, cuman aneh aja, mama sama papa kan juga sudah anggep Kak Oca sebagai anak sendiri

 

Ella

(memeluk Nia)

Kakak yang minta maaf bentak-bentak kamu

 

Nia

Semoga kakak cepet baikan ya sama Kak Oca

 

Ella tidak menjawab

 

INT. KAMAR ELLA. SEBELUM MAKAN MALAM

Ella masuk ke kamarnya dan bersiap-siap untuk mandi. Selama mandi, Ella memikirkan persahabatannya dengan Oca

 

Memutar momen-momen persahabatan Ella dan Oca

(Dilatarbelakangi oleh suara narasi Ella)

Gue sama Oca pertama kali ketemu di TK. Waktu itu gue takut banget pas masuk kelas, mama ga boleh masuk dan di dalam kelas itu gaada satu pun orang yang gue kenal. Gue ga berhenti nangis, meskipun guru gue pada waktu itu udah panjang lebar memberikan pengertian, tapi tetep aja gue takut. Sampai akhirnya, Oca dengan polosnya mendekati gue dan menggandeng tangan gue sambil bilang “gausah takut, duduk sini yuk sama aku”. Ajaibnya, kata-kata itu langsung bikin gue berhenti nangis. Dan sejak saat itu, setiap harinya Oca selalu ada di samping gue.

 

Dulu gue emang ansos banget, setiap hari pertama masuk sekolah entah itu di SD, SMP atau SMA, gue selalu merasa cemas dan tertekan, gue ga kenal siapa-siapa dan gue bukan tipe orang yang bisa memulai perkenalan. Untungnya, sampai SMA, gue selalu satu sekolah sama Oca. Ya meskipun butuh perjuangan juga, karena Oca adalah murid teladan, dia selalu dapat tawaran beasiswa di sekolah-sekolah ternama, dan untuk mengimbangi itu mau ga mau gue harus belajar ekstra keras supaya bisa lulus tes di sekolah Oca.

 

Karena gue sekolah selalu ikut-ikutan Oca, gue baru sadar kalo ternyata keputusan itu punya efek negatif ke hidup gue. Waktu mau lulus SMA, gue bener-bener ga punya rencana ke depan, gue sama sekali ga punya impian. Sedangkan, waktu itu rencana Oca udah jelas, dia tau apa yang mau dia lakuin, impian apa yang mau dia wujudin dan syarat-syarat apa aja yang harus dia penuhin. Alhasil, pas lulus SMA, Oca udah disibukin dengan persiapan kuliahnya, sedangkan gue masih bingung apa yang mau gue lakuin. Hidup gue bener-bener ga berarah. Dan lagi-lagi, Oca bantuin gue.

 

Dia ajak gue ikut satu workshop yang narasumbernya adalah youtuber, selebgram dan yah artis-artis dunia maya lainnya. Awalnya gue ga tertarik, tapi Oca bilang “itung-itung ngisi waktu luang”. Oca juga bilang kalo workshop itu pasti ada manfaatnya seengaknya supaya gue bisa belajar lebih pede. Di awal acara gue emang ga begitu tertarik, tapi ada satu momen dimana gue diminta untuk maju dan gue masih inget banget semua narasumber bilang kalo gue “photogenic”. Dan pujian itulah yang akhirnya buat gue dapet pekerjaan kayak sekarang.

 

Dibantu Oca, gue mulai merintis semuanya. Meskipun sibuk kuliah dia selalu ada aja waktu buat gue. Sampek akhirnya, semua jerih payah gue membuahkan hasil. Sayangnya, hubungan gue sama Oca jadi merenggang karena Oca udah punya pacar. Waktu Oca buat gue pun semakin sedikit, dan akhirnya kita sama sekali gapernah ketemu selama lebih dari setahun. Dan tiba-tiba gue dapat kabar kalo Oca dirawat di rumah sakit.

Berhubung gue masih menghargai persahabatan kami, gue memutuskan untuk jenguk Oca. Tapi ternyata dia udah ga butuh gue

Karena waktu di rumah sakit….

Ella

Ca, lo kok ga bilang-bilang sih kalo dirawat di rumah sakit, sumpah ya kalo nyokap lo ga telepon gue mungkin gue ga bakalan tau sampek lo keluar dari rumah sakit

 

Oca

Tumben lo perhatian, lo ga lagi acting buat konten yutub lo kan?

 

Ella

Maksud lo apa sih ca?

 

Tiba-tiba ada seorang pria tinggi dan berpakaian rapi masuk ke kamar dimana Oca dirawat. Seketika pria itu langsung mendekati Oca dengan wajah bertanya-tanya, sedangkan Oca langsung merangkulkan tangannya ke pria itu

 

Oca

Oh ya la, kenalin ini pacar baru gue

 

Ella

Bentar bentar lo udah putus sama Sandi?

(kaget)

 

Tidak ada tanggapan dari Oca. Dan karena pacar baru Oca sudah mengulurkan tangannya untuk berkenalan, mau tidak mau Ella pun membalas jabatan tangan itu

 

Ella

Hai, gue Ella

 

Robin

Saya Robin, pa.. car barunya Oca

(terbata-bata)

(memaksakan diri untuk tersenyum)

 

Ella

(membalas senyumannya dengan terpaksa)

 

Robin

Oh jadi kamu yang namanya Ella, Oca sering cerita banyak tentang kamu

(Tiba-tiba Oca mencubit Robin)

 

Ella

Oh ya? Cerita apa? Lo ga cerita yang aneh-aneh kan?

 

Oca terus memelototi Robin agar tidak terlalu ramah pada Ella. Suasana pun menjadi hening dan awkward. Untungnya, ponsel Ella tiba-tiba berbunyi, sehingga dia ada alasan untuk keluar dari kamar Oca. Dan ternyata bunyi dari ponsel Ella adalah notifikasi dari pesan yang dikirim oleh Nia di grup WA keluarga mengenai meninggalnya orangtua mereka. Saking terkejutnya, Ella pun langsung berlari pergi tanpa pamit pada Oca.

 

(suara narasi Ella kembali)

(adegan makan malam di penginapan Ella satu meja dengan ketiga saudaranya)

Dan disinilah gue sekarang, melarikan diri dari masalah gue. Bukan dengan sengaja sih, sebenernya waktu Bang Rico ajak liburan pun, dalam hati gue bener-bener ga setuju, tapi anehnya sekarang gue jadi berterimakasih sama Bang Rico, gue baru sadar kalo gue butuh liburan ini setelah kehilangan orang-orang yang gue sayangi, Mama, Papa dan….

Oca.

(tampak suasana di meja makan, dimana Ella sedang menikmati makanannya sambil melempar senyum dan bercanda dengan Rico, Rino dan Nia. Beberapa detik kemudian, tampak Ella, Rico, Rino dan Nia kembali ke kamar masing-masing dan mereka pun terlelap)

 

INT. RUANG MAKAN PENGINAPAN. PUKUL 8 PAGI

Sudah ada beberapa teman Rico yang sarapan, tapi Nia memutuskan untuk duduk sendiri dan tidak bergabung dengan mereka, meskipun kakak-kakaknya belum juga muncul di ruang makan.

 

Aldo

(menyapa Nia yang terlihat duduk sendiri di ruang makan)

Pagi, Nia

 

Nia

Pagi, kak

(berusaha tersenyum ramah)

 

Aldo

Boleh duduk sini ga?

 

Nia

(tampak bingung, dalam hati dia ingin menjawab “tidak boleh” tapi dia merasa tidak sopan)

 

 

Aldo

Ok… gue duduk sama temen-temen aja, enjoy your breakfast, Nia

 

Nia

Kak, gapapa kok, duduk sini aja bareng Nia

 

Aldo

Beneran?

 

Nia

(mengangguk)

 

Aldo

(duduk)

Masih inget kan ya sama gue?

 

Nia

Iya, Kak Aldo

(senyum)

 

Nia dan Aldo mulai makan

 

Aldo

Kakak-kakak lo kemana?

 

Nia

Kak Ella masih ribet pilih baju buat foto ootd, Bang Rino masih jogging, kalo Bang Rico sih tadi Nia lewat kamarnya kedengerannya masih mandi

 

Aldo

Oh

(manggut-manggut)

Ngomong-ngomong gue perhatiin, lo kemana mana bawa headphone, itu beneran buat dengerin lagu atau buat tanda supaya orang-orang tahu kalo lo lagi gamau diganggu?

 

Nia

Kok tahu?

(tertawa kecil)

Kadang emang Nia pake headphone ini karena gamau diganggu siapa-siapa, tapi itu cuman kadang-kadang kok, bener deh, seringnya buat dengerin lagu

 

Aldo

No music, No life?

 

Nia

Bener banget kak, entah kenapa lebih enjoy aja buat jalanin hari

 

Aldo

Kalo boleh tau lo prefer genre apa?

 

Nia

Kalo genre kayaknya gaada yang Nia favoritin, tapi kalo penyanyi sih ada yang Nia paling suka

 

Aldo

Gue tebak ya, lo pasti suka Sagara kan?

 

Nia

Kok tahu?

 

Aldo

Ada lirik lagunya dia di casing hp lo

(melirik casing hp Nia yang bertuliskan “baru aku tahu, daripada menemukanmu, lebih sulit melepaskanmu”

 

Nia

Tapi kan ini bukan lagu Sagara yang terkenal, kok kakak bisa tahu?

 

Aldo

Masa sih ga terkenal lagunya, kok aku pernah denger ya?

 

Nia

Tapi menurut kakak bagus ga lagunya

 

Aldo

Bagus, menurut gue lagu itu underrated sih, sayang banget orang-orang ga begitu kenal lagu itu, justru lagunya yang terkenal dan diputer dimana-mana malah kurang bagus menurut gue

(berhenti karena melihat Nia memandangnya dengan tersenyum)

Kenapa kok senyum-senyum gitu?

 

Nia

Engga, cuman aneh aja, biasanya cowok tuh gamau ngaku kalo suka sama Sagara kayak temen-temen cowok Nia di sekolah, mereka selalu ejek Nia gara-gara nge fans sama Sagara padahal Nia tahu mereka tuh cuman iri sama Sagara karena disukain banyak cewek

 

Aldo

Ya mereka belum denger aja lagu-lagunya Sagara, kalo gue sih jujur-jujur apa adanya aja, kalo suka ya suka, kalo emang lagunya asik dan ngena di hati why not? Gue sih ga terlalu peduli ya sama gender, ras, warna kulit, agama, orientasi seksualnya si penyanyi itu, gue lebih peduli sama caranya dia membawakan lagu itu, aransemen musiknya, kualitas liriknya.

 

Nia

Iya sih kak harusnya gitu ya, cuman Nia belum sehebat dan sebijaksana kakak sih, sejauh ini Nia cenderung subjektif, sebagus apapun penyanyi lainnya, yang terbaik ya Sagara

 

Aldo

Ya asalkan lo ga merendahkan selera orang lain dan ga memaksa orang lain untuk suka sama selera lo sih

 

Nia

Toleransi?

 

Aldo

Yup betul banget

 

Tiba-tiba Rico muncul dan duduk di sebelah Aldo

 

Rico

Morning…. Lagi ngobrolin apaan sih? Seru banget keliatannya

 

Nia dan Aldo tidak menjawab dan hanya tertawa kecil

 

Rico

Bentar bentar biar gue tebak, pasti ngomongin music ya?

 

Nia

Tebakan yang bagus

(mengacungkan jempol)

 

Rico

Hmm pantes, abang udah pernah cerita belum sih ke kamu, dia tuh master nya deh kalo masalah musik, kerjaannya pun ga jauh-jauh dari musik, sebenernya dia selalu nyembunyiin ini, tapi untuk kamu abang ceritain, eksklusif, jadi dia tuh yang punya …..

(kalimat Rico terputus karena mendengar panggilan Ella)

 

 

Ella

Bang Rico, ternyata disini

(berjalan mendekati Rico)

kukira masih mandi, bang kemarin malem lupa bilang, si Rino hari ini ngajakin snorkeling, abang ikutan ga, atau udah ada rencana sama temen-temen abang?

 

Ella pun duduk di kursi meja makan tepat di samping Nia.

 

Rico

Hmmm sebenernya sih ada

 

Aldo

(menepuk pundak Rico)

Lo gimana sih, masak setiap hari sama kita-kita terus, kapan waktu buat adik-adik lo? Di saat-saat seperti ini tuh adik-adik lo pasti sangat butuh kehadiran lo,jadi menurut gue lo hari ini lo sama adik-adik lo aja, lagian lebih seru snorkeling lah

 

Nia memerhatikan Aldo dengan seksama, diam-diam ada rasa kagum yang muncul dalam hatinya.

 

Nia

Emangnya hari ini rencana temen-temen kakak apa?

 

Aldo

Jalan-jalan ke kampung adat sama ke padang savanna gitu

 

Nia

Kayaknya seru tuh, kak besok belum ada rencana apa-apa kan, besok kita jalan-jalan kesana aja ya?

 

Ella

Oke oke

 

Tiba-tiba Rino memasuki ruang makan dan berdiri duduk di samping Ella.

 

Ella

Lah nih anak baru muncul

 

Rino

Sori kak, morning routine, rasanya enak banget jogging dengan menghirup udara yang bebas polusi

(tersenyum lebar)

Lagi ngomongin apa nih?

Ella

Katanya kamu ngajakin snorkeling?

 

Rino

(mengangguk)

Jadi kan ya?

 

Ella

Iya ini kakak juga lagi bicarain itu sambil ngajak Bang Rico juga

 

Rino

Sip akhirnya full team

 

Aldo

Yaudah yah, gue tinggal dulu, mau siap-siap entar keburu ditungguin rombongan, enjoy snorkeling nya ya guys

 

Nia pun melanjutkan sarapannya bersama dengan Rico, Ella dan Rino

 

EXT. PANTAI. PUKUL 10 PAGI

Sejak di perjalanan, Ella sudah menyalakan kameranya dan terus merekam segala yang terjadi.

 

Sesampainya di pantai

 

Ella

Oh ya bang, ini kemarin aku habis nge vlog sama Rino sama Nia, cuman abang doang yang belum masuk nih ke vlog aku

 

Rico

Aduh duh abang malu nih masuk vlog youtuber ternama

(tertawa menggoda Ella)

 

Ella

Apaan sih, bang

(manyun)

 

Rico

Iya iya, sini sini

(merangkul Ella)

Abang harus ngapain nih?

 

Ella

Follow my lead

(memutar kameranya, sehingga terlihat wajahnya sendiri dan wajah abangnya)

Hai guys, welcome back to my channel, jadi sekarang gue akan share kegiatan di hari kedua ini, masih di Sumba guys, cuman sekarang gue ditemenin sama abang gue satu-satunya, Bang Rico

 

Rico

Halooooo

 

Ella

Lah udah cuman gitu doang?

(menggoda Rico)

 

Rico

(tertawa sambil garuk-garuk kepala)

Sori-sori abang bingung mau ngomong apa, habisnya abang kaget aja liat kamu yang sekarang, bangga abang sama kamu dek

(memeluk Ella)

 

Ella

(balas memeluk Rico, sambil tetap menjaga stabilitas kameranya)

Thank you, bang

(melepas pelukannya dan kembali menghadap kamera)

Jadi guys, hari ini kita tuh mau snorkeling, kalian denger sendiri kan kemarin semua ini idenya siapa, yup, Rino the one and only my little brother. Tapi karena idenya emang bagus alhasil kita semua setuju deh dan sekarang gue mau siap-siap dulu buat snorkeling, janji deh entar gue tunjukkin sedetail-detailnya deh khusus buat kalian semua terutama yang belum pernah kesini supaya semakin pengen dateng kesini

 

Rico masih berjalan di belakang Ella yang baru saja menutup kameranya karena akan melakukan persiapan snorkeling.

 

Setelah semuanya siap, Ella kembali menyalakan kameranya dan melanjutkan merekam bahan untuk konten youtube nya. Sesekali Rico ikut serta dalam vlog tersebut. Sedangkan Rino dan Nia sibuk sendiri, karena ini pengalaman pertama Nia snorkeling, jadi Rino pun terus mendampingi adiknya itu.

 

Tampak pemandangan di bawah laut yang sangat indah. Baik Rico, Ella, Rino dan Nia sama-sama menikmatinya. Sejenak mereka melupakan kesedihan mereka. Sampai akhirnya, Rino tiba-tiba mengajak Nia untuk beristirahat sejenak dan kembali ke pantai.

 

Dengan wajah bertanya-tanya, Nia terus memerhatikan Rino dan menebak-nebak mengapa tiba-tiba dia ingin beristirahat padahal biasanya dia bisa melakukan aktivitas tersebut dalam jangka waktu yang lama.

 

Nia

Ada apa bang?

 

Rino

Gapapa

 

Nia

Bang gausah bohong deh

 

Rino

Sori, sori, abang cuman keinget aja sama almarhum papa, waktu abang pertama kali snorkeling kayak kamu, papa ada disamping abang. Mungkin kalo papa masih ada….

 

Nia

Bang, stop

(berkaca-kaca)

 

Rino

(memeluk Nia)

 

Tak berapa lama kemudian, Nia melepaskan diri dari pelukan Rino.

 

Nia

Makasi ya bang, udah gantiin papa buat dampingin adek, adek bahkan lupa kalo papa udah gaada, karena adek ngeliat sosok papa ada di dalam diri abang sekarang, papa yang sabar dan selalu melindungi anak-anaknya.

 

Rino hanya diam saja

 

Nia

Adek baru sadar kalo mereka ga bener-bener pergi, mereka ada dalam diri kita, mereka warisin banyak hal ke kita, adek masih bisa lihat kelembutan mama di Kak Ella, adek masih bisa lihat keberanian papa di Bang Rico dan sekarang adek juga baru sadar kalo mata Bang Rino mirip sama mama

(memeluk Rino)

Abang selalu bilang ke adek “abang disini dek, abang ada buat adek”, sekarang gantian adek pengen bilang sesuatu dan abang ga boleh lupa “adek disini bang, adek ada buat abang”

Tak terasa air mata Rino pun menetes. Lebih dari satu menit mereka berpelukan erat dan tanpa sadar Ella serta Rico memerhatikan mereka. Ella dan Rico pun akhirnya menghampiri mereka. Kemudian Rico mengajak Ella untuk ikut berpelukan dengan Rino dan Nia. Ella pun setuju dan menaruh kameranya di suatu tempat yang pas agar bisa merekam adegan berpelukan mereka

 

Rico

Berpelukan

(tertawa)

Btw kapan ya terakhir kali kita pelukan berempat gini

(menikmati pelukannya)

Jadi kangen

 

Ella, Rino dan Nia pun diam-diam tersenyum. Beberapa detik kemudian, mereka berempat perlahan-lahan melepaskan diri dari pelukan itu.

 

Ella

Lanjut lagi yuk?

 

Rico dan Rino langsung mengiyakan dan bersiap melanjutkan snorkeling.

 

Nia

Adek udahan ya, capek

 

Ella, Rico dan Rino memandang Nia heran

 

Nia

Laper sih lebih tepatnya, pengen jajan

 

Ella

Kakak tadi bawa snack dek

 

Nia

Iya adek tahu, adek makan ya, tapi kalo habis jangan marah

(Tertawa)

 

Ella

Habisin aja kan bisa beli lagi

 

Ella, Rico dan Rino pun berlari menuju ke laut sambil melambaikan tangan ke Nia, sedangkan Nia membalas lambaian tangan tersebut sambil berjalan ke arah ruang ganti.

 

Setelah selesai mandi dan berganti baju, Nia pun mengeluarkan tas Ella dari tempat penitipan dan membawanya keluar menuju pantai. Baru saja dia mengambil tas Ella tiba-tiba ada seseorang yang familiar di sebelahnya.

 

Nia

Kak Aldo?

 

Aldo

Nia? Loh udah selesai snorkelingnya?

 

Nia

Iya, tapi semuanya masih snorkeling kok, Nia aja yang udahan

 

Aldo

Yah padahal gue cepet-cepet kesini supaya bisa snorkeling bareng-bareng, nih gue baru nitip barang

 

Petugas Snorkeling

Maaf mas, karena peralatannya yang bisa disewa udah kepake semua, mas mau nunggu? Tapi dua jam lagi kita sudah mau tutup

 

Aldo

Hmm gitu ya, yaudah deh gajadi, besok aja saya balik lagi

 

Petugas Snorkeling

Kalau begitu saya sarankan datang lebih awal ya mas

 

Aldo

Ok ok, thank you ya mas

 

Nia

Lah gagal snorkeling dong?

 

Aldo

Gapapa kan bisa besok.

