8. EXT. RUMAH - NIGHT
20 menit sebelumnya.
PEMBERHENTIAN MEMORI KAFI YANG KE-1. 10 tahun lalu. Kota kelahiran.
Saat itu sedang gerimis.
Kafi - 17 tahun - baru saja sampai di depan rumah Fin dengan menumpang mobil Ari - 17 tahun - teman dekatnya yang lain.
KAFI
Ribet banget, mau surprise bawa pizza sama lilin doang. Pizzanya kapan dateng, sih?
Tiba-tiba, Jen - 17 tahun, sepupu Zakiy - mendekati mobil mereka dan mengetuk kaca sisi pengemudi.
ARI
Hai, Jen. Kalau nyari sepupu lo, dia lagi -
JEN
Ngulur waktu ngajakin Fin muter-muter, kan? Zakiy barusan nelepon gue. Motornya tiba-tiba mogok. Mereka kejebak hujan. Ini gue disuruh jemput sambil bawain baju kering.
KAFI
Loh, segini masih kehitung gerimis. Mereka muter-muter ke mana, sih?
JEN
Lo tahu kan, sepupu gue kalau udah disatuin bareng Fin bisa jadi segila apa? Kayak lo biasanya nggak sebelas dua belas aja sama mereka. Intinya, gue diminta jemput. Nebeng mobil lo aja gimana, Ri? Tadi gue nebeng temen. Yuk, kalau kelamaan kasian juga itu anak berdua.
KAFI
Terus gue ditinggal?
ARI
Ambil pizza, Kaf. Gue tadi salah pesen, ternyata yang pick up, bukan delivery. Kalau gue yang ambil, nanti Fin bisa lihat dan surprisenya batal.
KAFI
Tuh, kan? Rencana surprise ini emang ribet.
ARI
Gue sama Jen cabut sekarang.
KAFI
Bentar. Gue nggak bawa kendaraan ke sini. Di rumah juga cuma ada motor. Kalau minta tolong tokonya buat delivery-in ke sini, masih bisa nggak?
JEN
Bareng temen gue aja, Kaf. Anaknya mumpung lagi nggak ada kerjaan malam ini. Langsung samperin aja.
KAFI
Tapi -
JEN
(berbisik) Temen gue itu kadang-kadang jutek dan galak. Tapi sebenernya baik, kok! Oh, jangan tiba-tiba kicep karena parasnya, dia paling nggak suka itu. Jangan kaget juga kalau lo mungkin pernah satu atau dua kali lihat dia di iklan. Dah!
Setelah Ari dan Jen pergi, Kafi menghampiri mobil lain yang terparkir tidak jauh dari rumah Fin dan mengetuk kaca sisi pengemudi.
Kaca itu perlahan diturunkan. Nala - 17 tahun, teman satu SMAnya, satu angkatan namun berbeda kelas - menatapnya dengan bingung.
KAFI
Hai. (beat) Temen lo - Jen - tadi bilang kalau lo lagi free. Jadi, gini. Gue nggak bawa kendaraan. Rumah gue lumayan jauh dari sini. Dan Ari, temen gue, nggak mau dimintain tolong buat - maksud gue ... apa lo berkenan nganterin gue ke toko pizza? Kalau ngerepotin, nggak pa-pa -
NALA
Toko pizzanya di mana?
Kafi sontak tersenyum lebar.
KAFI
Thank you! Sambil jalan nanti gue tunjukkin rutenya.
9. EXT. TOKO PIZZA - TEMPAT PARKIR - NIGHT
Kafi dan Nala selesai memindahkan 17 kotak pizza ke dalam mobil.
NALA
Langsung ke rumah Fin lagi?
KAFI
Daerah sana hujannya masih deras, jalanan juga macet. Ari ngechat gue katanya kemungkinan mereka baru sampai di rumah Fin ... satu jam lagi. Bisa jadi lebih.
NALA
(beat) Jadi?
KAFI
(beat) Udah makan? Gue tahu tempat soto yang enak di dekat sini. (beat) Tapi nggak pa-pa kalau mau langsung nganter kotak-kotak pizza ini ke rumah Fin. Biar lo bisa langsung pulang habis itu.
NALA
(beat) Tempat jual sotonya di mana? Tapi nanti gue isi bensin dulu, ya.
10. EXT. TENDA PEDAGANG KAKI LIMA - NIGHT
Kafi dan Nala duduk berhadapan, memakan pesanan soto masing-masing.
KAFI
Jadi, lo udah lama kenal sama Jen?
NALA
Satu sekolah waktu SMP.
KAFI
Oh. Kalau gue, kenal Jen waktu dikenalin Zakiy sebagai sepupunya. Pas awal-awal kelas 11. Enam bulan lalu. (beat) Tahun depan kita lulus. Udah kepikiran mau kuliah di mana?
NALA
Belum tahu.
KAFI
Lo mau nerusin karir di bidang modeling dan perfilman?
NALA
Mm, memang ada rencana ke situ.
KAFI
(beat) Apa cita-cita lo, Nal?
Nala mendongak dengan ekspresi bingung.
KAFI
Anggap aja lagi latihan buat interview bareng majalah IT! yang terkenal itu. Let's play twenty questions.
Nala tidak menjawab dan melanjutkan makannya.
KAFI
By the way, gue Kafiar. Kafi. Kelas 11-5, yang ada di ujung lorong itu.
NALA
Gue udah tahu. (beat) Tanala. Nala. Kelas 11-2.
KAFI
Ah. Gue juga udah tahu. (beat) Jadi? What do you want to do in life?
NALA
(beat) Realistis atau idealisnya?
