Hari mulai mendung, langit terlihat gelap. Nenek memandangi langit dengan menutupi dahinya. Agar tidak silau.
Nenek berhenti berjalan dan melihati langit yang gelap tiba-tiba menurunkan hujan.
Nenek berbelok ke sebuah rumah tutup dengan teras didepannya.
Rumah ini ditengah jalan, sekitarnya, tak ada rumah lagi. Cuaca sudah gerimis.
Nenek
Mohon untuk ikut numpang berteduh nak, (teriak sekenanya dari luar).
Dua remaja terlihat berlarian dengan tenang dari kejauhan. Tiba-tiba berbelok keteras dan ikut serta bersama nenek.
Dua bocah itu menyapa dan nenek itu membalas sapaannya.
Nenek
Mau kemana?
Remaja A
Dari lari-lari nek.
Nenek
Wah, iya, masih hujan. Disini saja.
Remaja A
Ya, nek. Itung-itung mengistirahatin kaki,
Nenek itu diam senang mendengarnya.
Dua remaja itu terlihat berdebat, entah untuk apa. Tapi saling sikut sebentar ada diantara mereka.
Remaja B
Kamu panggilin pacarmu untuk menjemput kita.
Remaja A
Naik apa? Orang dia nggak bisa naik motor
Remaja B
Ya gimana-lah gitu caranya. Kan rumahnya dekat sini.
Remaja A
Alah gausah, kita tunggu saja. Bentar lagi paling reda.
Remaja B mengangguk, lalu mereka terlihat duduk menyelonjorkan kaki.
Remaja B
Pendaftaran Bulan ini, kira-kira kita bisa kejar target berlari apa nggak ya?
Remaja A
Nggak tahu.
Remaja B
Lah, gimana? Bukannya kita harus memenuhi target.
Remaja A
Ah, gue males narget-narget segala.
Remaja B
Lah, aneh banget. Semua orang butuh target.
Remaja A
Kagak gitu. Yang penting memaksimalin diri, nguatin diri. Entah melewati target atau nggak, itu urusan nanti.
Remaja B
Untung-untung kalau lewat, kalau nggak. Kalah lah kita.
Remaja A terlihat diam, ia resapi dalam-dalam kata-kata Remaja B.
Remaja B
Target itu untuk pelecut. Ah aneh lu. Kita harus 6 kali putaran 12 menit.
Remaja A
Iya, tapi itu akan membuatku puas.
Remaja B
Puas itu manusiawi.
Remaja A
Nggak gitu, kan kita masih bisa mengembangkan diri.
Remaja B
Ya tinggal targetnya ditingkatkan.
Remaja A
Nah, justru itu, aku ingin meningkatkan potensi. Nggak usah pakai target-target.
Remaja B
Terserah lah.
Remaja A dan B itu saling diam. Remaja B berdiri dan melihati langit dari ujung teras.
Remaja A berdiri dan meloncat-loncat streching rajin didepan rumah orang.
Remaja B
Ini hujannya lama kelihatannya.
Remaja A tidak menanggapi. Ia masih meloncat-loncat.
Nenek itu diam saja, ia memerhatikan dua orang itu sedari tadi.
Remaja A, melakukan streching sebentar dan ingin beramah tamah dengan nenek didepannya.
Remaja A
Mau kemana nek?
Nenek
Pulang nak.
Remaja A
Rumahnya mana nak?
Nenek
Situ (ia menunjuk ke arah ujung jalan)
Remaja A
Oh, dibawah bukit.
Nenek hanya mengangguk.
Nenek
Hendak daftar apa memangnya? Kok lari-lari?
Remaja A
Hendak daftar tentara.
Nafas nenek itu terhembus cukup berat, tapi ia tetap tersenyum. Ada yang disembunyikan.
Sorot mata nenek itu sayu, memandangi jalan sekitar.
Di depan teras rumah orang yang hujan deras itu. TIba-tiba seorang perempuan datang dengan menggunakan payung.
Remaja A kaget melihatnya.
Remaja A
Kok bisa tahu kita disini?