(mengambil barang-barangnya yang tidak jadi dititipkan)

Ngomong-ngomong kamu bawa apaan tuh di dalem tas, kok kayaknya berat?

 

Nia

Ini tasnya Kak Ella, biasa sebagai kakak perempuan tertua dia selalu bisa gantiin mama, semua barang-barang kebutuhan kami pasti Kak Ella bawa

 

Aldo

Kenapa dikeluarin sekarang? Katanya Ella masih snorkeling?

Nia

Soalnya di dalem sini ada sesuatu yang Nia butuhin

 

Aldo

Apa tuh?

 

Nia

Jajan

(Tertawa kecil)

Tadi kan Nia duluan yang sarapan, jadi sekarang Nia duluan yang kelaperan

 

Aldo

Biar lengkap mending minum kelapa muda sekalian, kita cari yuk (menggandeng tangan Nia)

 

Nia pun pasrah akan ajakan Aldo. Tangannya yang sekarang berada dalam genggaman Aldo membuat pipinya merona merah.

 

Setelah membeli kelapa muda, Aldo dan Nia pun menikmatinya sambil duduk bersantai di atas pasir pantai.

 

Tiba-tiba Aldo, mengeluarkan ponsel dan headsetnya dari saku celanya.

 

Aldo

Nih

(menyerahkan salah satu kabel headsetnya pada Nia)

Let’s see what’s on the radio

 

Nia

(menerima kabel headset tersebut kemudian meletakkannya di satu sisi telinganya)

Radio?

Nia biasanya cuman dengerin radio kalo lagi di mobil

 

Aldo

Gue pernah denger kalo hidup tuh kayak radio, kita gabisa milih apa yang mau kita denger, terserah penyiar radionya, bahkan meskipun kita request tetep aja kan ada batasannya, ga bisa terus-terusan request dan minta lagu yang kita suka diputerin

 

Nia

Semakin dewasa Nia juga semakin belajar kalo hidup emang ga selalu ngasih apa yang kita pengenin

 

Aldo

Tapi hidup selalu ngasih apa yang lo butuhin

 

Nia dan Aldo saling menatap, kemudian saling tersenyum.

 

Aldo

Entahlah gue selalu percaya itu sampai sekarang

 

Nia dan Aldo kembali berbalas senyum.

 

Nia

(di radio sedang diputar lagu Celine Dion-My Heart Will Go On)

Btw kak Nia udah sering denger lagu ini tapi kok kedengarannya aneh ya sekarang

 

Aldo

Aneh gimana?

 

Nia

Entah kenapa dari tadi Nia denger “I believe that the hot dogs go on

 

Aldo

(Tertawa)

Kamu selaper itu?

 

Nia

Hah?

 

Aldo

(Tertawa)ganti saluran aja deh

 

Nia

(Radio lain sedang memutar lagu Backstreet Boys “I Want it That Way)

Kalo yang ini Nia belum pernah denger, ini liriknya gimana sih? Kok “ain’t nothing but a hard egg, ain’t nothing but a minced steak

 

Aldo

(Tertawa)

Lo beneran dengernya kek gitu? Ini lo ga lagi ngelucu kan?

 

Nia

Ganti aja deh salurannya

(meraih ponsel Aldo dan memindah saluran radionya)

(terdengar lagu Queen “Bohemian Rhapsody” sedang diputar)

Ini apa-apaan coba “Spare him his life from the sausage and tea”?

 

Aldo

(Tertawa sambil memegang perutnya yang sudah mulai kaku karena terlalu banyak tertawa)

Gimana kalo kita cari makan buat perut lo yang udah kelaparan?

 

Nia

(cemberut)

Emang laper sih

(mengganti saluran radio lagi)

(sedang diputar lagu Nirvana “Smells Like Teen Spirits”)

I MUST EAT THOUGH, MY BURITTO, AVOCADO

(menyanyikan lagunya dan mengganti liriknya sesuai pendengarannya)

 

Aldo

(Berusaha menghentikan tawanya, tapi gagal)

Udah udah, cari makan aja yuk

 

Nia

Yuk, tapi Nia pengen makan buritto, kayak di lagu tadi

 

Aldo

Hmm gajadi deh kalo buritto, makan oreo aja tuh

(mengambil sebungkus oreo di tas Ella)

Nia dan Aldo masih mendengarkan radio

 

Aldo

(Sedang diputar lagu Far East Movement, The Cataracs & DEV “Like a G6”)

Terus kalo lagu ini lo dengernya “like a cheese stick, like a cheese stick”

(bernyanyi sambil menggoyangkan badannya)

 

Nia langsung tertawa terbahak-bahak sambil ikut menyanyi dan bergoyang. Tak berapa lama kemudian, lagu sudah berganti menjadi Rihanna “Only Girl (in The World)”.

 

Aldo

Terus kalo lagu ini jadi “I want you to love me like I’m a hot pie”

 

Nia dan Aldo pun sama-sama tertawa.

Nia

Berarti orang-orang tuh salah ya, katanya kebanyakan lagu itu tentang cinta, tapi ternyata lebih banyak lagu tentang makanan

 

Aldo

Bener bener

(melanjutkan tawanya)

 

Tak terasa sudah dua jam berlalu. Sesi snorkeling Rico, Ella dan Rino pun telah usai. Mereka juga sudah berganti pakaian dan sedang berjalan menghampiri Nia yang sedang asyik menghabiskan waktu dengan Aldo. Nia bahkan tidak sadar bahwa kakak-kakaknya sedang berjalan menuju ke arahnya.

 

Rico

(tepuk tangan dari jauh)

Bagus bagus gitu ya kelakuan lo ga berhenti-berhenti modusin adek gue

(menjadikan Aldo sebagai bahan candaan)

 

Aldo

Apa sih, lo tuh jangan nuduh yang macem-macem

 

Rico

La ini buktinya, ngapain coba lo disini, bukannya lo ikut rombongan

 

Aldo

Yaiya tapi gue tuh….

 

Rico

APA? KENAPA? GA DENGER!!!!

(teriak sambil tertawa dan menutup telinganya, pura-pura tidak mendengar penjelasan Aldo)

Aldo

Terserah lah lo mau percaya ap aga

 

Rico

Balik yuk, dek, kamu jangan deket-deket nih sama buaya yang satu ini

(menggandeng tangan Nia dan menariknya bangkit dari duduknya)

 

Mereka pun akhirnya kembali ke penginapan. Matahari sudah akan terbenam saat mereka sampai di penginapan. Rico, Ella, Rino, Nia dan Aldo langsung berpencar ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri kemudian bergegas menuju ruang makan. 

 

EXT. PANTAI DEKAT PENGINAPAN. PUKUL 8 MALAM.

Saat makan malam, Nia terus memerhatikan Aldo yang makan di meja lain bersama dengan teman-temannya. Mengetahui bahwa Aldo telah selesai makan dan langsung ke luar dari ruang makan, Nia pun mempercepat makannya karena berniat menyusul Aldo.

 

Rino

Yang kelaperan, makannya lahap banget

(meledek Nia)

 

Nia

(tertawa kecil)

 

Ella

Pelan-pelan dek

 

Rico hanya diam saja tidak memberi tanggapan karena fokus menatap layar ponselnya. Dia tampak gusar.

 

Tak berapa setelah itu Nia menyelesaikan makan malamnya.

 

Nia

(membereskan piringnya)

Bang Rico, Kak Ella dan Bang Rino, Nia duluan ya

 

Rino dan Ella nampak kebingungan.

 

Rico

Abang juga duluan ya, kalian berdua aja gapapa kan?

 

Rino

Loh bang kan makanan abang belum abis

 

Rico

Udah kenyang nih, sampek ketemu besok ya

 

Rino dan Ella saling berpandangan sambil melongo.

 

Rino

Bang Rico aneh deh akhir-akhir ini

 

Ella

Engga. Nia lebih aneh

 

 

Rino dan Ella pun melanjutkan makan malam berdua.

Sementara itu, Nia sedang mencari keberadaan Aldo yang ternyata sedang berbaring di atas pasir pantai memandangi bintang.

 

Nia

Kak Aldo ngapain disini sendirian?

 

Aldo

Eh Nia, sini, rebahan di sebelah gue

 

Nia pun menurut.

 

Aldo

Lihat deh

(sambil menunjuk ke atas)

 

Nia

Wow

 

Aldo

Ada banyak lagu yang liriknya pake kata “bintang”, banyak orang percaya kalo bintang adalah salah satu kata yang romantis

 

Nia

Emang iya, kakak ga percaya?

(mulai bernanyi sambil menoleh ke arah Aldo)

Di antara banyaknya bintang-bintang, yang ada di matamu lah yang paling terang

(Nia belum mengalihkan pandangannya dari Aldo)

 

Aldo

(memandang Nia dengan terkejut)

(tersenyum kemudian mengubah pandangannya ke arah langit)

Sagara, sagara, kenapa sih lo selalu bisa mencari perhatian setiap perempuan di sekitar gue

(berdecak)

 

Nia

Itulah hebatnya Sagara kak, pesonanya tuh mana mungkin bisa ditolak. Dia itu sempurna

(jeda)

Gajadi gajadi, dia itu hampir sempurna

 

Aldo

Kenapa hampir?

 

Nia

Karena Nia baru menemukan satu hal yang Nia ga suka dari Sagara

 

Aldo

Apa?

 

Nia

Nia ga suka cara dia milih cewek, harusnya dia bisa lebih pinter milih cewek buat jadi pacarnya, Nia jadi khawatir nanti kalo dia milih calon istri gimana

 

Aldo

Emang apa salahnya Sagara sama Brenda?

 

Nia

Kakak tahu pacarnya Sagara?

 

Aldo

(panik dan bangkit duduk)

Berita mereka berdua kan selalu muncul di mana-mana

(terbata-bata)

 

Nia

(ikut bangkit duduk)

Emang kakak sebagai cowok suka sama Brenda?

 

Aldo

Bu..bukan masalah suka ga suka sih.. cu..man pengen tahu aja kenapa lo ga suka sama ceweknya Sagara? Lo ga merasa milikkin Sagara kan atau berkhayal seakan-akan Sagara tuh cowok lo?

(nadanya menuduh tapi suara Aldo tidak meninggi)

 

Nia

Ya ga gitu, Kak, meskipun di lubuk hati yang paling dalem, Nia seneng banget kalo bisa jadi pacarnya Sagara, tapi Nia sadar kok itu ga mungkin. Nia cuman pengen Sagara dapet yang terbaik, setelah begitu banyak hal yang Sagara lakuin buat Nia dan fans-fans lainnya, menurut Nia Sagara pantes dapetin yang lebih baik dari Brenda

 

Aldo

Jadi menurut kamu Brenda ga pantes buat Sagara? Kenapa?

 

 

 

 

Nia

Iya lah kak, Nia tahu kalo Brenda udah jadi artis sejak kecil, dia emang lebih dulu terkenal daripada Sagara, waktu kecil dia emang cute, tapi semakin dewasa dia punya apa sih yang bisa dibanggakan, cuman badannya yang ideal sama wajahnya yang cantik. Udah itu doang. Dia gapernah menang penghargaan apapun, suaranya ga merdu, dia juga gabisa nulis lagu. Dia cuman bisa godain laki-laki, dengan make up tebelnya dan baju sexynya, itu yang bikin dia terkenal sekarang. Dia juga lebih tua daripada Sagara

 

Belum selesai berbicara, Aldo tiba-tiba memutus kalimat Nia

 

Aldo

Gue ga nyangka lo orangnya kayak gini

(jeda)

Denger ya Nia, lo ga boleh melihara sifat kayak gitu, emang lo pernah kenal sama Brenda, gue yakin lo ketemu aja ga pernah, jadi semua yang lo bilang itu ga berdasar, untung aja lo cuman ngejek Brenda di depan gue, kalo lo ngomong di depan orang banyak atau nyebarin tuduhan-tuduhan lo itu di media sosial lo bisa kena pasal pencemaran nama baik, semoga aja sih lo cuman ngomong kayak gitu di depan gue dan mulai sekarang lo harus belajar kurang-kurangin sifat kayak gitu, ga baik

 

Nia

Kakak kenapa sih?

(terkejut mendengar nasihat sinis Aldo)

 

Aldo

Lo yang kenapa? Lo iri ya sama Brenda yang bisa terkenal cuman karena bodynya bagus? Lo kira body bagus kayak gitu bisa dapet darimana kalo ga olahraga dan diet ketat. Terus emangnya kenapa kalo dia suka pake baju sexy dan make up tebel? Kalo Brenda kayak gitu aja lo komen, nah lo ga liat Sagara juga pake make up? Dia juga pake baju yang ngeliatin bodynya yang bagus, kadang dia malah topless, tapi lo gapernah komen.

(bangkit berdiri sambil membersihkan pasir di bajunya)

Lo perlu ubah mindset lo, penyanyi itu ga perlu suara merdu, asalkan dia bisa menyampaikan pesan dari lagu yang dinyanyikan sampek menyentuh hati yang mendengarkan, percuma suaranya merdua sampek bisa nada tinggi tapi gapernah berhasil nyampein pesan lagunya. Terus, daripada lo bilang Brenda gapunya penghargaan, lebih baik lo bilang dia belum punya penghargaan. Karena dia masih punya banyak kesempatan, dan lo bakalan nyesel kalo tiba-tiba setelah ini dia dapat penghargaan pertamanya. Dan satu lagi, lo bilang apa tadi gabisa nulis lagu? Gimana kalo ternyata dia udah sering nulis tapi ga pernah pede nge rilis lagunya sendiri? Dan lo bakalan nyesel kalo setelah ini dia tiba-tiba ngeluarin album yang semua lagunya dia tulis sendiri

 

Nia

Udah?

(bertanya sinis pada Aldo sambil bangkit berdiri)

Kakak bilang Nia nuduh Brenda tanpa dasar, nah terus yang Kakak lakuin barusan apa? Belain Brenda tanpa dasar? Kakak ngapain sih segitunya belain dia? Emang Kakak kenal sama dia? Kakak tuh ngomong seakan-akan hidup sama Brenda setiap hari

 

Aldo

Terserah lo deh. Gue cuman ngasih nasihat, mau lo dengerin apa ga, mau lo pake ap aga, terserah. Tapi yang pasti gue berharap lo renungin kata-kata gue, sampek lo sadar kalo yang lo lakuin itu salah

 

 

Dengan wajah jengkel, Aldo langsung meninggalkan Nia begitu saja

 

Nia

(bingung)

Kak, kak tunggu

 

Nia gagal mengejar Aldo. Dia pun berjalan kembali ke penginapan dengan wajah tertunduk. Dalam hati dia masih bertanya-tanya kenapa sikap Aldo berubah seperti itu.

 

Sesampainya di penginapan, Nia menabrak seseorang

 

Nia

Bang Rico?

(kaget)

 

Rico

Ngapain kamu disini, dek? Bukannya tadi kamu pamit tidur duluan?

 

Nia

Tadi adek keluar bentar

 

Rico

Kamu gabisa tidur? Bentar-bentar muka kamu kenapa kok ditekuk gitu? Ada masalah?

Nia

Adek gapapa kok bang

 

Rico

Dek, jangan bohongin abang

 

Nia

Tadi Nia ke pantai ngobrol sama Kak Aldo

 

Rico

Sampek selarut ini? Ngobrolin apa kalian? Hmmm abang ga kaget sih kalo kalian berdua bisa cepet akrab, secara kalian kan sama-sama suka musik

(menyenderkan punggungnya ke dinding sambil asyik bercerita) terus gimana adek banyak belajar ga sama Aldo? Adek jangan bilang siapa-siapa ya, sebenernya Aldo tuh yang punya perusahaan rekaman MTB entertainment

 

Nia

Hah? MTB yang artisnya terkenal-terkenal itu

 

Rico

Abang yakin adek pasti tahu perusahaan itu

 

Nia

Ya tahu bang, kan Sagara pengen pindah ke perusahaan itu ngikutin pacarnya si Brenda

(teringat sesuatu)

 

Rico

Iya salah satu artisnya yang paling terkenal ya Brenda itu

 

Nia

Sekarang adek ngerti

 

Rico

Ngerti apa?

 

Nia

Udah ya bang, adek bobo duluan, sampai ketemu besok pagi

 

Rico

(bingung)

Selamat tidur, dek

(teriak)

 

Sesampainya di kamar, Nia tidak bisa tidur. Dia terus menerus mengubah posisi tidurnya, namun matanya sama sekali tidak bisa terpejam. Kata-kata Rico tentang Aldo terus terngiang di kepalanya “sebenernya Aldo tuh yang punya perusahaan rekaman MTB entertainment”

 

Nia

(bangkit dari tempat tidurnya)

(mondar-mandir memikirkan Aldo)

Gawat, kalo misalnya Kak Aldo itu yang punya MTB berarti, ini gawat, kalo sampek dia tahu gimana

(berbicara sendiri)

 

EXT. PARKIRAN PENGINAPAN. PUKUL 10 PAGI

Ella

(berdiri di dekat mobil yang akan mengantarnya jalan-jalan)

Morning guys, ini hari ketiga gue di Sumba, dan rencananya gue sama sodara-sodara gue mau cari oleh-oleh di kampung adat karena ga lama lagi gue pulang, entah besok atau lusa, jadi harus cari oleh-oleh hari ini, tapi sebelum cari oleh-oleh rencananya kita mau hunting foto dulu di padang rumput gitu, tau sendiri kan padang rumput disini tuh instagramable, jadi ga sabar cepet-cepet kesana, tapi kita masih nugguin Rino sama Bang Rico nih, hmm mana ya mereka, padahal tadi selesai sarapannya bareng-bareng

(menoleh ke arah pintu keluar penginapan)

 

Tak berapa lama kemudian, Rico berjalan menuju parkiran, bukan dengan Rino tapi dengan Aldo. Nia pun langsung salah tingkah. Saat Rico dan Aldo sudah dekat, Rico langsung melangkah mendekati Ella dan mengajaknya menjauh dari Aldo dan Nia, karena Rico tahu Aldo ingin mengobrol berdua dengan Nia.

 

Aldo

Makasi ya lo ga ngadu ke Rico kalo semalem gue bentak-bentak lo

 

Nia

(memaksakan diri tersenyum)

 

Aldo

Tadi Rico bilang lo sampek ga bisa tidur semalem, coba lihat

(memerhatikan mata Nia)

Bener ternyata, ada kantong pandanya

(tertawa kecil berniat mengejek Nia, namun ekspresi Nia datar)

(Ekspresi Aldo berubah karena dia merasa bersalah)

Maaf ya, gue kelepasan semalem, harusnya

Nia

Harusnya Nia yang minta maaf, bukan kakak yang salah, tapi Nia. Kakak mau kan maafin Nia? Kakak ga benci Nia kan?

(berkaca-kacae)

 

Aldo

(tersenyum)

Gue maafin kok, lo mikir apa sih gue ga akan benci sama lo

 

Nia

“Kalo aja Kakak tahu semua kesalahan Nia, kakak pasti benci sama Nia”

(Nia berbicara sendiri dalam hati)

(air matanya mulai menetes)

 

Aldo

Jangan nangis

(mengusap air mata Nia)

Udah ya jangan dipikirin, sekarang lo berangkat gih, udah ditungguin tuh sama kakak-kakak lo

 

Nia

(menoleh ke arah mobil, nampak semua kakak-kakaknya sudah lengkap dan siap berangkat)

Yaudah Nia berangkat ya kak

(melangkah pergi)

 

Aldo

Enjoy ya

(melambaikan tangan ke arah Nia)

 

 

EXT. PADANG RUMPUT SUMBA. PUKUL 11 SIANG

Rino

Harusnya kita berangkat agak pagi ya atau agak sorean dikit

 

Rico

Iya panas ya

 

Ella

Tadi berangkatnya telat juga karena siapa

(menyiapkan kameranya)

 

Rino

Ya maaf kak, gabisa ditahan, daripada keluar di celana gimana?

 

 

Ella

Nih

(menyerahkan ponselnya pada Rino)

Fotoin dulu baru kakak maafin

 

Rino

Siap

(meringis)

 

Ella

Kalo spot nya bagus gini, lumayan, bisa nyicil ngerjain pesenan endorse

 

Rino

(mengacungkan jempol)

Mau foto dimana nih?

 

Bukannya Ella yang menjawab, malah Nia

 

Nia

Adek mau foto disana ya

(menunjuk ke arah yang agak jauh dari tempatnya berdiri)

 

Tanpa menunggu persetujuan kakak-kakaknya, Nia langsung melangkah pergi.

 

Rico

Loh dek, jangan sendirian

(mengejar Nia)

 

Sementara itu, Rino dan Ella sedang sibuk berfoto kemudian merekam video untuk konten youtube Ella.

