KARABINER
23. #22
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

68.EXT.RUMAH PAK CAHYO – HALAMAN – PAGI

Pak Cahyo berjalan sambil membawa travel bag. Wajahnya kusut terburu-buru. Di belakang, Bu Cahyo mengejar dengan susah payah sambil menggendong balita.

                        BU CAHYO

Mas, Mas! Sebenernya njenengan ini mau kemana? Ada apa?


Bu Cahyo berhasil meraih tangan Pak Cahyo, menahan agar berhenti. Bu Cahyo menatap Pak cahyo dengan wajah bingung.


                        PAK CAHYO

(Kesal) Wis ta! Kamu, saya terangke juga ndak ngerti! Ini urusanku, ora usah melu-melu!


Bu Rina, Suryajaya dan Bimantara datang. Wajah mereka serius. Bu Cahyo terkejut, Pak Cahyo gelagapan dan salah tingkah. Bu Rina menghampiri Bu Cahyo, menyalami. Disusul Suryajaya dan Bimantara.


                        BU RINA

                   Sugeng enjang, Bu Cahyo.

                        BU CAHYO

Nggih, Mangga, Bu Rina. Ada apa ini, kok kadingaren pinarak ke sini?


Suryajaya dan Bimantara mencengkram lengan Pak Cahyo. Bu Cahyo yang melihat mulai gugup bercampur bingung. Bu Rina membimbing Bu Cahyo masuk ke dalam, diikuti Pak Cahyo, Suryajaya, Bimantara.


                        SURYAJAYA

                   (Melotot) Arep minggat neng endi he?!


Bimantara mencengkeram lengan Pak Cahyo semakin kencang, melotot ke arah Pak Cahyo yang mulai keder.

                                               

CUT TO :


69.INT.RUMAH HAWA – RUANG TENGAH

Hawa dan Wilis duduk di ruang tengah saling menyandarkan kepala di pundak. Suara TV (OS).

                         HAWA

                   Lis, kamu nggak sekolah? Kamu mbolos ya?

                        WILIS

Aku ijin, ora mbolos. Khusus buat nemenin kamu hari ini dan besok.

     HAWA

Nuwun ya, Lis.


Hawa kemudian merogoh saku celananya, mengeluarkan karabiner.


                        HAWA

Lis, yang satu aku balikin. Nuwun ya, aku dadi krasa kuat cerita sama Papahku


Wilis tersenyum, lalu mengambil gantungan kuncinya. Mengambil satu diberikan pada Hawa.


                        WILIS

Padha-padha, Wa. Aku juga seneng nduwe kanca apik seperti kamu. Gara-gara krungu suaramu nembang tiap hari, sedihku ilang.

Hawa tersenyum tipis.

                        HAWA

Mungkin kita memang diketemukan buat saling menguatkan, Lis. Kaya karabiner iki..


Wilis memeluk Hawa, dan Hawa membalas pelukannya.


Ranang datang sambil membawa tas plastik besar. Geleng-geleng kepala melihat dua temannya, Ranang tersenyum.


                        RANANG

Enak ya, kalian berpelukan. Giliranku dipeluk kapan?


Wilis menoleh dan melepaskan pelukan, terkekeh, melempar bantal kecil ke arah Ranang. Wajahnya cerah.


                        WILIS

                   Ra kuliah, Mas? Mbolos ya?


Ranang berjalan mendekat ke meja tempat Wilis dan Hawa duduk.


                        RANANG

Jadwalku mengko sore. Isuk iki, jadwal jadi bodyguard ciwi-ciwi switiii komplek ini, hahaha

     WILIS

Halah, nggambus!

     RANANG

Tenaan! Aku wis dipeseni karo Pak Bima, pak Surya buat jaga kalian. Kiii, tak bawain jajanan akeh.. nyoohh..


Wilis bersorak, membuka tas plastik berisi kardus-kardus kue. Hawa tersenyum senang, matanya berkaca-kaca. Bahagia.

                                               

CUT TO :


70.MONTAGE

1. Bu Cahyo menangis sambil memukul-mukul suaminya. Pak Cahyo mencoba mengelak dan menahan pukulan, BU Cahyo semakin marah. Pak Cahyo mencoba kabur, lari keluar dari rumah. BU Rina sigap menangkap, menarik baju bagian belakang Pak Cahyo.

                        BU RINA

Heh! Arep mlayu neng endi?! Kelingan iki?! Cici tidak akan tenang sebelum kamu dikerangkeng!


Bu Rina mendekatkan foto kusam dan sudah kusut itu ke wajah Pak Cahyo yang terbelalak dan tiba-tiba pucat.


                        PAK CAHYO

                   Cici..?!( Terengah ngeri)

                        BU RINA

Kasus perkosaan dan percobaan pengguguran kandungan yang berhasil ditutup bapakmu itu, bisa jadi penguat bukti hari ini! Titenana..!


2. Pak Cahyo terduduk lesu di kantor polisi. Suryajaya dan Bimantara tak jauh dari Pak Cahyo.

3. Di Ruang Kepala Sekolah, 2 orang guru dan Bu Rina duduk tidak jauh dengan Kepala Sekolah berbicara panjang lebar. Dua guru yang ada di situ, geleng kepala. Wajah mereka tampak kesal. kepala sekolah menyimak dengan diam. Wajahnya serius.