Remaja Perempuan
Iyalah, aku tahu.
Remaja A
Tahu darimana?
Remaja Perempuan
Tahu dari hatimu
Remaja A terlihat terganggu dengan ini. Memang dia tahu darimana sebenarnya.
Remaja Perempuan
Aku tahu dari hatimu, bener, sumpah.
Remaja A akhirnya mengangguk.
Nenek itu tersenyum.
Remaja perempuan itu berjalan ke ujung teras dan melihat hujan. Ternyata hujan cukuplah deras.
Beramah-tamah, perempuan itu mengangguk melihat nenek itu.
Remaja Perempuan
Mau kemana nek?
Nenek
Pulang
Remaja Perempuan
Rumahnya mana nek?
Nenek
Situ (menunjuk ujung jalan.)
Remaja perempuan itu berjalan ke pacarnya dan membisikinya sesuatu. Lalu, mereka tiba-tiba berjalan pergi dengan payungnya dibawah hujan.
Remaja B ikut membuntut dibelakangnya. Dengan payung yang tidak terlalu besar itu, mereka bertiga bergerombol di dalam payung.
Tiba-tiba, Remaja B mendorong Remaja A agar sedikit menyingkrih. Dari teras ini, dorong-dorongan itu terlihat.
Hingga akhirnya ketiga remaja tadi terjatuh, bergelimpangan dan basah. Semua terlihat tertawa bahagia. Malah bermain air karenanya.
Nenek itu memandangi dengan senang.
Remaja Perempuan tadi tiba-tiba berlari ke teras, menghampiri nenek tadi. Sambil membawa payung yang basah.
Remaja Perempuan
Nek, pakai saja payungnya. Tidak usah sungkan. Dirumah masih ada banyak.
Nenek
Tidak usah, sebentar lagi terang kok.
Remaja Perempuan
Pakai saja. (Menaruh payung lalu berlari meninggalkan nenek itu)
Nenek
Terimakasih (berteriak)
Remaja perempuan itu hanya melambaikan tangannya sambil berlari-lari bersama dua remaja tadi.
Tapi hujan masihlah deras. Deras sekali. Bahkan angin menambahnya deras.
Beberapa truk dan mobil-mobil lewat. Pemotor dengan mantel juga terlihat melintas. Namun jarang-jarang.
Nenek itu melihat jam yang terpasang di dinding teras. Lumayan lama juga ia disini.
Nenek itu akhirnya membuka payung basah dan berupaya berjalan diantara hujan.
Hujan semakin deras. Nenek kadang berani, kadang juga tidak. Beberapa sambaran guntur juga membuatnya bingung.
Langkahnya bingung, namun sudah ia pasang payung di punggungnya yang bungkuk.
Lampu dari dalam rumah yang ia tumpangi tiba-tiba menyala. Perasaannya tak enak.
Nenek itu memandangi rumah dengan raut sedih. Ia berjalan dengan payungnya pergi sekenanya.
Belum sempat pergi, pintu rumah itu tiba-tiba terbuka. Seorang laki-laki paruh baya keluar sambil mengucek-ngucek matanya. Meregangkan badan sambil bangun tidur.
Laki-laki
Kemana nek? Masih hujan loh
Nenek
Mau pulang. Maaf kalo saya mengganggu.
Laki-laki
Mengganggu apa. Malah saya senang bisa membantu. Disini saja, tenang dulu.
Nenek itu tidak jadi melangkah keluar. Ia berjalan masuk kedalam dan laki-laki itu mengeluarkan kursi plastik dari dalam rumahnya.
Laki-laki
Mah, mamah. Tolong buatin teh hangat ya (teriaknya di dalam rumah)
Laki-laki itu memersilahkan nenek itu untuk duduk.
Laki-laki
Pakai gula nek?
Nenek
Tidak usah repot-repot.
Laki-laki
Tidak pakai gula buk. (Teriaknya)
Nenek
Maaf, saya lagi puasa.
Laki-laki
Oh, baik nek maaf.
Laki-laki itu berjalan pelan masuk kedalam rumah, keluar lagi membawa kursi dan mendudukinya.
Laki-laki
Mau kemana lho sebenarnya nek?
Laki-laki itu mengeluarkan rokoknya. Menaruh di bibir dan menyulutnya.
Tapi sayang, koreknya mungkin mampet. Akhirnya rokoknya tidak berbunyi, ia menyimpannya lagi di kotaknya.
Nenek
Pulang
Laki-laki
Rumahnya mana nek?
Nenek
Disana (ia menunjuk ujung jalan)
Laki-laki
Dimana nek tepatnya?
Nenek
Di bawah batu besar
Laki-laki itu terhenyak. Batu besar sangatlah jauh darisini.
Laki-laki
Itu jauh lho nek, jauh sekali.
Nenek
Ya nggak-lah. Mungkin nanti malam sampai.
Laki-laki itu menggaruk-garuk pelipisnya.
Laki-laki
Naik apa memangnya nek?
Nenek
Jalan kaki.
Laki-laki
Allahu Akbar. Jauh lho nek. Kenapa tidak naik bus saja.
Nenek
Tidak, saya ingin jalan kaki kok memang. Lagipula, saya nggakpunya uang.
Laki-laki itu terlihat bingung dan menggaruk-garuk rambutnya.
Laki-laki
Nenek tadi darimana memangnya?
Nenek
Dari rumah anak, terus ke rumah sakit. Saya juga nggak ingat.
Laki-laki
Batu Besar itu jauh loh nek. Sudah berjalan darimana saja tadi memangnya?
Nenek
Dari rumah sakit
Laki-laki
Rumah sakit mana?
Nenek
Rumah sakit yang disamping sungai ituloh.
Laki-laki
Hah? Nenek tadi berjalan darisana?
Nenek
Iya.
Laki-laki
Allahu Akbar. Jarak darisini kesana, ada 20 kilometer loh nek.
Tiba-tiba, seorang perempuan muncul dari pintu sambil membawa teh yang ingin disuguhkan.
Laki-laki
Nenek iniloh, dari Rumah Sakit Sungai Panjang sana, mau ke pulang, jalan kaki.
Perempuan itu tertegun kaget.
Perempuan
Memangnya mau kemana nek?
Nenek
Batu Besar.
Perempuan itu kaget.
Perempuan
Diantar saja yok nenek ini. Sampai ke perempatan pos polisi saja. Nanti disana Nenek bisa naik bus.
Laki-laki
Iya, nanti saja ya nunggu terang.
Perempuan
Jangan. Kelamaan nanti. Ayo
Perempuan itu masuk kedalam rumah, laki-laki itu tetap tenang namun ia masih tak percaya.
Perempuan itu keluar dari daun pintu rumah. Bersama laki-laki kecil dan perempuan kecil, perempuan itu mengunci pintu depan dan membawakan kunci mobil pada suaminya.
Perempuan
Ayo berangkat, ayo sekarang.
Laki-laki itu berdiri dari duduknya, berjalan pergi ke belakang rumah.
Terdengar suara raungan mesin mobil van khas orang desa, dan mobil itu berjalan didepannya.
Perempuan
Kamu masuk dulu ya, (katanya pada kedua anaknya yang membuka mobil dan masuk sendiri)
Ayo nek masuk.
Nenek itu diam
Nenek
Tidak usah, terimakasih, saya sangat berterimakasih. Tidak usah. Saya nanti tak berjalan saja.
Perempuan
Ayolah. Nanti anak nenek pasti nyariin. Ayo makanya sekarang nenek harus sampai rumah segera.
Nenek itu tetap diam, tertegun. Akhirnya perempuan itu datang dan menuntunnya ke mobil.
Sempat ogah-ogahan, tapi nenek itu akhirnya mengikuti apa yang dibicarakan orang itu.
Nenek masuk di kursi tengah, sedang bersama perempuan tadi. Sedang anaknya yang perempuan duduk dibelakang, yang laki-laki duduk disamping bapaknya.
Mobil berjalan pergi diantara hujan.