 

Ella

Kita foto disini aja yuk

(berdiri di spot yang diinginkan)

Nanti kita bikin video di sebelah sana, bagus juga, nanti kakak mau bikin video tutorial mengedit foto dengan hp

 

Rino

Emang kakak jagonya deh kalo bikin konten, ada aja idenya

(berdecak kagum)

 

Rico dan Nia juga sedang asyik berfoto dengan pose-pose jenaka. Namun, waktu kebersamaan mereka tiba-tiba diganggu oleh suara ponsel Rico.

 

Rico

Bentar ya dek angkat telepon dulu

(melangkah menjauh, seperti tidak ingin percakapannya didengar oleh Nia)

 

Nia agak curiga tapi dia langsung membuang pikiran negatifnya dan melanjutkan kegiatan foto-fotonya.

 

Setelah beberapa lama menelepon, Rico pun kembali. Namun, saat dimintai bantuan untuk memotret Nia, Rico nampak tidak fokus.

 

Nia

Abang kenapa?

 

Rico

(terkejut mendengar pertanyaan Nia)

Kenapa? Abang ga kenapa-napa

(tersenyum)

Ayo foto lagi

 

Nia

Beneran gapapa? Tadi emang telepon dari siapa sih kok lama banget jawabnya

 

Rico

Bukan siapa-siapa

 

Nia

Bukan siapa-siapa tapi kok lama banget teleponnya

(curiga)

 

Rico

Kenapa sih?

(merangkul Nia)

Tadi kelamaan ya abang ninggal adek? Maaf deh maaf

 

Nia

Beneran tadi bukan siapa-siapa?

 

Rico

(mengangguk)

 

Nia

Yang bukan siapa-siapa aja nelepon, tapi yang siapa-siapa gapernah nelepon

 

 

Rico

Hah gimana gimana

 

Nia

Ya maksud adek Kak Sita, kok gapernah hubungin Abang, terus Abang juga gapernah hubungin Kak Sita, padahal kan ini udah lebih dari seminggu Abang ga pulang ke rumah, Kak Sita ga khawatir apa? Ga kangen? Abang juga gaada gitu rasa khawatir sama Kak Sita yang sekarang lagi di rumah sendirian, ga kangen?

 

Rico tidak menanggapi dan justru berfokus melihat-lihat hasil jepretannya

 

Rico

Dek lihat deh yang ini lucu banget

(sambil tertawa dan menunjukkannya ke Nia)

 

Nia

Bang jangan mengalihkan perhatian deh, sejak hari meninggalnya mama sama papa, Nia tuh udah bertanya-tanya kenapa…

 

Rico

Ella kira-kira udah selesai belum ya? Kita samperin yuk, kita belum foto bareng, lagipula kita harus cepet-cepet balik katanya mau ke kampung adat dulu, kan kalo kemaleman keburu tutup

 

Rico pun berjalan mencari Ella sambil melihat-lihat hasil jepretannya bersama Nia. Sedangkan Nia berjalan mengikuti di belakangnya sambil terus memandangi Rico penuh curiga. Dalam hatinya dia terus bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi antara Rico dan istrinya, Sita.

 

Setelah berhasil menemukan Ella dan Rino, Rico pun langsung memanggil mereka

 

Rico

La udah selesai belum

(berteriak dari jauh)

 

Rino

(melambaikan tangan sambil mengucapkan kata “belum” tanpa suara)

 

Saat Rico sudah sangat dekat dengan Ella dan Rino, dia pun ikut berbisik karena tidak mau menganggu pengerjaan konten youtube Ella

 

Rico

Masih lama?

(tanpa suara)

 

Rino

Kurang dikit lagi

(tanpa suara)

 

Tak berapa lama kemudian, Ella dan Rino pun selesai.

 

Rico

Balik yuk, keburu tutup kampung adatnya

 

Ella

Oh iya bener

(mengemasi barang-barangnya)

Eh tapi foto bareng dulu bentar

 

Mereka berempat pun akhirnya berpose dan mengabadikan beberapa foto. Setelahnya, Rico, Rino dan Nia membantu Ella mengemasi barang-barangnya dan mereka pun langsung masuk ke mobil.

 

 

INT. DI DALAM MOBIL. SIANG HARI

Nia langsung tertidur saat masuk mobil, sedangkan Ella sibuk mengedit hasil foto dan videonya. Sementara itu, Rino duduk di bangku depan dan memerhatikan jalan.

 

Rino

Loh bang, kok arahnya balik ke penginapan sih?

 

Rico

Oh iyaya mau ke kampung adat, abang lupa

(masih berjalan lurus dan tidak berusaha putar arah)

 

Ella

(mengingatkan Rico)

Bang kok masih lurus aja? Ga puter balik

(sambil fokus dengan pekerjaannya)

 

Rino

Iya nih, Bang Rico kenapa sih?

(bingung)

Rico

(menghela nafas)

Sebenernya abang ada urusan di penginapan, bisa ga kalian ke kampung adat bertiga aja? Rino atau Ella yang nyetir

 

Seketika Ella langsung mengangkat kepalanya dan melupakan pekerjaannya sejenak

 

Ella

Tunggu tunggu kenapa tiba-tiba ganti rencana gini sih? Emang ada urusan apa?

 

Rico

Ya pokoknya penting

(tegas)

 

Ella

Jadi itu lebih penting daripada adik-adik abang?

(suaranya meninggi)

 

Rico

Ya ga gitu la, sekali ini aja ngertiin abang, bisa ga?

(sebal)

 

Rino

Udah udah jangan berantem, Bang Rico kan lagi nyetir, jangan emosi pas nyetir bang, bahaya.

 

Ella nampak cemberut dan Nia pun terbangun karena suara pertengkaran mereka

 

Nia

Ada apa sih?

(mengucek mata)

 

Ella

Bang Rico tuh….

 

Rino

(memotong kalimat Ella)

Kak Ella udah ya, positive thinking aja, mungkin Bang Rico ada kerjaan dari kantor, sama kan kayak Kak Ella, liburan gini juga masih kerja

 

Rico hanya diam saja dan fokus menyetir. Dia sama sekali tidak mengiyakan prediksi Rino

 

Nia

Kenapa sih?

(mengulang pertanyaannya dengan nada sebal karena belum mendapatkan jawaban)

 

Rino

Gapapa dek, Bang Rico gajadi nemenin kita ke kampung adat harus balik ke penginapan, jadi kita bertiga aja ya?

 

Nia

Iya gapapa

(terlihat dari kaca spion, Nia sedang menatap Rico dengan curiga)

 

Sesampainya di penginapan, Rico langsung turun dan tempak duduk supir pun diisi oleh Rino

 

Rico

Ati-ati ya nyetirnya, rin.

(berdiri tepat di dekat pintu supir)

(melangkah ke kursi belakang untuk memberi pesan pada Ella dan Nia)

Ella, adek, have fun ya

 

Baik Ella, Rino maupun Nia hanya membalas pesan Rico dengan anggukan.

 

Setelahnya, mereka langsung meluncur ke kampung adat sebagaimana yang telah direncanakan

 

EXT. KAMPUNG ADAT SUMBA. PUKUL 2 SIANG

Banyak kegiatan yang Ella, Rino dan Nia lakukan di kampung adat. Mulai dari mendengarkan penjelasan tour guide, berbelanja oleh-oleh, hingga belajar menenun kain dan membuat kerajinan tangan khas Sumba. Tak lupa mereka juga berfoto bersama, dan seperti biasa kamera Ella terus menyala dan merekam tanpa henti.

 

Ella

Guys, beneran deh disini seru banget, parah. Disini kita ga hanya liburan santai tapi juga bisa belajar. Tapi guys, jujur gue tiba-tiba ngerasa laper nih, baru inget dari tadi cuman makan snack terus belum makan siang, gue makan siang dulu ya guys nanti kita lanjut lagi

(menutup kameranya)

Rino, dek, cari makan yuk, kalian gal aper apa?

 

Rino

Akhirnya, daritadi aku nungguin kakak ngajak

 

Nia

Adek sebenernya ga begitu laper, cuman agak capek aja

 

Ella

Capek itu karena kamu kurang energi, kalo kurang energi artinya kamu laper dek

 

Nia

Yaudah ayo ayo kita cari makan

(melingkarkan tangannya di tangan Ella dan Rino)

 

Setelah makan, mereka bertiga memutuskan untuk beristirahat sejenak dan mengobrol bersama.

 

Rino

Kak, bagi foto berempat yang tadi di padang rumput dong kak

 

Ella

Bentar bentar

(mencari file foto yang dimaksud Rino di ponselnya)

 

Rino

Mau ku upload. Udah lama ga upload foto berempat

 

Nia

Share di WA aja kak, biar semua bisa lihat, entar aku juga mau upload di twitter

(tertawa kecil sambil menyeruput minumannya yang belum habis)

 

Tak berapa lama kemudian, Rino sudah mengunggah foto tersebut di media sosialnya. Sedangkan Nia memutuskan untuk mengunggahnya nanti karena dia harus menghemat baterai ponselnya yang hampir habis. Sementara itu, Ella disibukkan dengan video-videonya yang harus diedit agar bisa segera diunggah ke channel youtube nya.

 

Rino

Kak kak liat deh, Kak Oca nge like foto yang ku upload

(memperlihatkan ponselnya pada Ella yang duduk tidak jauh dari dirinya)

Eh eh dia komen juga “Lagi pada dimana? Seru banget”

 

 

 

Ella

(raut mukanya berubah kesal)

Udah gausah dibales

 

Rino

Lah kenapa?

(bingung)

 

Ella tidak menjawab. Kemudian Nia menyikut Rino.

 

Nia

Kak Ella lagi berantem sama Kak Oca

(berbisik ke telinga Rino)

 

Rino

(menyeret kursinya, mendekatkan diri ke Nia)

Kenapa?

 

Nia

Kak Ella belum cerita kenapa, tapi kayaknya berantemnya gede deh, sampek Kak Oca aja ga dateng ke pemakaman mama papa, tapi Kak Ella sih bilangnya karena Kak Oca sakit, bukan karena lagi berantem

(menjelaskan dengan berbisik)

 

Rino

Tunggu tunggu Kak Oca ga dateng ke pemakaman?

(mengulang pernyataan Nia, memastikan pendengarannya)

 

Nia

(mengangguk)

Rino

(menyeret kursinya kembali ke tengah)

Kak, aku pengen ngomong bentar deh, coba liat aku sini

 

Ella

Apa?

(enggan tapi karena adiknya yang meminta dia pun tidak bisa menolak)

 

Rino

Kak, aku cuman mau bilang kalo aku ketemu Kak Oca pas di pemakaman mama sama papa

 

Ella

Gausah ngaco, dia sekarang lagi dirawat di rumah sakit, rin

Rino

Aku emang ga sempet ngobrol sama Kak Oca, tapi aku liat jelas itu beneran Kak Oca, waktu itu akum au kejar dia, tapi keburu Bang Rico manggil buat bantu kakak sama adek yang sempoyongan

 

Ella

Udah lah itu ga mungkin

 

Rino

Aku ga bohong, kak. Aku juga lihat kalo Kak Oca emang keliatan lagi sakit, wajahnya memar-memar gitu, terus jalannya juga pincang sampek harus dibantuin sama seseorang

 

Ella

(mulai memercayai perkataan Rino)

Seseorang?

 

Rino

Iya, cowok, dia pake baju dokter gitu sih, kayaknya itu dokternya Kak Oca deh.

 

Ella

(mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah foto pada Rino)

Kamu inget wajah si cowok itu ga? Kayak gini?

(menunjuk foto seorang pria)

 

Rino

(mengangguk yakin)

 

Ella

Berarti dia dianter Robin, jadi pacar barunya Oca itu dokter

(berbicara sendiri dalam hati)

 

Rino

Kak kenapa bengong?

 

Ella

(tersadar dari lamunannya)

Ga gapapa

 

Nia

Berarti karena lagi berantem sama Kakak, terus Kak Oca dateng diam-diam gitu?

(menyimpulkan pembicaraan Rino dan Ella)

 

 

 

Rino

Itu artinya Kak Oca masih menghargai persahabatannya sama Kak Ella

 

Nia

Iyasih, adek juga mikir gitu

(manggut-manggut)

Lagian apa sih kak masalahnya, kayaknya gede banget

 

Ella hanya terdiam dan menghela nafas panjang

 

Rino

Gapapa kalo kakak gamau cerita, tapi apapun masalahnya, sebesar apapun itu, aku yakin kakak bisa nyelesain ini semua, lagipula Kak Oca juga temen yang baik kan?

 

Nia

Terbaik malah kalo menurutku

 

Rino

Nah, dia aja bisa akrab sama saudara-saudara kakak, jarang tau ada temen yang bisa kayak gitu, mama sama papa juga udah anggep Kak Oca jadi anaknya sendiri kan?

 

Nia

Bener. Susah loh kak cari yang kayak Kak Oca

 

Ella

Gimana kakak mau perbaikin ini semua kalo Oca aja males ngomong sama kakak.

(berkaca-kaca)

Kakak juga gatau salah kakak tuh sebenernya, pas dia masuk rumah sakit pun, kakak gatau, jadi kakak baru jenguk dia setelah dia udah beberapa hari dirawat.

(tangisnya pecah)

 

Nia

Kenapa kakak bisa gatau pas sahabat kakak sendiri masuk rumah sakit?

 

Ella

Entahlah dek, kakak juga bingung

 

Nia

Kok bisa sampek renggang gini sih?

(bertanya-tanya)

(menoleh ke arah Rino)

Bang kok diem aja sih, kita harus bantuin Kak Ella sama Kak Oca nih, gimanapun caranya

 

Rino

Abang diem karena abang lagi mikir

(melanjutkan berpikir sambil garuk-garuk kepala)

Bentar deh kak, aku mau nanya

(menoleh ke arah Ella dan menatapnya dengan serius)

Kapan terakhir kali kakak hangout bareng Kak Oca tanpa ada urusan kerjaan? Bener-bener hangout, cuman seru-seruan doang, bercanda, ketawa ketiwi, kayak pas jamannya kakak sekolah dulu

 

Ella

(menghapus air matanya)

(mengingat-ingat)

Kayaknya terakhir ya jaman pas baru lulus SMA, sebelum kakak mulai aktif di medsos dan dunia youtube.

 

Nia

Pinter Bang Rino, berarti itu sebabnya kak, hubungan persahabatan kalian agak renggang, udah jarang cerita dari hati ke hati, jadi ujung-ujungnya males cerita ini itu dan lebih memilih untuk disimpan sendiri

 

Rino

Seratus. Bener yang dibilang adek, kak. Jadi sekarang coba deh kakak mulai ngobrol lagi sama Kak Oca, ajak dia hangout kemana kek, mungkin tempat-tempat favorit kalian dulu, tapi inget ya kak jangan ngobrolin kerjaan, jangan bikin konten, kalo bisa jangan buka hp juga

 

Ella

Kalo Oca gamau diajak gimana?

 

Nia

Kakak usaha dulu lah, nanti kalo ga berhasil baru deh kita bantuin, mau kan bang bantuin Kak Ella?

 

Rino

(mengangguk)

Kita ada buat kakak

 

Mereka bertiga pun menyeret kursi mereka masing-masing agar lebih dekat dan bisa berpelukan

 

Nia

Balik yuk udah sore nih

Ella

Bentar, bentar kalian tunggu sini ya

 

Nia dan Rino hanya melongo. Setelah kurang lebih lima belas menit menunggu, Ella pun kembali dan menenteng tas belanja.

 

Nia

Darimana sih kak?

 

Ella

(ngos-ngosan)

Lama yah?

(mengangkat tas belanjanya)

Ini habis beli oleh-oleh buat Oca

 

Nia dan Rino

Sip

(dengan kompak mengacungkan jempol mereka)

 

Mereka bertiga pun tertawa.

 

INT. DI DALAM MOBIL. SORE HARI

Nia

Bang, berhenti bentar yuk disana, lihat sunset

(menunjuk sebuah pantai di sisi kirinya)

 

Rino

Gimana Kak?

(menyetir sambil menoleh ke arah Ella yang duduk disebelahnya)

 

Ella

Boleh

 

Nia

Yes

(tampak senang)

 

Mereka pun akhirnya menunggu sunset sambil duduk di hamparan pasir pantai.

 

Ella

Ngomong-ngomong karena kamu tadi bahas kakak jadi kepikiran

 

Rino

(menoleh ke arah Ella)

Kan tadi udah ada solusinya, kenapa masih dipikirin lagi?

 

Nia tidak menanggapi tapi ikut mendengarkan

 

Ella

Bukan kepikiran soal Oca, tapi Kak Sita

 

Nia dan Rino terkejut

 

Ella

Sebenernya ada dua orang yang kakak piker ga dateng ke pemakaman mama sama papa, yang pertama Oca, yang kedua yang Kak Sita

(menoleh bergantian ke arah Rino dan Nia, memastikan bahwa mereka memerhatikan apa yang dia bicarakan)

Tapi kata kalian, Kak Sita dateng

 

Nia

(mengangguk)

Kak Sita emang dateng kak dia yang nemenin adek semaleman

(menekankan bahwa apa yang dia ceritakan sebelumnya memang benar)

 

Rino

Tapi Kak Sita langsung pamit gitu aja pas aku dateng

(menambahkan bukti yang membenarkan cerita Nia)

Seandainya Kakak dateng lebih awal pasti ketemu deh

 

Ella

Iya kakak percaya kok sama kalian, cuman yang jadi pikiran kakak sekarang adalah kenapa Kak Sita ga balik lagi, bagaimanapun kan mama sama papa itu mertuanya, dia juga harusnya ada buat support Bang Rico, suaminya

 

Nia

Adek curiga Kak Sita sama Bang Rico lagi ada masalah kak, soalnya selama disini pun mereka kayaknya ga pernah keliatan telponan atau chat-chat an gitu.

Rino

Aku juga mikir hal yang sama, baru kepikiran sekarang karena kemarin-kemarin fokus ngurus mama sama papa

(jeda, mengingat-ingat sesuatu)

Sebenernya aku semakin curiga karena selama disini Bang Rico jarang ada waktu buat kita, kayak sekarang kan tiba-tiba balik ke penginapan, terus kemarin malem juga tiba-tiba pamitan tidur padahal makanannya belum habis

(bercerita dengan penuh nada curiga)

 

Nia

(kaget)

Adek baru tahu kalo semalem Bang Rico pamit duluan

 

Ella

Iya ga lama setelah kamu, dek

 

Nia

Tapi semalem adek ketemu Bang Rico, ga di sekitar kamarnya sih, dan dia juga gapake baju tidur, masih pake baju yang sama kayak yang dia pake pas makan malam

 

Ella

Tunggu… tunggu berarti kamu juga ga langsung tidur dong semalem

 

Nia

Hehe

Maaf ya kak, bang, adek sebenernya bohong, semalem adek ga langsung tidur, adek ngobrol sama Kak Aldo dulu

 

Ella

Ciyeee…. Ada hubungan apa nih sama Aldo, rasa-rasanya makin hari makin nempel

 

Nia

Apa sih kak, ga ada apa-apa kok, jangan mengalihkan pembicaraan deh, tad ikan lagi fokus ngomongin Bang Rico

 

Ella

(menyenggol adiknya)

Ciyeee…

 

Rino

Ciyeee adek

(ikut meledek Nia)

Kakak jangan mau kalah kak, entar tiba-tiba Nia duluan yang punya pacar

 

Ella

Iyaya makasi loh udah diingetin, kakak lupa kalo masih jomblo

 

Rino dan Nia pun tertawa.

 

Ella

Udah udah balik ke topik pembicaraan kita, BANG RICO

 

Muka Rino dan Nia berubah menjadi serius kembali

 

Nia

Tadi pas kita hunting foto, Bang Rico sempet nerima telepon, lamaaaa banget, adek sempet liat Bang Rico sambil senyum-senyum gitu

 

Ella

Terus terus

 

Nia

Kayaknya gara-gara telepon itu deh Bang Rico jadi harus balik ke penginapan, soalnya setelah teleponan pas balik Bang Rico tuh keliatan gelisah gitu kayak pengen cepet-cepet ke penginapan

 

Ella

Kalo teleponnya lama dan sambil senyum-senyum kayaknya ga mungkin dari kantor deh, berarti kamu salah rin

 

Rino

Maksud kakak Bang Rino balik ke penginapan bukan karena ada kerjaan dari kantor?