KAFI
Idealis. Kalau realistisnya, gue udah bisa nebak. Mau jadi orang sukses, kan?
NALA
Semua orang memang pengin jadi sukses, kan? (beat) Idealisnya? Sederhana, sebenernya. Gue pengin keliling dunia.
KAFI
Sederhana sih, iya. Tapi mahal! Cita-cita lo perlu banyak duit. Dan banyak waktu.
NALA
Makanya itu, gue mulai kerja keras dari sekarang. Dan coba nyari tahu tentang dunia sebanyak mungkin yang gue bisa.
KAFI
Itu sebabnya lo suka baca buku? Jendelanya dunia?
NALA
Kata siapa gue suka baca?
KAFI
Tadi gue sempat lihat ada beberapa buku di mobil lo. (beat) Jadi, kenapa lo pengin keliling dunia?
NALA
(beat) Lo pernah ngerasa terjebak nggak, sih? Kayak, masih ada banyak hal di luar sana. So much more of the world. So much more of us. Gue khawatir kalau selama ini gue udah melewatkan sesuatu. Itulah yang bikin gue pengin pecahin bubble gue dan benar-benar lihat dunia. All of it. The good and the bad.
KAFI
Belum bisa keliling dunia, tapi minimal udah muterin kota ini, kan?
NALA
Itupun belum bisa bener-bener keliling, sih. Selama ini gue belum benar-benar punya waktu untuk bisa eksplor. Hampir setiap ada waktu luang, gue keburu capek duluan dan milih untuk diem di rumah.
KAFI
Ah, iya. Lo juga seorang model dan aktris.
NALA
Masih pemula. Belum ada apa-apanya.
KAFI
Soon. Lo akan sampai ke sana. Pasti nggak susah bagi lo.
NALA
(beat) Maksudnya, nggak susah karena rupa fisik gue? Atau karena ibu gue? Lo pasti pernah denger kan, tentang ibu gue?
KAFI
Maksud gue -
NALA
Makannya udah beres, kan? Gue langsung anter ke rumah Fin.
11. EXT. RUMAH - DEPAN PAGAR - NIGHT
Kafi dan Nala tidak ada yang bersuara sepanjang perjalanan pulang.
KAFI
Ehm, makasih. Hati-hati pulangnya. (beat) Soal yang tadi -
NALA
Lo nunggu di mana? Pegang kunci rumahnya Fin? Orangtuanya emang lagi nggak ada?
KAFI
(beat) Sial. Kuncinya dipegang Ari. Dan iya, orangtuanya lagi di luar kota.
NALA
Ari yang pegang kunci?
KAFI
Fin punya dua kunci. Kunci cadangannya dititipin ke Ari. Ari itu ... udah kayak sosok bapak kedua bagi gue, Fin, dan Zakiy. Kalau ada apa-apa, pasti larinya ke Ari.
NALA
Kalian sering main musik bareng, ya?
KAFI
Jen yang bilang?
NALA
Gue juga beberapa kali pernah lihat kalian main di ruang musik sekolah.
KAFI
Well, iya. Gue main gitar. Zakiy drum. Ari kadang main bass, kadang gitar. Vokal diisi sama Fin, kadang juga dia main keyboard.
NALA
Main musik itu ... sekadar hobi atau sesuatu yang pengin lo jalani dengan serius ke depannya?
KAFI
Belum tahu. Mungkin akan cuma jadi sekadar hobi. Mungkin suatu hari nanti akan jadi hobi yang ditekuni secara formal dan dibayar. Yang jelas, bagi gue pribadi, musik punya tempat yang cukup spesial.
NALA
(beat) Kenapa emangnya?
KAFI
(beat) Musik membantu gue melewati malam. Gue punya insomnia. (beat) Lo nggak pulang? Orangtua lo nggak nyariin?
NALA
Ayah gue lagi di luar kota. Gue juga masih harus nungguin Jen. Dia pasti males untuk balik sendiri.
Kafi tiba-tiba menguap.
KAFI
Aneh. Gue tiba-tiba ngantuk.
NALA
Yakin, lo memang insomnia? Atau karena lo kebanyakan makan? Tadi soto. Terus dilanjut beberapa potong pizza.
KAFI
Ya, gimana? I'm a growing boy, Nal.
NALA
Intinya, lo mau tidur atau enggak? Kalau nggak, gue yang tidur. Nggak keberatan, kan?
KAFI
Silakan. (beat) Makasih udah direpotin. Kalau lo mau langsung pulang dan tidur di rumah -
NALA
Nggak apa-apa. Gue udah bilang, kan? Nanti waktu Jen dan temen-temen lo itu udah deket, bangunin gue.
KAFI
Oke, kalau gitu. (beat) Nggak apa-apa kan, sambil puterin musik? Pelan aja, kok.
Nala mengangguk, sebelum meringkuk di kursinya.
KAFI
Nal?
NALA
Mm?
KAFI
Soal yang tadi ... gue minta maaf. Bukan karena fisik lo. Atau siapa ibu lo. (beat) Sebelum ini ... sejujurnya gue udah pernah lihat beberapa karya lo. And they were good. Lo pantas karena kemampuan lo. (beat) Over everything else.
Nala tidak memberikan tanggapan.
Kafi menghubungkan ponselnya dengan pengeras suara mobil. Tidak lama kemudian, irama musik bertempo lambat terputar pelan.
Ponsel Kafi bergetar. Kafi mengeluarkannya dan membaca pesan masuk dari Ari. Isinya: "Udah deket, nih. Paling lima belas menitan lagi sampai. Siap-siap."
Kafi melirik ke samping, sebelum kembali memasukkan ponselnya ke saku celana.