21 INT. HOTEL HILTON – KAMAR 2 – MALAM
Magello dan Kirana tiba kembali di hotel. Jam di kamar menunjukkan pukul 1 dini hari. Ponsel Magello berdering. Ada pesan masuk dari Alena: AKU TUNGGU BESOK PAGI JAM 8 DI TAMAN BALAIKOTA.
Magello menelepon Alena. Namun, Alena tidak menjawab panggilannya. Ponselnya hanya berdering.
KIRANA
Siapa?
MAGELLO
Alena.
KIRANA
Kekasih? Mantan?
Magello mengangguk. Sekali lagi ia mencoba menelepon Alena. Tapi tetap tidak dijawab. Kirana melirik ponsel Magello dan melihat pesan Alena.
KIRANA (CONT’D)
Kenapa dia mengirim pesan?
MAGELLO
Dia ingin bertemu denganku besok pagi.
FADE IN:
22 INT. HOTEL HILTON – KAMAR 2 - PAGI
Magello sudah siap-siap berangkat. Kirana memasang wajah tak senang dengan mengerutkan alisnya. Magello berjalan ke arah pintu. Kirana mendahuluinya dan berdiri di mulut pintu mencegat Magello.
KIRANA
Aku ikut.
MAGELLO
Untuk apa?
KIRANA
Aku ini tunanganmu.
MAGELLO
Iya. Aku tahu.
KIRANA
Sebagai tunangan, aku perlu tahu apa yang kalian bicarakan.
MAGELLO
Memangnya kau tahu apa yang ingin kami bicarakan?
KIRANA
Mungkin dia ingin ngajak balikan.
Kirana ngotot ingin ikut. Ia terus berdiri di depan pintu menghalangi Magello.
MAGELLO
Tolong mengertilah, ini urusan pribadi.
Kirana diam seribu bahasa. Wajahnya tampak kecut. Setelah itu, ia menatap Magello.
KIRANA
Tapi jangan lama!
MAGELLO
Dua jam.
KIRANA
Satu jam.
Magello melihat jam tangannya.
MAGELLO
Baiklah.
CUT TO:
23 EXT. TAMAN BALAIKOTA – AREA TAMAN - PAGI
Magello memarkir motornya di tempat parkir. Alena sudah menunggu di bangku-bangku taman. Untuk beberapa saat, Magello hanya berdiri mengamati Alena dari kejauhan.
Magello menghampiri Alena.
ALENA
Aku pikir kau tidak akan datang.
MAGELLO
Kau tahu aku tidak pernah menolak keinginanmu.
Suasana terlihat kikuk.
ALENA
Bagaimana kabarmu, El?
MAGELLO
Kau sudah tahu jawabannya.
Alena terdiam. Ia memperhatikan keadaan sekitar. BEBERAPA ORANG terlihat sedang bersantai.
ALENA
Aku ingin minta maaf kepadamu, El. Kau pasti terkejut melihatku datang bersama Angga.
Magello tak memberi respons. Ia hanya menunggu Alena menjelaskan.
ALENA (CONT’D)
Kami bertemu di Jakarta tahun lalu. Aku butuh teman berbagi dan Angga-lah orang yang selalu ada untukku di saat-saat tersulit dalam hidupku setelah perceraian orang tuaku. Perhatiannya yang lebih dari siapapun membuat aku jatuh cinta kepadanya. Kami punya kehidupan yang sama. Angga juga broken home. Perasaan senasib itulah yang mungkin menyeret hati kami untuk bersatu.
Suasana hening. Alena memandang sepasang remaja yang berpegangan tangan dengan mesra tak jauh dari tempat mereka sedang duduk.
MAGELLO
Apakah aku tidak peduli padamu?
ALENA
Aku tidak bilang kau kurang perhatian kepadaku. Tapi aku ingin lebih.
MAGELLO
Bukankah aku selalu meneleponmu. Aku bahkan meneleponmu hampir setiap hari.
ALENA
Tapi aku butuh bahu untuk bersandar saat aku benar-benar lelah dengan semua masalah dalam hidupku. Bukan sekadar suara lewat telepon yang memintaku kuat dan bersabar. Aku butuh tangan yang bisa aku gapai yang membuatku yakin kalau hari esok masih bisa membuatku tersenyum.
Suara Alena mulai serak. Magello memandangi wajahnya dan tampak merasa bersalah.
MAGELLO
Betapa buruknya aku sebagai kekasih.
Hening kembali. Magello menghela napas.
MAGELLO (CONT’D)
Sepertinya aku memang pantas dicampakkan. Yang aku sesalkan hanya caramu menunjukkan kekuranganku. Seharusnya kau memberitahuku sejak awal. Kalau kau memintaku datang ke Jakarta atau kemanapun ketika kau sedang bersedih, aku pasti datang.
ALENA
Maafkan aku, El. Aku tidak bermaksud menyalahkanmu. Aku hanya sedikit terbawa emosi. Aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu. Tapi ...
Alena menghentikan kalimatnya. Ia mengambil selembar tisu dari tasnya kemudian menghapus air matanya.
MAGELLO
Tapi apa?
ALENA
Kita tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi. Aku sudah jahat padamu. Aku sudah mengkhianatimu.
Magello dan Alena sama-sama terdiam. Alena mulai terisak. Butuh beberapa menit sebelum ia bisa menguasai kembali perasaanya. Ia memandang Magello lalu tersenyum.
ALENA (CONT’D)
Siapa gadis itu?
MAGELLO
Kirana.
ALENA
Kalian tampak serasi.
Magello hanya menggerakka alisnya ke atas.
ALENA (CONT’D)
Dia memelukmu di bandara. Aku melihatnya. Jujur, saat itu aku merasa cemburu padanya.
MAGELLO
Aku tidak tahu siapa dia. Aku tidak mengenalnya. Ia datang bersama ibunya.
ALENA
Lalu, kenapa dia memelukmu?
MAGELLO
Aku tidak tahu. Aku pikir ada hubungannya denganmu.
Alena menggeleng.
ALENA
Kau menyukainya?
MAGELLO
Kau tahu aku hanya mencintaimu.
ALENA
Kau menyukainya?
Alena mendesak Magello, ingin tahu bagaimana perasaannya pada Kirana.
MAGELLO
Aku tidak tahu.
ALENA
Aku tidak akan memaksa kalau kau tidak ingin membicarakannya.
Ponsel Alena berdering. Ia mengeluarkannya dari dalam tas kemudian menatap layarnya. Setelah itu, ia menoleh ke belakang. Seorang pemuda melambaikan tangan. Itu Angga.
ALENA (CONT’D)
Baiklah, aku harus pergi, El. Angga menungguku. Hari ini kami akan kembali ke Jakarta.
MAGELLO
Alena ...
ALENA
Tolong jangan hubungi aku lagi. Kita memang bukan jodoh, El. Terima kasih sudah mencintaiku selama ini. Sampaikan salamku untuk ibu, ayah, dan Dini. Suatu hari nanti aku akan datang ke rumahmu untuk meminta maaf pada mereka.
Alena meninggalkan Magello.
CUT TO:
24 EXT. TAMAN BALAIKOTA – AREA TAMAN- PAGI
Alena mendatangi Angga. Mereka tampak mengobrol serius. Angga menunjuk ke arah Magello. Alena meraih tangan Angga lalu mengajaknya ke tempat parkir dan pergi meninggalkan Taman Balaikota.