(menyimpulkan pernyataan Ella)

Iya juga sih tadi Bang Rico juga ga mengiyakan

 

Nia

Kira-kira Bang Rico ada masalah apa ya sama Kak Sita, padahal mereka tuh selama ini keliatan so sweet banget, bikin semua orang pengen

 

Ella

Karena semua sama-sama ngerasa curiga, lebih baik nanti kita tanyain langsung sama Bang Rico

 

Rino

Bukannya kita udah pernah nanya ya tapi Bang Rico ga jawab

 

Ella

Kapan?

Rino

Malam ke berapa gitu setelah mama papa meninggal, pokoknya waktu itu kita akhirnya tidur bareng-bareng di ruang tamu

 

Ella

Oh yang waktu itu yaya kakak inget

Nia

Tadi adek juga udah sempet nanya sih sebenernya, tapi lagi-lagi Bang Rico juga menghindar dan mengalihkan pembicaraan

(sedih)

 

Ella

Yaudah nanti kita coba lagi bareng-bareng, gimanapun kita harus tahu

 

Rino

Bener, siapa tahu kita bisa bantu ya kan?

 

Ella dan Nia kompak mengangguk.

 

Rino

Bentar deh kok baunya enak banget ya…

Hmmm

(menghirup aroma makanan)

Kayaknya baunya dari sana deh

(menunjuk sebuah kedai kecil)

Kesana yuk

 

Rino langsung berlari menuju kedai tersebut, sedangkan Ella dan Nia mengikuti dari belakang

 

Setelah sampai di kedai yang ditunjuk Rino, mereka bertiga langsung memesan makanan yang mereka inginkan dan meminta pelayan kedai tersebut mengantarnya ke tempat mereka duduk menunggu sunset.

 

Beberapa detik sebelum sunset, makanan yang mereka pesan sudah datang.

 

Rino

Enaknya makan sambil liat sunset kayak gini, sempurna

 

Matahari sudah terbenam saat mereka selesai makan. Setelahnya mereka tidak langsung pulang, mereka beristirahat sebentar dan berbincang-bincang.

 

Nia

Adek kenyang banget nih, kayaknya nanti langsung tidur aja gaikut makan malam

 

Ella

Sama kakak juga kenyang dek, enak tapi makanannya, ga ngecewain

EXT. PENGINAPAN. MALAM

Sesampainya di penginapan, Ella, Rino dan Nia langsung melangkah ke kamarnya masing-masing

 

Namun, belum sampai di kamarnya, Rino tiba-tiba melihat sesuatu yang menarik perhatiannya

 

Rino

Itu kan Bang Rico, sama siapa dia

(berbicara dengan dirinya sendiri)

 

Mengikuti rasa penasarannya, Rino pun mendekati Rico yang sedang berdiri di depan pintu kamar seseorang. Semakin dekat Rino pun bisa mendengar suara lawan bicara Rico. Rino memberanikan diri untuk semakin mendekat karena dia mendengar suara lawan bicara Rico adalah suara perempuan. Rino pun mengurungkan niatnya untuk menampakkan diri di hadapan Rico. Setelah mencari-cari, Rino pun menemukan tempat persembunyian yang aman namun tetap dekat dengan Rico.

 

Dari tempat persembunyiannya, Rino bisa melihat dengan jelas Bang Rico tersenyum di hadapan perempuan itu. Sesekali Bang Rico juga membelai rambutnya dan memegang tangannya. Saat perempuan itu sedikit melangkah maju keluar kamarnya, barulah terlihat wajah perempuan itu.

 

Rino

Itu temen SMA nya Bang Rico, kenapa mereka keliatan mesra gitu ya? Perasaan dulu Bang Rico gapernah punya sahabat cewek, bahkan kalo itu sahabatnya harusnya ga semesra itu dong

(mengomel dengan dirinya sendiri)

 

Rino kembali mendengarkan dan memerhatikan Bang Rico dengan teman perempuannya itu

 

Rico

Aku ga sabar nih, pengen cepet-cepet jadi suami kamu

 

Jantung Rino langsung berhenti sejenak

 

Rino

Suami? Maksud Bang Rico apa sih? Dia mau poligami atau …? Engga engga (berbicara dalam hati)

 

Rino langsung berlari pergi. Dia sudah tidak tahan mendengar pembicaraan dan melihat kemesraan Bang Rico dengan teman perempuannya itu.

Sesampainya di kamar, dia terus memikirkan tentang Bang Rico dan tidak bisa tenang. Dia ingin bercerita kepada seseorang dan orang pertama yang terlintas di kepalanya adalah Ella, karena tidak mungkin dia menceritakan masalah sebesar itu ke adeknya.

 

Namun, saat Rino sudah dekat dengan kamar Ella, dia melihat seorang laki-laki muda bersiap-siap mengetuk kamar Ella. Mungkin umur laki-laki itu sekitar 27 tahun, potongan rambutnya rapi dan badannya tinggi tegap. Rino tahu betul siapa laki-laki itu, tapi dia juga yakin Ella tidak mengenal laki-laki itu.

 

Rino

(berlari dan langsung memukul laki-laki yang ada di depan kamar Ella)

Mau ngapain lo disini?

 

Laki-laki itu pun jatuh tersungkur, beberapa detik kemudian dia baru sadar siapa yang memukulnya hingga jatuh.

 

Laki-laki di depan kamar Ella

Anda?

(kaget)

 

Rino

Urusan lo sama gue ya

(menyeret laki-laki itu agar bisa berdiri)

 

Tanpa banyak bicara, laki-laki itu langsung membalas pukulan Rino. Mendengar keributan di luar kamarnya, Ella pun keluar.

 

Ella

(melihat Rino sedang dipukul oleh seorang laki-laki tak dikenal)

Stop stop stop, ini ada apa sih?

 

Sayangnya, baik Rino dan laki-laki itu sama-sama tidak mendengarkan Ella. Mereka masih saling memukul seakan-akan tidak ada siapa-siapa di sekitar mereka.

 

Ella

RINO BERHENTI

(teriak)

 

Laki-laki tak dikenal itu melongo, melihat seorang perempuan di dekatnya.

 

 

Laki-laki di depan kamar Ella

Loh? Ini kamar anda?

(berbicara dengan Ella sambil ngos-ngosan)

 

Ella

(mengangguk)

(berdiri di depan Rino, mencegahnya melanjutkan pertengkaran)

Iya, anda siapa ya? Kenapa mukulin adik saya?

 

Laki-laki di depan kamar Ella

Maaf, berarti saya salah kamar, saya ingin mengunjungi teman saya, orang penginapan bilang kamarnya disini, tapi kok anda yang keluar, kalau begitu saya permisi

(tersenyum ramah ke Ella dan sinis ke Rino)

 

Ella

Tunggu… anda belum jawab pertanyaan saya, kenapa anda memukul adik saya?

 

Laki-laki di depan kamar Ella

Maaf atas keributannya, tapi jujur bukan saya yang memulai, dia yang tiba-tiba memukul saya, dan adik anda yang harusnya minta maaf pada saya

 

Ella

(melirik Rino)

(bingung)

Anda kenal dengan adik saya? Tidak mungkin dia memukul seseorang tanpa alasan?

 

Laki-laki di depan kamar Ella

Anda bisa tanya alasannya pada adik anda

 

Ella

Bener kamu yang mukul duluan? Kenapa?

 

Rino

(mengangguk)

Nanti aku certain

 

Ella

Kalo gitu kamu minta maaf dulu, apapun alasannya, kamu tetep salah, kenapa harus pake kekerasan gitu, siapa yang ngajarin kamu?

 

 

Laki-laki di depan kamar Ella

Sudah sudah, saya sudah maafin dia kok, sekarang lebih baik anda bantu dia obatin lukanya, saya permisi dulu, saya harus mencari teman saya

 

Ella pun tidak bisa menahan laki-laki itu dan mau tidak mau membiarkannya pergi begitu saja tanpa ada maaf dari Rino.

 

Ella

(menyeret Rino ke kamarnya)

(mengirim pesan di WA group, memberi kabar pada Rico dan Nia)

 

Tak berapa lama kemudian, Rico dan Nia sudah ada di kamar Rino.

 

Rico

Rino kenapa la?

(langsung bertanya seketika sampai kamar Rino)

 

Nia

(berjalan sempoyongan karena sudah mengantuk)

(mengucek matanya)

Loh, Bang Rino kenapa?

(terkejut melihat Rino babak belur)

(duduk di dekat Rino sambil memerhatikan lukanya)

 

Ella pun menceritakan apa yang terjadi di depan kamarnya dan suasana pun langsung menegang saat Rico mulai menginterogasi Rino.

 

Rico

Kamu kenal sama laki-laki itu?

 

Rino

Pernah ketemu beberapa kali

 

Rico

Cuman pernah ketemu beberapa kali kok tiba-tiba ngajak berantem, kenapa?

 

Rino

Soalnya dia nyakitin temen-temen aku kak, sampek temen-temen aku masuk rumah sakit

 

Rico

Gimana ceritanya?

 

Tidak ada jawaban dari Rino

 

Rico

Dia sebaya sama Rino?

(bertanya pada Ella)

 

Ella

(menggeleng)

Lebih tua mungkin sebaya sama aku

 

Rico

Kenapa kamu bisa punya urusan sama orang itu, dia bahkan lebih tua daripada kamu, dia kakak tingkat mu di kampus?

 

Rino

Bukan bang

 

Rico

Ya terus siapa, coba jelasin sejelas jelasnya

 

Rino

Dia polisi

 

Rico, Ella dan Nia terkejut.

 

Ella

Kok bisa sampek berurusan sama polisi?

 

Rino

Soalnya…

(ragu-ragu)

 

Rico

Kamu harus cerita sejujur-jujurnya, kita semua berhak tahu rin

 

Rino

Iya, bang, ini aku juga mau cerita

(menarik nafas)

Aku beberapa kali ikut demo

 

Rico

Berarti kalo polisi itu sampek nyakitin temen-temen kamu berarti kamu demonya ga tertib

(dengan nada menuduh)

 

Rino

Gimana bisa tertib, polisi-polisi itu kayak belain pemerintah banget, udah jelas-jelas pemerintah salah, aku heran mereka dikasih apa sih sama pemerintah sampek nurut gitu?

(emosi)

 

Rico

Emang menurut kamu salahnya pemerintah dimana?

 

Rino

Abang ga baca apa di berita-berita, di medsos juga rame, sudah berapa kali pemerintah bikin kebijakan yang merugikan masyarakat? Aku kesel aja kenapa sih pemerintah itu gabisa tepatin janji, kenapa gabisa jadi amanah gitu

 

Rico

Abang bangga kalo kamu punya rasa peduli, punya keinginan untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Abang seneng kamu bisa berpihak dan mau membantu rakyat-rakyat yang emang butuh bantuan, tapi yang jadi pertanyaan abang kenapa kamu sampek benci banget sama polisi itu? Oke tadi kamu udah jelasin kalo polisi itu nyakitin temen-temen kamu, tapi secara masuk akal mereka ga mungkin nyakitin temen-temen kamu kalo demonya berjalan dengan tertib, coba cerita ke abang, pas kamu demo, apa kamu pake kekerasan?

(melipat tangannya)

 

Rino tidak menjawab dan hanya tertunduk

 

Rico

Apa kamu ngerusak fasilitas umum?

 

Rino masih saja bungkam

 

Rico

Apa kamu jaga kebersihan?

 

Mulut Rino masih saja tertutup rapat.

 

Rico

Ayo jawab pertanyaan abang, jawab pertanyaan abang pake suara selantang mungkin, selantang kamu menyampaikan argumenmu pas lagi demo

(nadanya menantang)

 

 

 

Rino

Ya aku lupa bang apa aja yang udah terjadi, kadang aku juga gabisa ngontrol dan kebawa suasana

 

Rico

Itu…

(menunjuk ke arah Rino)

Itulah alasan kenapa kita harus berpikir matang-matang sebelum ikut demo, abang tahu negara kita negara demokrasi, demo itu hak kita, sebagai rakyat yang punya suara, punya pendapat, tapi inget demo bukan buat orang-orang yang ga bijaksana, yang gampang tersulut, yang ga punya ilmu, yang hanya terprovokasi berita-berita atau postingan di medsos

(memegang kepalanya)

(menghela nafas)

(duduk)

 

Giliran Ella yang mengadili Rino. Nia ikut tertunduk lesu melihat Rino diadili oleh Rico dan Ella

 

Ella

(berdiri di hadapan Rino)

Kamu beneran ikutan demo sampek bikin onar?

 

Rino

Aku gangerti ukuran onar itu kayak apa, tapi kalo kakak tanya apa aku pake kekerasan? Iya, apa aku pernah ngerusak fasilitas umum? Pernah, apa aku jaga kebersihan? Engga

(merasa bersalah)

 

Ella

Sekarang jawab jujur apa tujuan kamu ikut demo?

 

Rino

Tad ikan aku udah bilang, aku mau nyampein kritik ke pemerintah kak, aku mau belain rakyat-rakyat yang dirugikan karena kebijakan-kebijakan yang ada

 

Ella

BOHONG

 

Tidak ada tanggapan dari Rino

 

Ella

Kalo kamu punya niat yang baik, kamu pasti akan tertib, sekarang kamu pikir kalo kamu pake kekerasan apa pemerintah langsung takut sama kamu terus ngebatalin kebijakan-kebijakan yang menurut kamu salah?

 

Rino

(menggeleng)

 

Ella

Nah engga kan?

Terus kalo kamu ngerusak fasilitas umum, masyarakat akan berterimakasih sama kamu karena udah belain mereka?

 

Rino

(menggeleng)

 

Ella

Nah itu kamu tahu, sekali-kali kamu coba deh, besoknya, setelah kamu demo, kamu balik lagi ke tempat kamu demo, lihat apa yang terjadi

 

Sekarang gini deh kalo kamu emang beneran punya niat baik, jangan rusak niat baik itu, dengan kekerasan dengan mengabaikan kebersihan lingkungan, karena jatuhnya percuma, akhir-akhirnya kamu cuman dapet capek

 

Tapi kakak sebenernya masih belum percaya kalo niat kamu cuman pengen membela hak rakyat

 

Rico

Sama, abang juga masih ga percaya, abang ngerasa kamu punya niat lain

 

Abang berharap kamu bisa terbuka, gimanapun abang, Kak Ella dan adek berhak tahu, kita keluarga kamu, kita peduli sama kamu, kita mau bantu kalo kamu lagi ada masalah

 

Ella

Kalo polisi itu sampek nyakitin kamu dan temen-temen kamu, berarti yang kamu lakuin itu serius, dan kakak yakin sudah ada api dalam hati kamu, meskipun sedikit, jadi saat kamu demo, api itu pun dipantik sedikit sudah jadi besar, dan kakak pengen tahu, kalo bisa kakak pengen kamu jujur, kenapa api kecil itu ada di hati kamu, rin?

 

Nia berdiri dan duduk di sofa yang Rino tempati. Dia mendekati Rino dan memeluknya

 

Nia

Ada apa bang, cerita sama kita, bang, kita keluarga kan?

(mempererat pelukannya)

Rino

(membalas pelukan Nia)

(mengelus rambutnya)

(melepas pelukannya pelan-pelan)

Kak Ella inget waktu di pantai kakak bilang aku ini kece karena aku tahu semuanya, gaada hal yang gabisa aku lakuin

(menoleh kea rah Ella, menanti jawaban)

 

Ella

(mengangguk)

 

Rino

Semua orang di medsos juga punya pikiran yang sama kayak kakak

 

Ella

Bagus dong, harusnya kamu seneng

 

Rino

Gimana bisa aku seneng saat aku tahu kalo ada hal-hal yang gabisa aku lakuin, saat aku sadar kalo aku ga sekeren apa yang mereka pikirkan, apa yang kakak pikirkan, apa yang semua orang pikirkan

(nadanya meninggi dan suaranya mulai bergetar)

(merogoh sakunya, mengambil ponselnya, mencari-cari sesuatu didalamnya, kemudian memperlihatkannya pada saudara-saudaranya)

 

Rico, Ella dan Nia pun memandangi ponsel Rino dengan seksama

 

Rino

Dengan nilai yang terus turun tiap semesternya, apa aku bisa tenang dan merasa pantas untuk dipuji banyak orang di luar sana, mama sama papa bahkan sering banget cerita ke keluarga besar atau teman-temannya tentang aku, bahkan kakak, abang dan adek pun ga henti-hentinya muji aku, tapi kalian lihat sendiri kan orang yang selama ini kalian kagumin ternyata gabisa mempertahankan prestasinya

(menahan tangis)

Selama ini aku selalu bisa mengatasi semua pelajaran di sekolah, menjadi juara kelas terlihat mudah, tapi sekarang semuanya serba sulit dan aku… dan aku gagal

(menangis)

Aku udah belajar mati-matian, ikut tutor sana sini, tapi hasilnya nihil, semuanya ga berhasil

 

Rico, Ella dan Nia tertegun mendengar isi hati Rino.

 

Rino

(mengelap air matanya dan menghela nafas)

Awalnya aku menyesal memutuskan untuk kuliah, aku pernah punya pikiran untuk berhenti kemudian mengikuti jejak Kak Ella, tapi mengundurkan diri dari kampus jelas bukan hal yang keren. Sampai akhirnya aku belajar banyak tentang demo di medsos, ada banyak hal di medsos yang membuatku tertarik ikut demo, dan saat itu juga aku berpikir kalo aku gabisa berhasil di bidang akademik, mungkin aku bisa pake cara lain, dan demo adalah satu-satunya pilihan yang aku punya untuk menutupi kegagalanku, untuk menyelamatkan reputasiku dan usahaku membuahkan hasil, mereka semua semakin menganggapku keren, kuliah di kampus ternama, jurusannya ga main-main, peka sosial pula, bagi mereka aku sempurna.

(menghela nafas)

(air mata Rino mulai mongering)

(tersenyum)

Kakak benar, ada api kecil dalam hatiku yang bisa dengan mudah membesar,

 

Ella

Dan saat kamu ikut demo kamu ngerasa punya tempat untuk menyalurkan emosimu itu?

 

Rino

(mengangguk)

kukira gaakan ada yang tahu, kukira aku bisa menyembunyikan semuanya

 

Nia

Kita ini keluarga, bang. Hati sama pikiran abang itu transparan di mata kita, jadi percuma abang mau tutupin kayak apa, kita bisa lihat semuanya

(tertawa kecil)

 

Rico

(memeluk Nia dan mengecup keningnya)

 

Nia

Bang, meskipun abang ga ngelakuin apa-apa dan hidup hanya untuk bernafas, inget bang ada satu orang di dunia ini yang selama-lamanya akan memandang abang sebagai orang keren, coba tebak siapa?

 

Rino

(menggeleng)

Gatau

Nia

Adek, bang

 

Ella

Salah. Ada dua orang, adek

(menunjuk Nia)

Dan kakak

(menunjuk dirinya sendiri)

 

Rico

Kalian semua salah, harusnya ada lima orang,

adek, kakak, abang, mama sama papa

 

Mereka berempat pun berpelukan.

 

Saat mereka saling melepaskan pelukannya, Rico, Ella dan Nia pun kembali angkat bicara

 

Rico

Jadi mulai sekarang kamu harus inget, gaada orang di dunia ini yang nyuruh kamu buktiin kalo kamu keren, kamu ga harus buktiin apa-apa ke siapa-siapa

 

Rino

(mengangguk dan tersenyum)

 

Ella

Kamu cukup jadi diri kamu sendiri, dan kamu ga boleh lupa kalo kamu punya kita, gagal itu biasa rin, semua orang juga pernah gagal, tapi semua orang sudah dibekali kemampuan untuk bangkit dan berusaha lagi, termasuk kamu. Jadi kamu jangan nyerah ya, (tersenyum sambil mengelus rambut Rino)

Emang sulit gaada yang bilang gampang, tapi kamu ga perlu khawatir, semuanya pasti akan baik-baik saja, dan kamu pasti bisa melewatinya, kakak yakin itu

 

Rino

(memeluk kakaknya)

Makasi kak

(berbisik)

 

Nia

Gaada orang di dunia ini yang bisa mengubah pikiran adek tentang abang, bagi adek, Bang Rino yang paling keren

 

Ella dan Rico

APA?

Rino

(tertawa)

 

Nia

(Garuk-garuk kepala)

Bang Rino emang yang paling keren…. tapi Kak Ella itu yang paling… yang paling.. cantik, iya cantik, terus Bang Rico itu yang… yang terbaik. Case closed, bye

(berlari ke arah tempat tidur Rino dan langsung menutupi dirinya dengan selimut)

Bang Rino adek tidur sini ya

(setengah teriak)

 

Rico, Ella dan Rino mendekati Nia yang sedang bersembunyi di balik selimut, kemudian mereka bertiga menggelitik Nia.