4. Seorang guru menempel kertas di papan pengumuman Ruang Latihan, “ SMK Negeri Solo, mengundurkan diri dari peserta Festival Pelajar Surakarta.”

Anak-anak yang sedang latihan karawitan bergegas menuju papan pengumuman. Wajah mereka kaget, terbelalak, kesal, sedih, lesu.

                        SISWA 1

                   (Kesal) Tiwas kesseeell!!! Huuuu

                        SISWI 1

                   Mulih wae yo neknuu..

                        SEMUA

                   Ayo, ayo.. yooo.. muliihh..muliihh

4. Hawa dan Wilis berbaring beradu kepala di karpet, berbagi headset, mendengarkan lagu.. Somewhere Only We Know – KEANE.

                                          

FADE IN/FADE OUT


6 BULAN KEMUDIAN...


71.EXT.STADION MANAHAN – ARENA PANJAT DINDING – PAGI

Suasana di area Panjat tebing cukup ramai. Beberapa kursi disiapkan di bawah pohon peneduh. Ana anak-anak, remaja dan Anak Berkebutuhan Khusus.

Di sudut lain, spanduk membentang panjang diikat di antara pohon besar, tertulis “ EKSIBISHI PANJAT TEBING – KOMUNITAS PECINTA PANJAT SOLORAYA “.

Dua dinding tampak sibuk, tali bergoyang tarik ulur. Dinding sebelah kanan, anak-anak dan remaja bergantian. Di sisi kiri, dinding digunakan anak-anak dan remaja difabel.

Wilis masih berusaha naik ke atas. Keringat bercucuran.


                        SUPPORTER

Wilis!Wilis! Wilis! Ayo, tambaahhiii...!!


Sampai di titik tertinggi jangkauannya, Wilis menyerah. Ia meluncur turun. Tepuk tangan riuh dari teman-temannya. Wilis melihat ke arah kerumunan yang bersorak, teman-teman sekolahnya yang lama, sebagian teman mendaki, tersenyum sambil melambaikan tangan. Wilis terkejut, Dewa ada di antara teman-teman itu. wilis mengangguk sambil melepaskan pengait.

Dewa menghampiri sambil membawa botol minuman dingin.


                        DEWA

                   Memang bener, pancen kamu keren! Minum..

Wilis menerima dengan senyum.

                        WILIS

Makasih supportnya ya, Dewa. Kok kamu tahu kalo hari ini aku ikut eksibisi?

     DEWA

Kan aku keponakannya Mas Sabar, aku sering nganter ke sini. Jadi aku sering liat kamu.


Wilis ternganga tidak percaya. Ia menutup mulutnya. Dewa terkekeh.


                        DEWA (CONT’)

Kenapa, ndonya ki cilik ya?


Wilis mengangguk senang. Lalu ia mengulurkan tangan ke arah Dewa.


                        WILIS

                   Lanjut kekancan..


Dewa tersenyum lebar, menyambut uluran tangan Wilis dengan mantab.

                                               

CUT TO :

 

72.EXT.STADION MANAHAN - VELODROM                   

Wilis duduk bersandar di bangku mengamati velodrom yang ramai untuk latihan sepatu roda anak-anak. Menghela nafas, tersenyum senang. Di sampingnya Ranang dan Hawa yang menikmati es krim.

                        WILIS

(Menghela nafas lega) kayaknya udah lama nggak ngerasa plong kayak hari ini..

     HAWA

Tadi Yu Marni cerita heboh waktu kamu naik. Laporan pandangan mata kok malah kayak nguber pitik..


Ranang dan Hawa terkekeh. Mereka melihat ke arah Yu Marni dan Yu Ratmi yang sedang asik ngobrol berdua di ujung gerbang.


                        RANANG

Hari ini bukti, bahwa saling dukung bisa membuat kita tetap bisa bediri. Persahabatan kalian marai meri..

Wilis menoleh cepat. Dahinya berkerut.

                        WILIS

Loh, saiki Mas Ranang mlebu sirkel! Piye ta?!

     RANANG

(Heran) Aku?!

     HAWA

Ya pasti itu! Mas, matur nuwun ya, sudah mau temenan sama aku juga..


Ranang menepuk-nepuk pundak Hawa sambil tersenyum. Wilis dan Hawa tersenyum senang.


Establishing shot.


Velodrom perlahan semakin menjauh, mengecil, menjadi bagian dari stadion Manahan. Pohon-pohon hijau teriup angin.

                        WILIS (OS)

Mas, kapan ajar munggah gunung karo Mas Sabar?!

     RANANG (OS)

Latihan meneh sing akeh..

     HAWA

Aku melu. Lis, aku digendong ya!

     WILIS (OS)

(keluh) Hhh, penak turuu!!


Hawa, Ranang, Wilis, tertawa bersama (OS).

Stadion Manahan terlihat dari atas. Muncul animasi tulisan


“ T A M A T “.

                                               

FADE OUT

                                                                                                                         

CREDIT TITTLE

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar