5
12. INT. WARUNG - SORE HARI
Cast : Arga, Guntur, pak Tohar, Nugraha
Arga duduk bersebelahan dengan Guntur di warung itu, di hadapan mereka ada Pak Tohar dan Nugraha.
Mata Guntur sembab, ia habis menangis.
Pak Tohar menatap Arga dalam, sementara Arga sangat takut, cuma menunduk.
NUGRAHA
Tadi anak ini lihat lewat jendelamu itu bang, (menunjuk) kan udah aku bilang, mending janganlah.. Kalo gini gimana?!
PAK TOHAR
(Menyodorkan biskuit pada Arga)
Kamu.. Lihat bapak dan Guntur di dalem?
Arga mengangguk.
PAK TOHAR
(Terus menyodorkan biskuit)
Ni ambil, kok takut gitu sih,
(Tertawa kecil, duduk di sebelah Guntur, mengusap rambut Guntur)
Bapak tadi cuma maen sama Guntur, ya kan Tur? (Melirik Guntur)
GUNTUR
(Mengangguk, menoleh ke Arga)
Iya Ga, kata pak Tohar ini permainan rahasia (Guntur tiba-tiba tersenyum, mendekatkan jari telunjuk ke mulut) sssttt.. Ga boleh bilang siapa-siapa. Ini permainan anak laki. (Lalu menoleh lagi ke pak Tohar) tapi sakit, ga mau lagi.
PAK TOHAR
(Memberi satu pax cokelat pada Guntur)
Klo jajannya ditambah?
Guntur diam, berpikir.
ARGA
(Turun dari kursinya)
Aku mau pulang. (Hampir berlari, namun lagi-lagi lengannya ditarik oleh Nugraha yang duduk sengaja di dekat akses jalan)
NUGRAHA
Eh.. Sini dulu dong. Kamu, ni rotinya belum dimakan. (Memberikan biskuit yang tadi diberi oleh pak Tohar, yang ditinggalkan oleh Arga di bangku)
ARGA
(Menggeleng)
Ga mau. Tadi.. Pak Tohar, (menoleh ke pak Tohar, menahan rasa takut sampai berkeringat, pucat) pak Tohar habis perkosa Gun... - (terhenti, mulutnya dibekap oleh Nugraha)
Guntur kaget lihat Arga diperlakukan kasar.
NUGRAHA
Kamu ini ngomong apa? Jangan ngomong gitu. Sudah dibilang, itu tadi cuma maen. Jangan mikir yang aneh-aneh. (Pelan-pelan melepaskan tangannya)
Arga mengangguk, makin takut.
NUGRAHA
(Tiba-tiba tertawa hangat)
Inget, CUMA-MAIN. MAINAN ANAK LAKI, RAHASIA. (Mengusap pipi Arga) kamu ga tahu ya, semua laki pernah main ini. Cuma diem. Anak laki tuh main apapun diem, ga banyak omong, dan... (Diam, menatap lebih dalam) dan ga ngadu kayak ce-we. Ntar, jangan bilang ke siapa-siapa, ga baek. Oke? (menambahkan satu biskuit lagi)
Arga mengangguk lagi. Terpaksa menerima, tetap tampak takut.
CUT TO
13. INT. RUMAH ARGA - KAMAR ARGA - MALAM HARI
Cast : Arga
Jam dinding menunjukkan angka sebelas lewat lima belas menit. Arga berbaring di ranjangnya namun tetap terjaga.
Arga memeluk selimut, diam, memikirkan apa yang ia lihat tadi sore.
CUT TO
14. INT. SEKOLAH SD - KELAS - PAGI HARI
Cast : Arga, bu guru, murid-murid, bapak guru olah raga/footsal
Di kelas, murid-murid SD memberi salam pada seorang guru wanita yang baru saja masuk ke kelas.
MURID-MURID
(Berdiri,)
Selamat pagi bu..
BU GURU
Iya, pagi. Silahkan duduk.. (Tersenyum, memandang muridnya,)
Arga duduk di bangkunya, bangku Arga terletak sedikit di belakang. Arga sejenak ia melihat ke bangku di sebelahnya yang kosong. Bu guru tiba-tiba bertanya pada Arga sambil melihat bangku kosong di sebelah Arga.
BU GURU
Loh, Ga? Itu sebelah kamu si Guntur kan? Ke mana dia? Kok ga kelihatan?
ARGA
(Lesu, mengggeleng)
Ga tau bu,
BU GURU
(Berpaling, bicara dengan diri sendiri)
Kok ga ijin tu anak ga masuk? (Membuka buku pelajaran)
Tak lama, seorang pria tinggi dengan baju olah raga dan peluit yang terkalung di leher (guru olah raga) mengetuk pintu kelas lembut.
GURU OLAH RAGA
Permisi bu,
BU GURU
(Menoleh)
Eh, iya Pak? Kenapa pak?
GURU OLAH RAGA
Mau ajak anak-anak footsal kumpul sebentar, bincang-bincang dikit buat persiapan lusa tanding.
BU GURU
Oh, iya-iya, silahkan pak.. (Memberi ruang)
GURU OLAH RAGA
(Menoleh ke murid-murid)
Di sini siapa yang besok jadi ikut ke pertandingan footsal? Ayo ikut bapak sebentar,
Dua orang anak berdiri dan maju ke depan. Guru olah raga bingung.
GURU OLAH RAGA
(Melihat ke arah murid-murid lagi)
Si Guntur?
BU GURU
Guntur ga masuk pak,
GURU OLAH RAGA
Ga masuk?
BU GURU
Iya.
Guru olah raga mengangguk sejenak.
GURU OLAH RAGA
Hmm.. Ya udah klo gitu buk, saya ambil anak-anak ini sebentar ya (tersenyum)
BU GURU
Iya pak,
GURU OLAH RAGA
Permisi.. (Pergi dari sana dengan dua orang murid)
Arga melihat mereka meninggalkan kelas, diam. Lalu memandang lagi ke bangku Guntur yang kosong.
CUT