 

Nia

(geli)

Ampun… ampun…

(tertawa)

Adek sayang semuanya kok, beneran deh ga boong

 

Rico, Ella dan Rino pun ikut tertawa. Lelah menggelitiki Nia, mereka bertiga pun ikut berbaring di tempat tidur Rino.

 

Ella

Btw, rin, pacar barunya Oca itu dokter loh, kapan-kapan kakak kenalin sama dia, siapa tahu kamu bisa belajar dan ningkatin nilai kamu

 

Rino

Kak please deh aku kan udah bilang, aku udah ikut banyak tutor, bahkan meskipun aku ikut tutor sama seniorku yang paling pandai pun gaada hasilnya

 

Rico

Coba dulu lah rin, siapa tahu kalo sama orang yang udah praktek langsung, jadi ada hasilnya, mungkin dia juga bisa jelasin ke kamu dengan kata-kata yang mudah dicerna

 

Rino

Ok.. ok.. kak aku akan coba

(berpikir)

Kak, ini bisa jadi alasan yang tepat supaya Kak Oca mau ketemu sama kakak, kalo kakak bilang ketemuannya buat bantu aku kayaknya Kak Oca gabisa menghindar deh, Kak Oca gaakan bisa menolak pesona aku

Ella

(menimpuk Rino dengan bantal)

Terus aja terus… kepedean banget deh

 

Rino

Loh ini fakta

(tertawa)

Yak an dek?

(menoleh ke arah Nia)

Ga denger tadi adek bilang apa, aku yang paling keren

 

Rico, Ella dan Nia pun kompak tertawa

 

Rico

Bentar deh, abang punya pertanyaan ada apa sama kamu dan Oca, la?

 

Nia

Panjang bang ceritanya, yang pasti Kak Ella lagi berantem sama Kak Oca sekarang dan masih berusaha buat baikan

 

Rico

Ada-ada aja sih, semoga cepet baikan deh, tapi namanya juga sebuah hubungan pasti ada naik turunnya ya

(menatap atap)

 

Rico pun menoleh ke arah adik-adiknya dan mendapati mereka sudah mulai mengantuk dan mata mereka sudah setengah terpejam.

 

Rico

Capek ya? Habis jalan-jalan seharian?

 

Ella, Rino dan Nia mengangguk kompak

 

Rico

Tidur gih

(memeluk Ella yang ada di sebelahnya)

 

Sementara itu, Rino memeluk Nia yang ada di sebelahnya

 

Ella

(berbicara dalam tidur)

Gimana kalo besok kita balik duluan terus ke rumah Bang Rico, udah lama ga ke Surabaya

 

Tak lama kemudian, Rino dan Ella langsung kompak mengiyakan kemudian kembali tertidur.

Rencana adik-adiknya itu, membuat Rico kepikiran dan tidak bisa tidur. Ada rahasia yang harus dia tutupi dari adik-adiknya, tapi jika mereka berkunjung ke rumahnya maka semuanya akan terbongkar. Di sisi lain, dia juga tidak mungkin menolak kunjungan adik-adiknya, itu akan terdengar aneh dan adiknya akan semakin curiga.

 

Paginya, Rico semakin gusar, dia ingin berbicara baik-baik pada adik-adiknya dan meminta mereka untuk membatalkan rencana mereka. Tapi melihat adik-adiknya yang antusias mempersiapkan semuanya, Rico pun mengurungkan niatnya.

 

Dengan terpaksa, Rico pun akhirnya pulang dari Sumba lebih dulu dari teman-temannya. Mengingat Ella sudah memesan tiket untuk keberangkatan pagi, maka mau tidak mau Rico hanya bisa pamit pada teman-temannya lewat telepon. Rico dan adik-adiknya pun memilih untuk sarapan di bandara. Tak berapa lama setelah sarapan, mereka pun sudah bertolak ke Surabaya.

 

EXT. SURABAYA. SIANG HARI

Sesampainya di Surabaya, Rico, Ella, Rino dan Nia langsung memesan taksi online untuk mengantar mereka ke rumah Rico. Belum sampai satu jam, mereka sudah tiba di tempat tujuan.

 

Nia

Kak Sita, Kak Sita, ini adek, kak

(langsung masuk dan mencari-cari Sita seketika pintu rumah Rico terbuka)

 

Setelah mengelilingi rumah dan tidak berhasil menemukan Sita, Nia pun kembali ke ruang tamu

 

Nia

(khawatir)

Bang Rico Kak Sita gaada

 

Ella

Lagi tidur siang mungkin?

 

Nia

Gaada siapa-siapa kak di kamar

 

Rino

Toilet?

 

Nia

(menggeleng putus asa)

Ella

Kak Sita dimana bang?

 

Rico

Kalian istirahat dulu gih, abang mau beli makan siang dulu

(langsung pergi tanpa menjawab pertanyaan Ella)

 

Ella, Rino dan Nia pun semakin bertanya-tanya tentang kelakuan abangnya.

 

Ella

Kalo Kak Sita gaada di rumah berarti masalahnya serius dong

 

Rino

Banget

 

Ella

Maksudnya?

 

Rino

Semalem sebelum aku berantem sama polisi di depan kamar kakak, aku ngeliat sesuatu kak, sesuatu yang penting dan harus kuceritakan segera sama kakak dan adek tapi semuanya gagal karena aku ketemu polisi itu

 

Ella

Tunggu tunggu berarti kamu emang sengaja ada di depan kamar kakak?

 

Rino

(mengangguk)

Dan aku liat polisi itu mau ngetuk kamar kakak, kukira dia mau godain kakak karena tahu kakak itu kakakku

 

Ella

Udah udah masalah itu skip aja, jelas kamu yang salah, dan sebelum kamu masuk kuliah nanti, kakak akan anterin kamu untuk minta maaf ke polisi itu

 

Rino

Yah kok gitu kak

(memelas)

 

Ella

Udah jangan bantah, sekarang lebih baik kamu ceritain apa yang mau kamu liat semalem

 

Rino

Oke oke aku cerita

(menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan)

Jadi semalem aku liat Bang Rico mesra-mesraan sama perempuan

 

Ella dan Nia

Hah?

 

Rino

Dan aku inget banget perempuan itu ada di rombongan, jadi itu berarti dia temen SMA nya Bang Rico

 

Ella

Yang mana sih?

(penasaran)

 

Rino

Percuma aku jelasin, emang kakak sama adek inget siapa aja temennya Bang Rico, dalam rombongan itu kan ada belasan orang, tapi aku bisa inget perempuan itu karena ya dia fashionable banget, kayaknya dia designer deh

 

Ella

Rino ngapain kamu muji-muji selingkuhannya Bang Rico?

(kesal)

 

Rino

Ga muji kak cuman ya itu kesan pertama ku pas liat dia di bandara, soalnya keliatan beda banget

 

Nia

Adek ga inget

Rino

Ya gimana kamu inget, kan yang kamu liat cuman Kak Aldo

 

Ella

Ciyeee

 

Nia

Hah bener Kak Aldo, kita liat di medsosnya Kak Aldo aja, kan dia sempet upload foto sama rombongan temen-temenya

 

Rino dan Ella pun langsung mendekat pada Nia dan memerhatikan foto yang ada ponselnya. Kemudian, Rino pun langsung menunjuk perempuan yang dia maksud

 

Nia

Emang kece sih bang penampilannya

 

Ella

Coba cari ig nya

 

Nia pun langsung menuruti perintah Ella.

 

Nia

Ketemu

 

Ella, Rino dan Nia pun memerhatikan seluruh foto-foto yang ada di akun selingkuhan Rico

 

Rino

Stop

(kaget melihat salah satu foto)

 

Nia

Kenapa bang?

 

Rino

Coba liat deh, itu kan tangan Bang Rico

(menunjuk sebuah foto yang menampakkan perempuan selingkuhan Rico memegang tangan seseorang)

Perhatiin deh kak, dek, itu tangan yang dipegang perempuan itu, ada bekas lukanya, kecil di deket telunjuk, Bang Rico kan pernah luka di daerah situ

 

Ella

Bener

(mengangguk)

Coba kita cek captionnya

 

Ella, Rino dan Nia

Kutunggu dudamu, RJ

(membacanya bersama-sama)

 

Ella, Rino dan Nia

RJ?

(saling berpandangan)

Rico Jumantara?

 

Rino

 “aku ga sabar jadi suami kamu”

(mempraktekkan sesuai cara bicara Rico)

 

Ella

Hah?

 

Rino

Iya semalem aku denger Bang Rico ngomong kayak gitu ke perempuan itu

(yakin)

 

Ella

Ini gabisa dibiarin, kita harus lakuin sesuatu

 

Nia

Kenapa Bang Rico bisa setega itu sama Kak Sita?

(berkaca-kaca)

 

Ella

(menggenggam tangan Nia seakan-akan memberi isyarat “kamu harus kuat”)

Sekarang kita harus mikir apa yang kita lakuin untuk menyelamatkan rumah tangga Bang Rico dan Kak Sita

 

Ella, Rino dan Nia pun mulai berpikir.

 

Ella

Kakak ada ide

(memecah keheningan)

 

Rino dan Nia

Apa, kak?

 

Ella

Tapi kita harus pastiin dulu, kita ga boleh asal nuduh, kita harus denger sendiri dari mulutnya Bang Rico

 

 

INT. RUANG KELUARGA RUMAH RICO. MALAM HARI

Rico, Ella, Rino dan Nia sedang asyik bermain Uno Stacko dan yang kalah dikenai hukuman, yakni memilih truth (berbicata jujur) atau dare (menerima tantangan).

 

Nia

(gagal menjaga keseimbangan Uno Stacko)

Yah roboh

(kecewa)

 

Rino

Truth or dare, dek?

Nia

(berpikir sejenak)

Hmmm dare aja deh

 

Rico, Ella dan Rino pun berunding mengenai tantangan apa yang akan diberikan pada Nia.

 

Ella

Kita tantang kamu untuk mengijinkan kita upload satu foto terjelek kamu di sosmed dan gaboleh dihapus selama satu jam

 

Nia

(memasang wajah sedih dan berusaha menyembunyikan ponselnya)

Gaada tantangan lain?

 

Rino

(menggeleng)

Mana hp kamu?

(meminta ponsel Nia)

 

Nia

(enggan melepaskannya)

 

Rico

Dek, aturan tetep aturan

 

Nia

(menyerahkan ponselnya)

Jangan yang jelek banget dong

 

Rino

(membuka ponsel Nia)

Kebetulan dia lagi buka twitter

 

Ella

Yaudah upload di twitter aja

 

Rico

Abang tahu harus upload foto apa

(tertawa)

(melirik Nia)

 

Nia

Bang please jangan yang itu

(seakan-akan bisa membaca pikiran Rico)

 

Rino dan Ella terus berjaga-jaga selama Rico sedang memilih foto-foto Nia dan menguploadnya ke sosial media Nia.

 

Rico

Selesai

(berniat mengembalikan ponsel Nia)

 

Ella

Eh tapi jangan dibalikin langsung, nanti malah dihapus lagi sama adek

 

Rino

Iya bener, tunggu satu jam lagi

 

Nia

(memelas)

Balikin sekarang aja bang, jangan dengarkan mereka

 

Rico

(tidak menggubris Nia)

 Lanjut

(tertawa kecil sambil melirik Nia yang terlihat kecewa)

 

Rico, Ella, Rino dan Nia pun kembali melanjutkan permainan dan kali ini Ella, Rino dan Nia bekerjasama agar Rico segera kalah. Pada kenyataannya, rencana mereka tidak terlalu sulit untuk dieksekusi bahkan semuanya berjalan dengan natural sehingga Rico pun tidak curiga.

 

Rino

Abang kalah

(meledek Rico)

 

Nia

Yes

(tertawa puas)

Truth or dear bang?

 

Rico

Hmmm adek balas dendam ya

 

Nia

Of course

Jadi, abang pilih apa?

 

Rico

Truth aja deh

Ella, Rino dan Nia pura-pura berunding

 

Nia

Oke kita semua sudah sepakat bahwa pertanyaan yang harus abang jawab sejujur-jujurnya adalah

(jeda)

Kenapa Kak Sita gaada di rumah? Apa abang sama Kak Sita ada masalah?

 

Rico

(panik)

Hmm… boleh ganti jadi dare ga?

 

Nia

(bingung)

(melirik Ella)

 

Ella

Boleh

 

Ella, Rino dan Nia pura-pura berunding

 

Ella

Jadi, kita sudah sepakat, kita akan tantang abang untuk cerita ada masalah apa antara abang dan Kak Sita sampek-sampek Kak Sita pergi dari rumah

 

Rico

Kalian janjian ya

(merasa tersudut)

 

Ella, Rino dan Nia tidak menjawab. Mereka bertiga sengaja diam dan menunggu Rico menceritakan semuanya

 

Rico

Emang percuma ya nyembunyiin sesuatu dari kalian

(terpaksa tersenyum)

(bangkit berdiri dan berjalan menuju sebuah laci di ujung ruangan)

(membuka laci itu dan mengeluarkan sebuah surat)

(berjalan kembali dan menyerahkan surat itu pada Ella, Rino dan Nia)

 

Ella, Rino dan Nia pun membaca surat yang diberikan Rico dengan seksama. Terlihat jelas bahwa terdapat kata “perceraian” dalam surat tersebut dan terkejutlah Ella, Rino dan Nia.

Rico

Abang juga baru tahu kalo suratnya sudah jadi, tadi siang pas kita dateng abang baru ngecek kotak pos

 

Ella

Kenapa bang?

(berkaca-kaca)

 

Rico

Seperti yang abang bilang semalam, setiap hubungan pasti ada naik turunnya, tapi hubungan abang sama Kak Sita lebih banyak turunnya, dan sekarang kita udah sampai di ujung di tingkat paling bawah jadi ga mungkin ke atas lagi,

 

Ella

Aku masih ga ngerti

 

Rino

Ini bukan karena abang punya perempuan lain kan?

 

Rico

Abang gabisa bohong, memang ada perempuan lain, tapi kan abang berhak mendapatkan yang terbaik, jadi kalo ada yang lebih baik dari Sita kenapa abang harus sama Sita terus?

 

Ella

(menampar Rico)

Abang pernah bayangin ga kalo aku atau Nia diperlakukan seperti itu sama seorang laki-laki?

 

Terdengar Nia mulai menangis dan Rino pun berusaha menenangkannya

 

Ella

Aku gatau gimana abang bisa punya pemikiran seperti itu dan aku juga gatau gimana abang bisa setega itu mengatakan semuanya di depan kedua adik perempuan abang

(mengelap airmatanya)

Apa pernah papa ngajarin abang seperti itu? Aku yakin bang, seandainya papa ada disini papa juga akan kecewa lihat anak laki-laki yang dia besarkan selama ini tumbuh menjadi seorang pria yang gapunya otak dan hanya menuruti nafsunya aja

 

 

 

 

 

Nia

(melepaskan pelukan Rino)

Kalo tahu ujungnya kayak gini, kenapa abang dulu keukeuh mau nikah muda sama Kak Sita? Abang ga inget gimana susahnya perjuangan kalian dulu? Terus sekarang abang dengan gampangnya ngelepas Kak Sita gitu aja?

(airmatanya terus menetes)

Waktu abang curhat ke papa tentang susahnya ngambil hati Kak Sita, papa juga pernah bilang kan, “mendapatkannya memang susah, tapi percayalah mempertahankannya jauh lebih susah”

 

Rico

Abang juga sadar kalo mempertahankannya susah, dan abang cuman manusia biasa dek, abang ga mampu, lagipula Sita sendiri yang bilang kalo abang berhak mendapatkan yang terbaik dan untungnya Sita sadar kalo dia punya kekurangan

 

Rino

Terus menurut abang, abang sendiri sudah sempurna?

 

Rico

Tapi kekurangan Sita itu fatal, dia gabisa ngasih abang keturunan

(nadanya meninggi)

 

Nia

Ada buktinya?

 

Rico

Ya udah jelas kan abang udah nikah sama dia sejak umur 20 tahun, dek, dan sekarang apa kalian lihat ada seorang anak di rumah ini? Satu aja gabisa.

 

Rino

Abang udah periksa ke dokter, kalo belum berarti bisa jadi abang yang bermasalah

 

Rico

Ga mungkin lah masak abang, dan sebenernya lebih daripada itu, ada banyak alasan kenapa abang udah ga tahan, sejak menikah, Sita itu berubah

 

Ella

Coba sebutin apa yang berubah dari Kak Sita?

 

Rico

Jarang dandan

Nia

Bukannya itu untuk menghemat pengeluaran abang? Inget deh bang dulu Kak Sita selalu cantik karena kebutuhan make up nya tercukupi, secara karirnya bagus dan dia juga terlahir dari keluarga yang kaya raya

 

Rico

Nah itu juga karena keluarganya kaya raya, abangmu yang biasa ini pun selalu jadi olok-olokan keluarganya, dan itu bikin abang ga nyaman, ga kayak

 

Ella

Kayak siapa? Perempuan itu? Emang abang udah ketemu keluarganya?

(sinis)

 

Rico

Udah

 

Ella

Mungkin abang nyaman di keluarga dia, tapi kalo ternyata kali ini semuanya terbalik, jadi dia yang ga nyaman di keluarga kita gimana? Terus abang mau cerai lagi?

 

Nia

Kak Sita aja perjuangannya lama banget sampek akhirnya berhasil menaklukan hati semua keluarga abang, sekarang sebut siapa keluarga abang yang ga deket sama Kak Sita? Bahkan mama yang sering ngomel tentang masakan Kak Sita pun sekarang jadi peduli banget sama Kak Sita

 

Rico

Tapi abang yakin kalo mama masih ada, mama pasti seneng kalo abang kenalin ke pacar abang, karena dia jago masak, ga kayak Sita

(membela diri)

dan satu lagi, pacar abang juga super perhatian dan ga suka ngomel kayak Sita

 

Nia

Please deh bang, gimana Kak Sita bisa perhatian ke abang, dia mungkin udah terlalu capek ngurusin rumah ini tanpa ada pembantu, dan gimana Kak Sita ga ngomel kalo abang seenaknya berantakin rumah ini setelah Kak Sita beresin semuanya dengan rapi

 

 

Rino

Pake akal sehat abang, jangan nafsu aja yang dikedepanin, aku yakin banget bang, di luar sana gaada yang lebih baik dari Kak Sita, dan sebenernya bukan abang yang butuh pendamping yang lebih baik, tapi Kak Sita, dia jauh lebih berhak mendapatkan yang lebih baik dari abang, kalo liat keadaan abang yang sekarang dia gapantes buat abang karena dia terlalu baik, dan seharusnya dia yang pergi, dia yang minta cerai, bukan abang

(pergi ke kamarnya)

 

Rico

Kalian ini kenapa sih? Kok pada belain Sita?

 

Nia

Abang yang kenapa, ga sadar-sadar kalo salah

(menyusul Rino pergi)

 

Ella

Bang mungkin Tuhan belum ngasih abang anak karena Tuhan liat abang belum siap, jadi suaminya aja ga becus, apalagi jadi ayah

(tersenyum)

Abang jangan sok-sok an pengen punya anak, padahal gatau aja susahnya jadi orantua. Saran Ella sih bang abang coba adopsi anak deh biar tahu rasanya gimana, nanti udah ngerasa bisa baru deh ngerengek ke Tuhan minta anak.

Sekarang abang pikirin baik-baik obrolan kita tadi

(melangkah menuju kamarnya)

 

Ella

(berbalik badan)

Dan satu lagi, kalo karma itu beneran ada, berarti gaada jaminan perempuan yang abang cintain sekarang gaakan ninggalin abang selamanya, bisa aja dia punya laki-laki lain suatu hari nanti dan abang akhirnya ngerasain apa yang dirasain Kak Sita sekarang

 

Rico pun terus memikirkan obrolannya dengan adik-adiknya hingga tertidur di sofa ruang keluarga.

 

INT. RUMAH RICO. SIANG

Sejak pembicaraan semalam, suasana rumah Rico jadi tegang, Rino, Ella dan Nia pun melupakan rencana liburan mereka dan memilih untuk tidak keluar dari rumah Rico.

 

Rico mencoba untuk mencairkan suasana, namun adik-adiknya terlihat enggan untuk menanggapi.

Tiba-tiba setelah selesai makan siang, mereka pun dikagetkan dengan tamu tak diundang di rumah Rico.

 

Rico

Biar kakak aja yang buka pintunya

(berjalan kearah pintu)

 

Polisi

Selamat siang, kami dari kepolisian, apa benar saudari Nia Jumantara ada disini sekarang?

 

Rico

(bingung)

(ragu-ragu mengangguk)

Ada apa ya pak?

 

Polisi

Apa bisa saudari Nia Jumantara dipanggil segera?

 

Rico

Bisa tapi bapak harus jelaskan dulu ada apa ini sebenernya?

 

Ella, Rino dan Nia penasaran dan melihat siapa tamu yang diajak bicara oleh Rico.

 

Polisi

Siapa diantara anda berdua yang bernama Nia Jumantara?

(menunjuk Ella dan Nia)

 

Nia

Saya pak

(maju selangkah)

 

Polisi

Anda kami tangkap atas tuduhan pencemaran nama baik, dan ini surat penangkapannya

(menyerahkan surat pada Nia)

 

Nia

(membaca)

Pihak yang melaporkan Aldo Wijaya, Pimpinan Perusahaan MTB Entertainment?

(menoleh ke arah Rico)

Kak Aldo?

 

Polisi

Memborgol tangan Nia

Ella

Tunggu, ini pasti ada yang salah pak

 

Polisi

Untuk masalah itu, biar saudari Nia jelaskan di kantor

(membawa Nia masuk ke dalam mobil)

 

Saat mobil polisi sudah pergi, Rico bergegas mengambil kunci mobilnya dan segera menyusul Nia bersama Ella dan Rino. Di dalam mobil, Rico berusaha untuk menghubungi pengacaranya agar bisa membantu Nia bebas dari tuduhan.

 

Sesampainya di kantor polisi, Rico, Ella dan Rino menunggu kedatangan pengacara terlebih dahulu sebelum masuk dan melihat kondisi Nia.

 

Setelah pengacara yang ditunggu sudah datang, barulah mereka masuk dan mendapati keberadaan Aldo, Brenda dan Sagara. Wartawan juga sudah banyak berkerumun di luar kantor polisi.

 

Rico

(mendorong Aldo hingga jatuh ke lantai)

(berniat memukulnya namun di lerai oleh polisi)

 

Polisi

Ini kantor polisi, anda mau ikut masuk penjara bersama dengan saudari anda?

(menatap Rico dengan kesal)

 

Rico

(duduk)

(menenangkan diri)

Maaf pak saya kebawa emosi, karena orang itu

(menunjuk Aldo)

Sudah menuduh adik saya tanpa bukti

 

Polisi

Kepolisian tidak akan memproses tuduhan tanpa adanya bukti, saudara Aldo sudah melaporkan kasus ini beberapa bulan yang lalu, dan berdasarkan hasil dari penyelidikan kepolisian saudari Nia adalah pelakunya, sebenarnya saudara Aldo sudah tahu sejak lama namun dia terus saja menyangkal dan akhirnya dia bersikeras untuk melanjutkan ini semua sejak semalam, namun karena semalam kita sudah mencari saudari Nia di Jakarta dan tidak menemukannya karena berdasarkan info dari satpam anda, ternyata saudari Nia ada di rumah anda

 

Aldo

Gue sebenernya udah tahu kalo yang ngelakuin ini semua adalah adik lo, tapi gue juga ga nyangka, sampek akhirnya gue mulai kenal sama Nia dan tahu segalanya. Bahkan semalam juga ada bukti tambahan yang memberatkan Nia

(memperlihatkan ponselnya)

 

Rico, Ella dan Rino

(memerhatikan ponsel Aldo yang memperlihatkan gambar punggung Nia dan Rico)

 

Rico

Ini kan gambar yang abang upload semalem di twitter nya adik, pas adek kalah main game

 

Aldo

Foto itu diupload oleh akun hater yang selama ini sudah menghina dan memfitnah Brenda

 

 

Ella

Bisa tidak ini semua dibicarakan baik-baik? Gausah pake ke polisi segala

 

Aldo

Apa lo bilang? Dibicarakan baik-baik? Lo pikir akun hater adik lo itu bisa ditolerir, lo baca aja sendiri, apa dia nulis yang baik-baik? Apa dia posting yang baik-baik

 

Polisi

Ini silahkan

(menyerahkan ponsel Nia yang sudah dibawa polisi sebagai barang bukti)

 

Terlihat akun hater yang dimiliki Nia telah menyebarkan banyak fitnah dan berulang kali menghina Brenda. Terlihat bahwa Nia beberapa kali menyebarkan fitnah bahwa Brenda telah mendapatkan kutukan karena belum menikah di usia 30 tahun, Nia juga menyebarkan fitnah bahwa Brenda telah menjual diri ke produser musik atau sutradara film hingga dia bisa seterkenal sekarang. Rico, Ella dan Rino pun terus memeriksa semua postingan akun tersebut dan mendapati bahwa Nia seringkali menggunakannya untuk menghina penampilan fisik Brenda, suara Brenda, penampilan Brenda di panggung, kemampuan akting Brenda, dia bahkan tidak sekali dua kali berharap Brenda segera meninggal dengan cara yang tragis.

 

Rico

Gue bener-bener minta maaf atas kelakuan adik gue, tapi kita bisa bicarain ini semua baik-baik kan? Dia adek gue, do, dan lo sahabat gue

 

Aldo

Gue udah nebak kalo lo pasti bakalan belain adek lo mati-matian, dan gue juga akan melakukan hal yang sama buat adek gue, co

 

Rico

Maksud lo?

 

Aldo

Brenda itu bukan cuman penyanyi yang ada di bawah naungan perusahaan gue, dia itu adik gue, co

 

Rico

Tapi lo kan anak tunggal

 

Aldo

Gue juga baru tahu akhir-akhir ini kalo ternyata gue punya saudara kembar, bokap gepernah cerita karena setelah cerai sama nyokap saat gue kecil, nyokap yang bawa Brenda, dan sekarang setelah bokap sama nyokap gaada, Brenda jadi tanggungjawab gue

 

Rico

Gue tahu adik gue salah, tapi apa harus semua ini diselesaikan dengan jalur hukum kayak gini, Nia masih sekolah do, kalo dia punya catatan kriminal bisa-bisa dia gabisa kuliah ataupun kerja, masa depannya hancur

 

Aldo

Dia emang masih sekoalh tapi dia sudah cukup umur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, lo gatau kan apa yang dialami Brenda selama ini, gue juga kasihan co liat adik gue

 

Brenda terus menangis mendengar pertengkaran Rico dan Aldo, sedangkan Sagara yang ada disebelahnya terus berusaha menenangkannya. Sementara itu, Ella dan Rino tidak berani angkat bicara dan membela Nia karena sudah terbukti bahwa Nia bersalah.

 

Aldo

Gue pamit dulu, sampai ketemu di persidangan, dan gue harap lo ga minta gue bebasin adek lo, karena itu ga adil buat Brenda

Rico

(mengangguk)

 

Setelah, Aldo, Brenda dan Sagara pergi, Rico pun meminta ijin pada polisi untuk bertemu dengan Nia.

 

Nia

(didampingi polisi, berjalan keluar dari sel tahanan)

Abang

(berlari dan langsung memeluk Rico)

Adek takut bang, keluarin Nia dari sini

(merengek)

 

Rico, Ella, Rino, Nia dan Pengacara Rico duduk dalam satu meja

 

Nia

Kenapa sih bang, kok Kak Aldo nuduh-nuduh adek?

 

Rico

Dia punya bukti dek, justru abang yang harusnya nanya kenapa kamu ngelakuin ini semua?

(nadanya sedikit meninggi)

 

Ella

Sabar bang

 

Nia

Ngelakuin apa maksud abang?

 

Rino

(mendekati Nia dan memeluknya)

Kita udah tahu semuanya, abang tahu, kita semua juga tahu kalo kamu ngefans sama Sagara tapi bukan berarti kamu berhak untuk melakukan itu ke Brenda dek, dia ga salah apa-apa

 

Nia

Tapi dia ga pantes bang buat Sagara

 

Rico

Cukup dek, kalo kamu terus kayak gini gimana kita bisa bantu kamu keluar dari penjara

 

Nia

Tapi kan abang sudah sewa pengacara

(menoleh ke pengacara)

Bapak bisa bantu saya keluar dari sini kan pak?

 

Pengacara

Maaf mbak, kemungkinannya sangat kecil, semua bukti sangat memberatkan mbak, satu-satunya solusi adalah Pak Aldo mau mencabut tuntutannya

 

Nia

Yaudah kalo gitu Nia pengen ketemu Kak Aldo sekarang

 

Ella

Percuma dek

 

Nia

Maksud kakak?

 

Ella

Aldo itu saudara kembarnya Brenda

 

Nia

Apa?

(terdiam)

Pantes karirnya mulus, karena gimanapun dia bagian dari keluarga Wijaya yang punya MTB entertainment

(mengoceh lirih)

 

Rico

Dek cukup ya dek cukup, kita semua bener-bener ga nyangka kamu bisa gini, mana adek yang abang kenal, mana dek, kenapa kamu berubah gini sih, kamu kira dengan kamu berbuat gitu Sagara jadi bangga gitu punya fans kayak kamu?

 

Nia

(menunduk)

 

Rico

Kamu tahu Sagara tadi juga dateng dan dia sama sekali ga dukung kamu dek

 

Nia

(terkejut dan mulai berkaca-kaca)

 

Rico

Jadi sekarang sebaiknya kamu renungkan dulu kesalahan kamu

(bangkit dari duduknya dan melangkah pergi)

 

Ella

Jaga diri baik-baik ya dek

(menyusul Rico)

Rino

(akan melangkah pergi namun tangannya ditahan oleh Nia)

 

Nia

Bang bantuin adek bang

 

Rino

(memegang kedua pundak Nia)

Kita semua pasti akan bantu kamu dek, kita ga ninggalin kamu, kita cuman pengen kamu sadar kalo kamu salah

(mengecup kening Nia)

Abang pergi ya dek, kamu yang sehat, abang ga kemana-mana, abang selalu ada di sini (menunjuk kepala Nia) dan disini (menunjuk hati Nia)

(melangkah pergi sambil menyembunyikan air matanya)

 

Pengacara

Saya pamit dulu ya mbak, saya juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk membela mbak di persidangan dua hari lagi

 

INT. APARTEMEN. MALAM

Aldo dan Brenda menginap di apartemen mereka yang ada di Surabaya, karena mereka tidak bisa kembali ke Jakarta sebelum siding Nia selesai.

Brenda

Mas ada kiriman nih buat mas

 

Aldo

(melamun di sofa menatap ponselnya)

 

Brenda

Mas?

(memanggil Aldo dengan lebih keras)

 

Aldo

Hah? Apa?

(kaget)

 

Brenda

Ada kiriman nih

 

Aldo

Buka aja, apa isinya?

 

Brenda

Mie ayam

 

Aldo

Hah? Gue ga pesen mie ayam

 

Brenda

Lah gue kira lo pesen

(mencari-cari sesuatu di sekitar kiriman itu)

Eh ada suratnya

 

Aldo

Baca aja

 

Brenda

“Inget ga waktu SMA dulu kita sering makan di kedai mie ayam di depan sekolah model, supaya bisa liat cewek-cewek cantik yang sekolah disana, hehe ternyata kedainya masih ada loh dan sekolah modelnya makin besar, muridnya makin banyak dan cantik-cantik, kapan-kapan kesana lagi yuk, ngobrol, tapi sebelum itu, nih gue beliin buat lo supaya lo inget rasa mie ayamnya”

 

Aldo

Pasti dari Rico

(kesal)

Udah buang aja

 

Brenda

Loh kok dibuang?

 

Aldo

Yaudah kalo mau makan aja

 

Brenda

Yes, makasi mas

(melangkah pergi untuk menyantap mie ayam di meja makan)

 

Setelah selesai makan, Brenda memastikan bahwa pintu apartemennya sudah terkunci sebelum dia pergi tidur, namun belum sampai di pintu, Brenda kaget melihat Aldo yang tertidur di sofa.

 

Brenda pun berniat membangunkan Aldo agar bisa pindah tidur di kamar, namun melihat Aldo tertidur nyenyak dia pun mengurungkan niatnya. Kemudian dia mengambil selimut dari kamar untuk Aldo. Sebelum menyelimuti Aldo, Brenda mengambil ponsel Aldo yang digenggam erat di tangannya. Brenda tidak sengaja menyalakan ponsel Aldo dan mengetahui bahwa sedari tadi Aldo melamun sambil melihat fotonya bersama Nia.

Brenda

Jadi Nia ikut ke Sumba dan Mas Aldo kenal sama Nia

(berbicara sendiri, sambil melihat-lihat isi galeri Aldo yang banyak berisi foto Nia)

Kayaknya gue besok harus mastiin nih ke Mas Aldo

(menyelimuti Aldo kemudian pergi ke kamarnya, tidur)

 

INT. APARTEMEN. PAGI HARI

Brenda terbangun karena mendengar seseorang mengetuk pintu apartemennya. Setelah membuka pintu apartemennya, Brenda langsung melihat Sagara dihadapannya.

 

Sagara

Morning

(Memeluk Brenda dan mengecup keningnya)

 

Brenda

(berusaha lepas dari pelukan Sagara)

Ihh jangan deket-deket aku kan belum mandi

 

Sagara

Kamu udah mandai apa belum sama aja kok, tetep cantik dan wangi

 

Brenda

Gombal

 

Sagara

Aku ga disuruh masuk nih?

Brenda

Yang suka gombal emang gab oleh masuk

(menggoda Sagara)

 

Sagara

Yah kok gitu?

(pura-pura kecewa)

Padahal aku bawain sarapan, yaudah kalo boleh masuk, aku makan sendiri aja

 

Brenda

(perutnya berbunyi)

 

Sagara

(tertawa)

Padahal laper, sok sok an nolak

 

Brenda

(meringis)

Iya iya masuk gih

 

Brenda dan Sagara pun masuk.

 

Sagara

Kok Mas Aldo tidur di sofa sih?

 

Brenda

Gatau tuh dari semalem ngelamun di sofa terus eh tiba-tiba ketiduran, dia juga belum makan sejak pulang dari kantor polisi

 

Sagara

Yaudah bangunin gih, kita sarapan bareng

 

Brenda pun mendekati Aldo dan tiba-tiba tersenyum sendiri

 

Sagara

Kenapa?

 

Brenda

Mas Aldo ngingau

 

Sagara

Hah masa?

(mendekati Aldo)

 

Brenda dan Sagara

(mendengarkan dengan seksama)

Nia?

 

Sagara

Bentar bentar ini maksudnya Nia yang haters kamu itu?

 

Brenda

Dia fans kamu juga tauk

 

Sagara

Engga, aku ga nerima fans yang jahat

 

Brenda

Aku kok ngerasa ada sesuatu antara Mas Aldo sama Nia

 

Sagara

Sesuatu gimana?

Brenda

Ya soalnya Mas Aldo sama Nia tuh ternyata sedeket itu, sampek Mas Aldo banyak nyimpen fotonya Nia di hapenya, terus semalem sampek ngelamun gitu ngeliatin fotonya Nia

 

Sagara

Bentar bentar kok Mas Aldo bisa kenal sama Nia

 

Brenda

Kan Nia adiknya Rico, sahabatnya Mas Aldo sejak SMA, eh tapi kayaknya Mas Aldo baru deket sama Nia sejak liburan ke Sumba kemarin deh

 

Sagara

Padahal liburan cuman berapa hari

 

Brenda

Aku aja ga butuh waktu lama buat suka sama kamu

 

Sagara

(tersipu)

Masa?

 

Brenda

Serius, jadi menurutku wajar kalo Mas Aldo bisa punya perasaan secepet itu

 

Sagara

Tapi kan Nia masih bocah

 

Brenda

Kamu juga masih bocah kali bagi orang seumuran aku

 

Sagara

Yaudah iya iya, berarti fix nih ada sesuatu

 

Brenda

Belum pasti sih, Mas Aldo juga gapernah cerita apa-apa

 

Sagara

Yaudah bangunin gih

 

Brenda

(membangunkan Aldo)

(kaget saat menyentuh badan Aldo)

Kok Mas Aldo badannya panas

Aduh gimana nih?

Sagara

Kompres dulu aja, aku ada beberapa obat sih di mobil, aku ambil dulu ya

 

Brenda

Ok ok

 

Brenda pun mengompres Aldo, kemudian membangunkannya agar bisa sarapan dan minum obat. Dibantu oleh Sagara, Brenda pun membopong Aldo ke kamar.

 

Brenda

Mas kenapa sih mas, jangan sakit dong

 

Aldo

Gue gapapa, bren, cuman kecapekan aja

 

Brenda

Gue ga yakin kalo lo sampek sakit karena capek, lo ga pernah gini meskipun capek kerja, lo kepikiran Nia ya?

 

Aldo

Apaan sih? Ngapain juga gue kepikiran dia?

 

Brenda

Mas jangan bohong deh, selama di Sumba lo deket kan sama Nia

 

Aldo

Ya itu sengaja supaya bisa nyelidikan itu akun dia apa bukan

 

Brenda

Iya tapi lama-lama lo jadi nyaman dan ada perasaan kan?

 

Aldo

Lo ngomong apa sih

 

Brenda

Lo suka sama Nia, cuman lo ngerasa gabisa ngelanjutin ini semua karena Nia udah nyakitin gue, ya kan?

 

Aldo

Engga, itu semua ga bener, udah ah gue mau istirahat dulu, lemes banget nih

 

Brenda

Yaudah mas istirahat aja, kalo ada apa-apa panggil gue

 

INT. APARTEMEN. PAGI HARI

Keesokan harinya, kondisi Aldo mulai membaik, suhu badannya juga sudah turun, sehingga dia sudah kuat untuk sarapan sendiri tanpa disuapin.

 

Brenda

Mas, lo beneran mau nerusin semua ini?

 

Aldo

Emang ada alasan untuk ga nerusin ini?

 

Brenda

Keras kepala lo, please jujur sama diri lo sendiri mas

 

Aldo

Gue ga ngerasa lagi bohongin diri gue sendiri?

 

Brenda

Sampek sakit gitu kemarin, masih aja ngelak

 

Aldo

(bangkit berdiri)

(menyalakan radio)

(kembali duduk dan melanjutkan sarapannya)

 

Brenda

(geleng-geleng)

(melanjutkan sarapannya dengan kesal)

 

Aldo

(tiba-tiba tersenyum sendiri saat mendengar radio)

 

Brenda

Kenapa sih lo dari tadi senyum-senyum sendiri

 

Aldo

Gapapa, lagunya lucu aja

 

Brenda

Hah apanya yang lucu?

 

Aldo

ain’t nothing but a hard egg, ain’t nothing but a minced steak

 

Brenda

Apaan sih liriknya kok loh ganti-ganti gitu

 

Aldo

Bukan gue yang ganti, tapi Nia

 

Brenda

Tuh kan…kepikiran dia kan lo?

(menggoda Aldo)

Udah deh, gausah menyangkal, jujur aja, gausah benci Nia gara-gara gue

 

Aldo

Tapi kalo gue terusin ini semua ga bener, bren, ini ga adil buat lo

 

Brenda

Bang gue udah mulai ikut terapi kan, dan sekarang lo liat sendiri kondisi gue udah membaik, sejak ada lo dan Sagara gue jadi punya support system, dan hukuman dua hari di penjara udah cukup buat Nia, mas, dia pasti udah renungin kesalahannya kan, kasihlah dia kesempatan, dia pasti bisa berubah kok, lo aja bisa suka sama dia, berarti ada hal-hal baik lain yang ada dalam dirinya, dan lo bisa bantu untuk jadiin hal-hal baik itu dominan dalam diri Nia, supaya dia bisa jadi lebih baik

 

Aldo

Tapi gue gabisa lupa bren, cara dia caci maki lo waktu di pantai itu

 

Brenda

Iya gue inget cerita lo, tapi kan lo juga bilang kalo dia udah minta maaf, dia bahkan minta lo jangan minta maaf kan karena dia sadar dia yang salah

 

Aldo

Tapi kalo gue lepasin dia sekarang, haters lo yang lain akan semakin menjadi-jadi, karena mereka tahu kalo lo akan berbaik hati memaafkan mereka

 

Brenda

Yaudah lah mas, gue juga udah dewasa, udah banyak belajar, ya memang ini resiko pekerjaan gue, mau gamau ya gue terima, yang penting kan gue masih punya lo

(jeda)

Dan Sagara

 

Aldo

Hmmm Sagaranya gapernah lupa

(tertawa)

Brenda

Yaudah selesain gih sarapannya, habis itu ke kantor polisi

 

Aldo

Lo yakin mau bebasin Nia? Seandainya orang itu bukan Nia lo mau bebasin dia?

 

Brenda

Mau

 

Aldo

Jadi kalo ada kejadian kayak gitu lagi…

 

Brenda

(memotong kalimat Aldo)

Biarin aja, toh gue sekarang juga udah ngurangin aktivitas gue di sosmed, cuman ada satu sosmed juga kan yang tersisa, dan itu juga udah banyak dihandle sama admin dari perusahaan kan, gue paling cuman muncul sekali dua kali jadi ya gue ga bakalan mikirin omongan-omongan haters, gue juga udah gapernah baca

(meneguk sedikit minumannya)

Dulu emang omongan mereka ngaruh banget di hidup gue, tap ikan itu karena gue belum dewasa, dan gaada yang bisa diajak ngobrol, mama juga cuman mikirin uang gue, dia paksa gue kerja karena kan dia gapunya penghasilan setelah cerai sama papa, tapi sekarang gue udah dewasa, gue punya lo dan Sagara, jadi yaudah biarin mereka mau ngomongin gue kayak apa ya terserah, ga mungkin juga gue bikin semua manusia di dunia ini suka sama gue, pasti ada kritik, pasti ada yang iri, pasti ada yang ga suka, meskipun bukan artis semua manusia juga ngalamin hal yang sama kan. Kalo lo gamau ada orang kayak Nia lagi di hidup gue, itu mustahil mas, bahkan meskipun orang udah meninggal aja ada kok yang masih punya haters, namanya juga hidup

 

Aldo

Seandainya kita sama-sama terus dari dulu, lo ga mungkin ngerasa kesepian

 

Brenda

Udah deh jangan menyesali yang telah lalu

(bangkit berdiri)

Berangkat yuk, udah selesai kan sarapannya, tapi tunggu gue siap-siap dulu ya

 

Aldo

Jangan lama-lama

 

INT. KANTOR POLISI. PUKUL 10.00 WIB

Brenda, Aldo dan Sagara sampai di kantor polisi dan segera mengurus adminitrasi untuk mencabut tuntutannya kepada Nia. Tak berapa lama kemudian Nia pun keluar dari sel, namun saat Nia mendekati mereka bertiga, Aldo tiba-tiba memutuskan untuk pergi.

 

Aldo

Lo anterin dia pulang ya, kabarin gue kalo dia udah sampek rumah Rico

(berbisik)

 

Brenda

Mas…lo mau kemana?

(menahan Aldo tapi gagal)

 

Nia

(berada di hadapan Brenda dan Sagara)

Kak Aldo kemana?

 

Brenda

Dia ada urusan, jadi gue sama Sagara aja ya yang anterin lo pulang

(tersenyum)

 

Nia

(menangguk)

Kak Aldo pasti masih marah sama Nia

 

Brenda

Engg…

 

Sagara

Ya iyalah, ga cuma Mas Aldo, gue juga ga rela kalo lo bebas, lo harusnya dapet hukuman yang setimpal, dan ini belum seberapa dibandingkan apa yang udah dialami Brenda selama ini

 

Brenda

(memegang tangan Sagara)

Mas Aldo udah maafin lo kok, kalo dia belum maafin ga mungkin dia cabut tuntutannya, jadi jangan pikirin omongan Sagara ya

 

Nia

Tapi Kak Sagara bener, harusnya aku ga dibebasin secepet ini

 

 

 

Sagara

Lo berutang budi sama Brenda, kalo bukan karena hati baiknya Brenda, dia ga bakalan ngebujuk Mas Aldo buat bebasin lo

 

Nia

Jadi Kak Brenda…

(berkaca-kaca)

Maaf ya kak, Nia malu, Nia udah jahat sama kakak tapi kakak masih baik sama Nia, Nia cuman ….

 

Brenda

Yang penting sekarang lo udah sadar kalo lo salah

 

Nia

Sadar banget kak, Nia sadar banget kalo Nia salah, Nia cuman terlalu terobsesi sama Kak Sagara, sampek-sampek jahatin Kak Brenda, Nia pikir Kak Brenda ga pantes buat Kak Sagara, tapi sekarang Nia sadar, Nia bukan siapa-siapa, justru Nia yang ga pantes untuk menghakimi Kak Brenda dan menentukan siapa pasangan terbaik untuk Kak Sagara

(menunduk dan menangis)

Nia juga minta maaf ya Kak

(mengangkat kepalanya dan menatap Sagara)

Kakak pasti malu punya fans kayak Nia, setelah semua hal baik yang udah Kak Sagara kasih ke hidup Nia, Nia malah balesnya gini

(menunduk)

 

Sagara dan Brenda saling berpandangan, mereka berdua takjub akan pemikiran Nia yang sudah banyak berubah.

 

Sagara

(memeluk Nia)

(melepas pelukannya dan menatap Nia)

Gue sayang sama fans-fans gue termasuk lo, karena gue tahu tanpa fans-fans gue, ga mungkin gue bisa sesukses ini, gue makasi banget atas semua yang udah lo kasih buat gue, tapi please, jangan diulangin lagi ya, jangan ikut campur masalah pribadi, kalo lo pikir Brenda bukan orang yang sempurna buat gue, terus yang sempurna menurut lo harus yang kayak gimana, lo juga harus sadar kalo gue juga manusia biasa, gue ga sehebat yang lo pikirin, gue juga punya banyak kekurangan, dan Brenda bisa nerima itu semua, gue tau lo dan fans-fans yang lain udah ngasih banyak ke gue, tapi gue gabisa nurutin kalian terus, gue gabisa ngasih apa yang kalian mau apalagi kalo itu udah nyangkut urusan pribadi, urusan hati, gue gabisa bohong, gue cintanya sama Brenda, dan gue bahagia sama dia

Nia

Iya kak Nia juga bisa lihat sendiri, Nia baru sadar pasangan terbaik untuk Kak Sagara adalah bukan pasangan yang sempurna tapi pasangan yang bisa buat kakak bahagia, Nia bener-bener baru sadar

(menghela nafas)

Nia janji mulai sekarang Nia akan jadi fans yang baik, bukan fans yang toxic, Nia akan belajar untuk dukung Kak Sagara tanpa terlalu ikut campur masalah pribadi kakak, Nia masih boleh kan kak jadi fansnya kakak?

 

Sagara

Boleh dong

(memeluk Nia)

 

Setelah lepas dari pelukan Sagara Nia langsung memeluk Brenda.

 

Nia

Mulai sekarang Nia juga ngefans sama Kak Brenda, makasi ya kak, Nia doain kakak sukses terus dan langgeng sama Kak Sagara

 

Brenda dan Sagara

Aamiin

 

Setelah Nia melepas pelukannya, Sagara dan Brenda pun mengajak Nia pulang.

 

INT. RUANG TAMU RUMAH RICO. SIANG

Sesampainya di rumah Rico, Nia langsung disambut oleh kakak-kakaknya. Rico, Ella dan Rino bergantian memeluk Nia dan menangis karena tidak menyangka Nia sudah bebas.

 

Rico

(menatap Brenda sambil mengelap air matanya)

Gimana caranya Nia bebas?

 

Brenda

Mas Aldo cabut tuntutannya

 

Nia

Karena dibujuk Kak Brenda

 

Rico

Makasi ya bren, sumpah lo baik banget sama adek gue

 

Brenda

Gue tau rasanya pisah sama saudara kita sendiri itu gaenak

Rino

Orang baik kayak gini kamu jahatin, dek

(mengacak-acak rambut Nia)

 

Nia

Maaf

(menunduk)

 

Sagara

Nia lakuin itu juga karena Nia ga kenal sama Brenda, kalo udah kenal gini dia pasti bisa lihat kebaikan-kebaikan yang ada di diri Brenda

 

Nia

(mengangguk sambil tersenyum)

 

Ella

Makasi ya, kalian udah bebasin Nia, kita bertiga janji bakalan jagain adek kita yang satu ini

 

Sagara

Bener, dia kayaknya butuh perhatian ekstra

 

Mereka semua tertawa

 

Rico

Ngomong-ngomong, Aldo mana?

 

Brenda

Dia lagi ada urusan, sebenernya kita berdua juga sih, cuman ya gimana dia titip supaya Nia dianter sampek rumah dengan selamat

(menatap Nia dengan tersenyum)

 

Nia

(kaget)

 

Brenda

Yaudah karena Nia udah sampai dengan selamat berarti tugas kita selesai ya, semoga kapan-kapan kita bisa ketemu lagi, tapi dengan alasan yang lebih baik

 

Rico, Ella, Rino dan Nia tersenyum serta mengamini pernyataan Brenda

 

 

 

Sagara

(memeluk Nia)

Jangan buat akun haters lagi ya, belajar yang rajin, kan mau ujian nasional

(melepas pelukan)

Gue pamit ya

 

Sagara dan Brenda pun berjalan ke mobil namun sebelum mobil melaju Sagar kembali berpesan pada Nia

 

Sagara

Jangan nonton konser gue bulan depan, fokus belajar dulu, habis ujian aja kita ketemu lagi

(melambaikan tangan)

 

Nia

(melambaikan tangan)

 

Mobil Brenda dan Sagara pun sudah tak terlihat lagi

 

Rico, Ella dan Rino kembali memeluk Nia.

 

Nia

(melepaskan diri dari pelukan kakak dan abangnya)

Ngomong-ngomong soal ujian, Nia udah ga masuk sekolah berapa hari nih

 

Ella

Nanti malem kita balik ya, habis ini kita pesen tiket

(beralih menatap Rino)

Kamu gimana rin, langsung ke yogya atau nganterin adek dulu

 

Rino

Kan katanya lo butuh bantuan buat baikan sama Kak Oca

 

Ella

Oh iyaya berarti ke Jakarta ya

 

Rico

Abang ga ikut ya, minggu depan udah mulai persidangan jadi abang gabisa ikut ke Jakarta

 

Nia

Abang beneran mau cerai sama Kak Sita?

 

 

 

Rico

Sejak pembicaraan kita waktu itu, abang jadi bimbang, tapi karena abang sudah mengajukan gugatan, mau gamau abang harus datang ke persidangan, mungkin saat mediasi nanti ada titik terang, doain aja ya

(menatap Nia, Rino dan Ella secara bergantian)

 

Ella, Rino dan Nia pun hanya bisa mengangguk dan mendoakan dalam hati agar Rico diberikan jalan yang terbaik.

 

EXT. BANDARA SOEKARNO HATTA. PUKUL 10 PAGI

Ella, Rino dan Nia baru saja sampai di Jakarta dan tiba-tiba mendengar suara bapak-bapak memanggil Ella. Mengenakan seragam OB bandara, bapak-bapak itu berdiri di hadapan Ella.

 

Pak Anas

Mbak Ella?

 

Ella

Loh bapak kerja disini?

 

Pak Anas

Iya mbak, mbak dari mana atau mau pergi kemana?

 

Ella

Saya baru pulang dari rumah Abang saya di Surabaya

Oh iya, kenalin pak ini adik-adik saya, yang ini Nia

(menunggu Nia dan Bapak OB Bandara bersalaman),

dan yang ini Rino

(menunggu Rino dan Bapak OB Bandara berjabat tangan)

 

Pak Anas

Saya Anas, kebetulan mbak Ella pernah nolong saya, nganterin anak saya ke rumah sakit, mbak Ella ini baik banget padahal hari itu dia mau pulang karena mama sama papanya meninggal

(menutup mulutnya)

Maaf saya tidak bermaksud mengungkit masalah itu, mas Rino, mbak Nia, saya turut berduka cita ya

 

Rino

Gapapa Pak Anas, justru kalo sekarang kita ga ketemu dan Pak Anas ga cerita ke saya dan Nia, kita berdua mungkin gatau kalo ada kejadian seperti itu, terus-terus kejadian selanjutnya gimana pak?

 

 

 

Pak Anas

Jadi waktu itu anak saya ditabrak sama orang dan orangnya lari, terus mbak Ella menawarkan bantuan untuk mengantarkan anak saya ke rumah sakit, sampai di rumah sakit sebenernya mbak Ella sudah mau pamit pulang tapi dia pingsan

 

Nia

Hah pingsan?

 

Ella

Soalnya waktu itu kakak liat ada dua pasien kecelakaan yang dibawa sama perawat, pasiennya itu seumuran mama papa, dan emang cewek sama cowok gitu, jadi kakak tiba-tiba kebayang wajah mama sama papa, seakan-akan pasien yang ga sadarkan diri itu mama sama papa, terus tiba-tiba gelap aja udah

 

Pak Anas

Ga berapa lama setelah itu mbak Ella udah sadar tapi karena saya cerita ke dokter kalo mbak Ella mau nyetir dan pulang ke rumahnya, dokternya ngelarang dan nyuruh mbak Ella istirahat dulu, tapi mbak Ella keukeuh yaudah deh dokternya langsung suntik obat tidur, supaya mbak Ella nurut

 

Ella

Itulah kenapa kakak baru nyampek rumah setelah kamu rin, karena kakak baru bangun pas dini hari gitu, terus baru deh dibolehin balik sama dokter

 

Nia dan Rino

Oh pantesan

 

Ella

Eh tapi pak, gimana keadaan anak bapak sekarang?

 

Pak Anas

Sudah membaik mbak, sudah seminggu di rumah, ya masih harus kontrol sih sampek sembuh total

 

Ella

Syukurlah kalo gitu

Sebelumnya saya minta maaf ya pak, saya gabisa lama-lama, saya harus pamit dulu, kasian ini adik-adik saya sudah capek

 

Pak Anas

Oh iya iya mbak silahkan, sekali lagi terimakasih ya mbak saya akan selalu inget kebaikan mbak

 

INT. RUMAH SAKIT. SIANG

Kemarin Ella, Rino dan Nia sudah tiba di Jakarta dan hari ini Ella berencana untuk segera bertemu dengan Oca agar hubungannya bisa kembali baik. Rino yang memang sudah berniat membantu Ella pun ikut menemani Ella bertemu dengan Oca.

 

Rino

Janjiannya beneran disini kak?

(berjalan mondar-mandir, tidak sabar menunggu Oca yang tidak kunjung muncul)

 

Ella

Iya Oca bilang tunggu di kantin rumah sakit, dia mau kontrol dulu

 

Rino

Tapi kak, kayaknya aku gajadi minta bantuan ke pacarnya Kak Oca deh, gila aja masak aku bolak balik Yogya Jakarta buat tutor

 

Ella

Sekarang kan jaman udah canggih rin, masak harus dateng kesini kan bisa online

 

Rino

Kak tuto langsung aja aku gapaham, apalagi online

 

Ella

Yaudah lah buat basa basi aja

(menoleh ke arah pintu kantin)

Eh itu Oca udah dateng

(tersenyum seramah mungkin)

 

Oca

(cemberut saat menatap Ella)

(sumringah saat melihat Rino)

(melangkah mendekati meja Ella dan Rino, kemudian langsung memeluk Rino)

Lo apa kabar, rin? Yaampun dah lama ga ketemu, makin keren aja lo

 

Rino

Baik kak, kakak sendiri gimana katanya habis masuk rumah sakit? Hasil kontrol hari ini gimana?

(tampak khawatir)

 

 

Oca

Gaada yang perlu lo khawatirin, gue baik-baik aja kok

(duduk)

Oh iya katanya lo mau kenalan sama pacar gue

 

Robin

Robin

(menjabat tangan Rino)

 

Rino

Saya Rino kak, adiknya Kak Ella

 

Oca

(sengaja mengobrol Rino dan tidak menggubris keberadaan Ella)

Terus terus apa nih yang bisa gue bantu?

 

Rino

Jadi gini kak, aku tuh lagi nyari tutor gitu sih soalnya entah kenapa aku belum bisa menyesuaikan diri diri di jurusanku, jadi nilai ku turun terus nih padahal udah masuk semester 4, nah kata Kak Ella pacar Kak Oca kan dokter

 

Robin

Kamu kuliah jurusan kedokteran?

 

Rino

Iya kak

 

Robin dan Oca saling berpandangan. Oca seakan-akan melarang Robin untuk angkat bicara namun Robin tak mau menurut.

 

Robin

Gini ya Rino, sebenernya ini ada salah paham, intinya saya bukan dokter, saya psikiater di rumah sakit ini, alasan kenapa kakak kamu mengira saya dokter adalah karena Oca bilang begitu ke kakak kamu, dan kenapa Oca melakukan itu, saya rasa bukan tempat saya untuk menjelaskan, biar Oca saja ya yang menjelaskan semuanya

 

Oca

(bingung)

 

Robin

Ini waktunya

(berbisik)

Oh ya kalau kamu masih butuh tutor sepertinya saya ada beberapa kenalan dokter, kalau kamu mau saya kenalkan, mari ikut saya

(memberi isyarat agar meninggalkan Oca dan Ella)

 

Rino

(memberi isyarat ke Ella agar mengijinkannya pergi)

 

Ella

(mengangguk)

 

Rino dan Robin pun melangkah pergi meninggalkan Ella dan Oca sendiri di kantin.

 

Setelah sudah jauh dari kantin, Rino menghentikan Robin

Rino

Tunggu kak, sebenernya, Rino cuman mau bantuin Kak Ella supaya Kak Oca ga menghindar terus kalo diajak ketemuan

 

Robin

Berarti kamu ga beneran butuh tutor?

 

Rino

Ya butuh sih kak, cuman ya ga dari dokter yang di Jakarta juga, kan jauh masak harus bolak balik Jogja Jakarta buat tutor

 

Robin

Oh kamu kuliah di Jogja

(duduk di bangku sekitar situ)

 

Rino

(mengangguk)

(ikut duduk di sebelah Robin)

 

Robin

Terus dulu pas masuk kuliah jalur apa?

 

Rino

Undangan kak

 

Robin

Berarti pinter dong pas SMA

 

Rino

(tersipu malu)

 

Robin

Kaget ga sekarang tiba-tiba nilainya ga sebagus pas SMA? Belajarnya ga segampang pas di SMA?

 

Rino

(mukanya langsung berubah sedih)

 

Robin

Sambil nunggu kakak kamu ngobrol sama Oca, mendingan kita ngobrol juga di ruangan saya

 

Tanpa sadar Rino pun mengiyakan dan mengikuti Robin berjalan di ruangannya.

 

Robin

Saya mungkin gabisa kasih tutor, tapi saya akan bantu kamu dengan cara saya sendiri, dan saya pasti akan kasih bantuan yang sebenernya lebih kamu butuhkan sekarang

 

Dan akhirnya, Rino pun mengikuti terapi dari Robin tanpa menyadarinya.

 

Sementara itu, suasana di kantin nampak canggung. Tapi, Ella memberanikan diri untuk memulai percakapan.

 

Ella

Kapan lo keluar dari rumah sakit?

 

Oca

Minggu lalu

 

Ella

Eh bentar lo mau gue pesenin kopi dulu?

 

Oca

Boleh

 

Ella

Caramel Macchiato kan kayak biasanya?

 

Oca

(mengangguk)

 

Setelah pesanannya datang, Ella dan Oca kembali mengobrol

 

Ella

Rino liat lo dateng ke pemakaman mama sama papa gue

Oca

Gimana gue ga dateng, mama sama papa lo lebih memperlakukan gue sebagai anak daripada orangtua gue sendiri, lo kenapa ga bilang sama gue?

 

Ella

Yang ada di pikiran gue saat itu cuman satu, cepet pulang

 

Oca dan Ella

Gue minta maaf

 

Mereka berdua saling berpandangan

 

Ella

Jujur gue bingung salah gue apa, tapi kalo sikap lo sampek kayak gini, gue yakin gue ada salah, dan gue harap lo bisa jelasin ke gue supaya gue ngerti, supaya gue perbaikin semuanya

 

Oca

Gue gatau mau mulai darimana, ada banyak yang belum gue ceritain ke lo, karena emang lo gaada waktu buat gue

(berkaca-kaca dan menutupinya dengan sedikit senyum)

 

Ella

Jadi karena itu?

 

Oca

(menggeleng)

 

Ella

Tapi sebenernya gue juga baru sadar kalo lo selalu ada waktu buat gue, meskipun lo juga sibuk dengan kuliah lo, tapi gue

(menunduk)

 

Oca

Jujur bukan itu masalahnya, gue gamasalah kalo gue harus mengorbankan waktu gue buat lo, bareng sama lo, sama keluarga lo itu bikin gue seneng, bikin gue ngerasa ga sendiri, gue bener-bener ga keberatan ngasih waktu gue buat lo, meskipun cuman untuk masalah kerjaan, tapi dengan itu gue bisa liat lo seneng, dan gue jadi ikutan seneng, la

 

Ella

Tapi gue tetep harus minta maaf sih, gue harusnya bisa berusaha untuk ngasih waktu buat lo, bener-bener buat lo, dan ga dateng ke lo cuman minta bantuan untuk kelarin kerjaan gue

Ella dan Oca sama-sama menyeruput kopinya.

 

Ella

Kalau emang bukan itu, terus apa masalahnya, ca?

 

Oca

Robin bukan pacar gue, dia cuman psikiater yang nolongin gue, dan sekarang gue jadi pasiennya dia

 

Ella

Nolongin lo maksudnya?

 

Oca

Lo tau kan gue kenalan sama Sandi tuh lewat sosmed, ga lama setelah itu kita pacaran, awalnya gue seneng jadian sama dia, tapi lama-lama gue tahu kalo dia tuh emosian dan suka main tangan

(air matanya menetes)

Gue ga kepikiran untuk langsung putus dari dia karena gue ngerasa dia butuh gue, dia butuh bantuan gue, dan gue ngerasa bisa bantu dia, ngerubah dia, nyembuhin dia

(jeda)

Dengan cinta

(mengelap air matanya dengan tisu)

Sampai akhirnya malam itu dia bener-bener udah hampir mau bunuh gue dan untungnya Robin dateng nyelametin gue terus bawa gue ke rumah sakit

 

Ella

(mengelap air matanya)

Jadi lo baru kenal sama Robin waktu itu?

 

Oca

Iya kebetulan apartemen Robin ada di sebelah apartemen Sandi, dan Robin sering denger suara gaduh tapi malam itu dia bilang suara gadunya bener-bener menganggu karena gimanapun setiap kali Sandi mukulin gue, gue pasti nangis atau teriak, dan kata Robin malam itu tangisan gue kenceng banget

 

Ella

(mendekatkan tempat duduknya ke Oca dan memegang tangan Oca seakan-akan memberi dia kekuatan)

 

Oca

Gue bingung aja gimana cerita ke lo, ada banyak hal yang ada di pikiran gue, gue takut nanti Sandi nyariin gue ke lo, terus dia malah nyakitin lo supaya dapat informasi dimana gue, gue juga takut kalo lo tiba-tiba bawa kamera tersembunyi dan lagi live, lo kan sering kayak gitu, gue malu la kalo semua yang terjadi tersebar kemana-mana, apalagi kalo followers lo tau, mereka kan juga taunya gue sama Sandi baik-baik aja, mesra-mesra aja

 

Ella

Gue.. bener-bener minta maaf ca

(menangis dan suaranya pun ikut bergetar)

 

Oca

Gue sebenernya pengen banget cerita sama lo, karena gue juga bingung mau cerita ke siapa, nyokap gue aja malah nyalain gue, dia bilang gue gabisa milih cowok, bokap cuman ke rumah sakit bayar biaya rawat inap, tapi setelah gue tahu kalo mama sama papa lo meninggal, gue semakin gamau cerita ke lo, gila aja temen macam apa gue, cerita masalah gue yang ga seberapa berat ini ke lo yang lagi punya masalah seberat itu

 

Ella

(memeluk Oca)

Siapa bilang masalah lo ga berat, lo jangan nyepelein masalah lo, jangan selalu prioritasin gue dibanding diri lo sendiri, please ca jangan kayak gini

 

Setelah berpelukan dalam waktu yang lama, Oca pun melepaskan diri dari pelukan Ella.

 

Oca

(mengelap airmatanya)

(tersenyum)

Tapi sekarang lo ga perlu khawatir, luka-luka di badan gue udah mulai membaik, dan untuk luka-luka di hati gue, emang masih butuh perawatan sih, tapi kan gue udah ikut terapi rutin sama Robin, lagipula Robin juga ajarin gue bela diri supaya kalo sewaktu waktu ketemu sama Sandi lagi

 

Ella

Tetep aja ca, gue ngerasa telat, harusnya masalah ini ga sebesar ini kalo gue …

(menangis)

 

Oca

jangan menyesali yang sudah terjadi, itung-itung pengalaman hidup

(tersenyum)

 

INT. KORIDOR RUMAH SAKIT. SORE HARI

Sesi terapi Rino baru saja selesai dan tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16.00 WIB.

 

Robin

Gimana perasaan kamu sekarang?

 

Rino

Lebih lega rasanya

 

Robin

Syukurlah, jangan sungkan-sungkan kalo mau main kesini

 

Rino

Makasi ya kak

 

Robin

Dan ini kartu nama kakak saya, dia baru aja ambil spesialis Jerman, dan sekarang lagi tugas di Jogja, dia juga buka praktek disana, mungkin kamu bisa tutor sama dia sekalian magang di tempat prakteknya, dia juga pernah jadi dosen kok jadi saya rasa penjelasannya akan mudah dipahami

 

Rino

Yaampun kak, makasi ya, hari ini kakak udah kasih aku banyak bantuan

(tersenyum)

 

Robin

Sama-sama

 

Rino

(senyum Rino tiba-tiba pudar)

(melihat sosok wanita yang familiar)

(bersembunyi)

Itu kan selingkuhannya bang Rico?

 

Robin

Kamu ngapain rin?

 

Rino

Sini kak

(memberi isyarat agar Robin ikut bersembunyi)

 

Robin

(Ikut bersembunyi)

Ada apa sih?

Rino

Dokter itu punya hubungan apa kak sama perempuan itu?

 

Robin

Oh mereka pacaran

 

Rino

Hah?

(kaget)

Jadi dia bohongin Bang Rico

(Bicara pada dirinya sendiri)

 

Robin

Emang kenapa sih?

 

Rino

Dia…

(Rino urung menjelaskan pada Robin karena melihat selingkuhan Rico berjalan pergi bersama dengan pacarnya)

Kak, aku minta tolong ya, sekarang kakak samperin Kak Ella, bilang kalo aku pulang duluan, karena ada urusan mendadak, ok?

(langsung pergi tanpa menunggu persetujuan Robin)

 

Rino pun mengikuti selingkuhan Rico dan memastikan status dari selingkuhan Rico, apa dia benar-benar berkencan dengan dokter yang dilihatnya tadi.

 

Samar-sama Rino mendengar selingkuhan Rico saling memanggil “sayang” dengan pacarnya, mereka berdua juga tampak sangat mesra, namun selanjutnya Rino tidak bisa mendengar apapun, dia hanya tahu bahwa selingkuhan Rico pergi setelah diberi uang oleh pacarnya.

 

Rino pun terus mengikutinya. Dengan menaiki ojek Rino mengikuti selingkuhan Rico yang ternyata berhenti di sebuah kafe.

 

Ternyata selingkuhan Rico bertemu dengan teman-temannya.

 

Teman Selingkuhan Rico (1)

Makin oke aja lo sis

 

Selingkuhan Rico

Iya dong, kalian mau shopping ga nanti, gue habis dapet duit nih dari Kiki

 

 

Teman Selingkuhan Rico (2)

Yang dokter itu?

 

Selingkuhan Rico

(mengangguk)

 

Teman Selingkuhan Rico (3)

Hebat lu, seneng gue punya temen kayak lo, diajakin shopping terus

 

Teman Selingkuhan Rico (1)

Eh lo mau pesen apa? Nih sebelum shopping makan dulu lah

 

Selingkuhan Rico

Gue udah makan, pesen minum aja deh

(meletakkan tasnya di meja)

 

Teman Selingkuhan (2)

Wah tas baru nih?

 

Teman Selingkuhan Rico (3)

Dapet dari yang mana nih?

 

Selingkuhan Rico

Kalo ini sih dari temen SMA gue, pria kesepian, mau cerai dia sama istrinya, jadi gue temenin aja deh, awalnya cuman chat-chat an, terus ada acara reunion gitu kan eh dia beneran suka sama gue, sampek ngelamar gue

 

Semua Teman selingkuhan Rico bertepuk tangan.

 

Temen Selingkugan Rico (1)

Dapet apa lagi lo dari dia?

 

Selingkuhan Rico

Ga banyak sih, soalnya dia ga begitu kaya, usahanya baru bangkrut kan, terus sekarang kerja di perusahaan swasta gitu sambil ngerintis bisnisnya lagi

 

Temen Selingkuhan Rico (2)

Kalo ga untung-untung banget gausah lama-lama, nanti lo terlalu fokus sama dia, malah kehilangan mangsa lain yang lebih kaya

Mereka berempat pun tertawa dan terus mengobrol tanpa menyadari bahwa semua obrolan mereka telah direkam oleh Rino. Tanpa pikir panjang, Rino pun langsung mengirimkannya kepada Rico.

INT. RUMAH RICO. MALAM HARI

Rico baru saja pulang kantor saat tahu bahwa Rino mengiriminya pesan. Tanpa menunggu lama, Rico pun langsung duduk di sofa ruang tamu dan melihat apa yang sudah dikirim oleh Rino.

 

Rico langsung uring-uringan, melempar barang-barang yang ada disekitarnya, berteriak, tapi tiba-tiba dia berhenti karena kakinya baru saja menendang sebuah kardus hingga membuat isi dari kardus itu keluar semua. Rico tahu pasti apa isi kardus itu, dan dia menaruhnya di dekat pintu agar dia ingat bahwa besok dia harus membuangnya. Namun, karena pesan yang baru saja Rino kirim membuat niat Rico untuk membuang kardus itu pun urung. Rico justru memunguti isi kardus itu yang tidak lain adalah semua barang yang berhubungan dengan Sita.

Saat memunguti isi kardus itu, tanpa sadar Rico mengingat momen-momennya bersama Sita, momen-momen yang berhubungan dengan masing-masing barang yang ada di dalam kardus itu. Sampai akhirnya, air matanya pun tak bisa dibendung lagi.

 

Rico benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan Sita. Dia benar-benar merasa bersalah karena telah mengkhianati Sita. Sepanjang malam, Rico pun terus mengenang setiap memorinya bersama Sita dan sesekali menangis hingga akhirnya dia terlelap di lantai dengan memeluk foto Sita.

 

INT. RUMAH RICO. PAGI HARI

Rico terbangun karena mendengar ponselnya berbunyi. Di layar ponselnya terlihat nama Rino dan tampilan video call. Tanpa pikir panjang, Rico pun langsung menerimanya. Terlihat wajah Ella, Rino dan Nia di layar ponsel Rico.

 

Rino

Abang kemana aja sih ditelpon dari semalem ga diangkat-angkat?

(khawatir)

 

Rico

(tidak menjawab)

Pagi rin

(suaranya lemas)

(raut mukanya sedih)

 

Rino

Abang gapapa? Bang sumpah aku ga bermaksud nyakitin abang, tapi abang harus tau kebenarannya

 

 

Rico

Abang gapapa kok, justru abang mau ngucapin terimakasih karena kamu udah ungkap semua ini sebelum semuanya berjalan terlalu jauh

 

Rino

Terus sekarang abang mau ngelakuin apa?

 

Rico

Entahlah rin, abang pasrah, kalian bener kalo karma itu ada, dan ya inilah karma yang harus abang tanggung setelah nyakitin Sita

 

Nia

Abang jangan nyerah dong

 

Ella

Bener, abang harus perjuangin Kak Sita, lagipula ini kan belum siding

 

Rico

Mana mungkin Sita mau maafin abang, dia pasti mikir “baru setelah kena getahnya aja, kamu balik ke aku”

 

Rino

Mana mungkin Kak Sita sejahat itu bang?

 

Ella

Tapi kalo menurut aku, abang tetep harus ketemu Kak Sita sebelum persidangan, masalah nanti Kak Sita mau rujuk sama abang atau engga itu urusan nanti, yang penting abang ketemu dan minta maaf sama dia, bagaimanapun abang salah dan abang belum minta maaf kan?

 

Rico

Abang gapernah minta maaf dan justru menuntut dia untuk minta maaf ke abang, sumpah abang kalian ini bodoh banget ya

 

Nia

Bang udah bang jangan kayak gitu, lebih baik sekarang abang siap-siap susulin Kak Sita di rumah orangtuanya di Jakarta, dan abang tenang aja kita semua pasti doain abang

 

Rico

(mengelap airmatanya)

(menguatkan diri)

Makasi ya

Ella, Rico dan Nia

Semangat, bang

(tersenyum)

 

Hari itu, Rico pun langsung bertolak ke Jakarta.

 

INT. TAKSI. JAKARTA. SIANG HARI

Sesampainya di Jakarta, sebuah taksi langsung mengantar Rico menuju rumah orangtua Sita. Selama perjalanan sopir taksi memutar lagu-lagu tahun 90-an. Tanpa sadar, saat lagu dari James Ingram yang berjudul Treat Her Right diputar, Rico mulai berkaca-kaca dan semakin lama lagu itu diputar air mata Rico pun tidak bisa dibendung.

 

Sopir Taksi

Loh ada apa mas?

(terkejut melihat Rico menangis)

 

Rico

Gapapa, pak, lagunya…

(menghapus air matanya)

 

Sopir Taksi

(Memberi Rico tisu)

Lagunya ga enak ya mas? Saya ga tau sih artinya, cuman saya seneng aja dengerin lagu ini, maaf ya mas harusnya saya nanya dulu mas mau denger atau engga

 

Rico

Lagunya enak kok pak, enak banget, saya terlalu menikmati liriknya sampek kebawa perasaan

 

Sopir Taksi

Emang apa mas artinya?

 

Rico

Sebuah nasihat supaya kita memperlakukan pasangan kita dengan baik dan jangan menyerah mempertahankan hubungan kita

 

Sopir

Oh gitu ya mas, saya jadi inget istri saya

(meringis)

Tapi emang bener sih mas, perempuan tuh bisa jadi apa dan bagaimana tergantung cara kita memperlakukannya

(melihat-lihat jalan sekitar)

Nah,kayak mbak-mbak itu tuh mas, kalo pasangannya baik dia pun jadi bahagia dan aura kecantikannya pun terpancar

(menunjuk seorang perempuan yang baru saja keluar dari mobil dan dibukakan pintunya oleh seorang pria, kemudian pria itu terlihat berbicara sesuatu hingga membuat si perempuan tersenyum)

 

Rico

(melihat seseorang yang ditunjuk sopir taksi)

(terkejut karena yang dia lihat adalah Sita bersama dengan laki-laki lain)

Pak, berhenti pak, saya turun disini ya

(mengemas barang-barangnya dan segera membayar)

 

Dengan membawa tas ransel di punggungnya, Rico berlari mengejar Sita.

 

Rico

Sita

(sambil mengejar Sita)

 

Sita dan laki-laki yang ada disampingnya pun menghentikan langkahnya. Setelah mengetahui bahwa Rico lah yang memanggil Sita, laki-laki itu langsung pamit dengan berbisik kepada Sita dan akhirnya melangkah menjauh meninggalkan Sita dan Rico sendiri.

 

Sita

Bang Rico ngapain disini?

 

Rico

Dia siapa?

(menunjuk laki-laki yang barusan pergi meninggalkan Sita)

 

Sita

Teman kerja Sita dulu

 

Rico

Kamu keliatan bahagia sama dia daripada sama abang

(tersenyum)

Bodoh

(memukul kepalanya)

 kenapa juga abang mikir kamu masih mau mempertahankan rumah tangga kita, buat apa juga ya

(tertawa kecil sambil menahan tangis)

Buat apa perempuan sesempurna kamu memperjuangkan laki-laki kayak abang

 

 

Sita

(menangis)

Abang ngomong apa sih?

(suaranya bergetar)

 

Rico

Jujur abang cemburu lihat kamu sama laki-laki itu

(raut muka cemburu)

(mengambil dan membuang nafas seketika)

(berusaha tersenyum)

Tapi gapapa, kamu berhak mendapatkan yang terbaik, yang lebih baik daripada abang, liat kamu seneng kayak sekarang udah lebih dari cukup

 

Sita

Sita gaada hubungan…

 

Rico

(memotong kalimat Sita)

Jangan bohong untuk menjaga hati abang, ta.

(menunduk sambil mengelap air matanya)

Abang kesini bukan untuk ganggu hubungan baru kamu, abang tahu diri, ga mungkin kamu mau balikan sama abang setelah apa yang sudah abang lakuin ke kamu, tapi abang harap kamu bisa maafin abang ya, abang bener-bener minta maaf, abang nyesel

(menatap Sita dengan penuh penyesalan)

Kamu jaga diri baik-baik ya, bahagia selalu, abang akan selalu doain kamu

(melangkah pergi)

 

Sita

(memeluk Rico dari belakang)

 

Rico

Jangan kayak gini, ta. Kalo kamu kayak gini abang akan semakin berharap untuk balikan lagi sama kamu

(melepaskan pelukan Sita)

 

Sita

(menahan tangan Rico)

(menaruh tangan Rico tepat di jantungnya)

Jantung ini ga pernah berubah bang, cuman bereaksi kalo Sita deket sama abang, Sita gapernah ngerasain ini sama orang lain

 

Rico

(kaget saat tahu detak jantung Sita)

 

Sita

(melepas tangan Rico)

Sebelum papa sama mama kecelakaan, Sita lagi teleponan sama mereka

(airmatanya menetes)

Terus… Sita.. Sita cerita… kalo kita… mau cerai

(terbata-bata)

Papa shock… dan akhirnya… kena serangan jantung… Sita denger semuanya… karena mama belum putus telepon Sita….akhirnya papa hilang kendali dan kecelakaan itu pun terjadi

(menangis sambil menutupi wajahnya dengan tangannya)

 

Rico sama sekali tak memberi tanggapan namun airmatanya langsung bercucuran.

 

Sita

(memberanikan diri membuka tangannya dan menatap Rico)

Sita yakin kalo abang tahu semua ini abang pasti ga akan maafin Sita dan ga akan pernah punya pikiran untuk ngajak Sita balikan, Sita tahu bang, Sita salah, Sita bener-bener minta maaf, kalau Sita tahu papa lagi nyetir, Sita gaakan mungkin cerita tentang rencana perceraian kita

(air matanya masih bercucuran tanpa henti)

 

Rico sadar bahwa dia tidak bisa menyalahkan Sita, ini jelas-jelas bukan salah Sita. Dalam hati Rico sama sekali tidak ada rasa marah atau dendam. Rico justru tidak menyangka bahwa sejak papa dan mama meninggal, Sita sudah tersiksa oleh perasaan bersalah yang tidak berdasar.

 

Rico

(memeluk Sita, mengelus punggungnya agar Sita tenang)

Shh… bukan ta, ini bukan salah kamu, kecelakaan papa sama mama itu sudah takdir, kamu ga boleh nyalahin diri kamu sendiri, ya

 

Sita

Iya Sita akan buang jauh-jauh pikiran itu

(mempererat pelukannya)

Makasi ya bang, Sita sayang sama abang

 

 

Rico

(melepaskan pelukannya tiba-tiba)

Apa abang ga salah denger? Tadi kamu bilang apa?

(menatap Sita dan memegang kedua pundaknya)

 

 

Sita

Sita saya sama abang

(menatap Rico dengan wajah polos)

 

Rico

Apa itu berarti abang masih bisa berharap…

 

Sita

(memotong kalimat Rico)

Abang gaperlu berharap, Sita mau kok balikan sama abang

(memeluk Rico)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

EPILOG

(6 BULAN KEMUDIAN)

 

Rico dan Sita baru saja keluar dari ruang dokter setelah Sita menjalani kontrol rutin dalam upaya menjaga kandungannya yang sudah menginjak umur 5 bulan.

 

Ella baru saja keluar dari mall bersama dengan Oca sambil membawa beberapa tas belanja. Mereka berdua tampak mengobrol dan bercanda bersama.

 

Rino sedang di rumah makan, beristirahat dengan peserta demo yang lain dan juga beberapa anggota kepolisian. Mereka semua makan bersama dan mengobrol dengan santai, hingga kemudian ponsel Rino berbunyi karena ada notifikasi bahwa nilai semesternya sudah keluar. Setelah mengeceknya, Rino pun tersenyum karena nilainya naik.

 

Nia baru saja melihat pengumuman kelulusannya di sekolah. Dia nampak sangat senang karena berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan. Saat akan pulang, tiba-tiba Nia melihat Aldo sedang menunggunya di depan pintu gerbang sekolah dengan membawa buket bunga bertuliskan “congratulations”. Tanpa berpikir panjang, Nia pun langsung memeluk Aldo.

 

Brenda dan Sagara sedang bersiap-siap untuk tampil di konsernya yang akan dimulai sebentar lagi. Saat konser dimulai, Brenda dan Sagara pun naik ke panggung dan memberikan penampilan terbaik mereka. Brenda dan Sagara sama-sama menikmati konser tersebut. Namun, tidak hanya mereka yang menikmatinya, tetapi juga seluruh penonton termasuk Rico, Sita, Ella, Oca, Rino, Nia dan Aldo.

 

SELESAI

 

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar