Eksterior Depan Rumah Sakit
Hari masihlah pagi, beberapa orang terlihat duduk-duduk di motor yang diparkir di halaman rumah sakit.
Orang-orang yang tertidur diatas tikar dibawah pohon taman juga terlihat menyebar.
Nenek itu berjalan membungkuk sambil menyapa semua orang satu persatu saling mengangguk.
Nenek itu berjalan pergi keluar gapura ke jalan raya.
Jalan Raya
Jalan raya, nenek itu berjalan dengan tenang. Pagi-pagi ia melihati bocah-bocah berangkat sekolah dengan riang.
Bocah-bocah SD yang berjalan kaki menyapa nenek dengan suara kecilnya.
Bocah-bocah SMP dengan sepeda menyapa mengangguk.
Bocah-bocah SMA menyapa dengan sepeda motornya.
Nenek itu berjalan terus sambil menikmati aroma pagi hari.
Jalanan ramai dengan orang-orang yang belanja di tukang sayur, menyapa nenek itu. Nenek itu menyapanya ramah.
Jalanan semakin ramai semakin siang, nenek itu tetap saja berjalan membungkuk.
Nenek
Berangkat sekolah nak?
Anak-anak
Iya nek, mari nek.
Nenek
Iya
Nenek terus berjalan, berjalan, dan berjalan. Sambil membungkuk, ia terus berjalan.
Ekst. Jalanan
Nenek itu berjalan, lelah ia mengusap-usap keningnya. Bertemu dengan beberapa bocah SD yang bersiap berangkat ke sekolahnya.
Mereka rapi-rapi menggunakan baju SD. Namun nenek itu memerhatikan dua orang.
Bocah laki-laki dengan adiknya perempuan kecil. Bocah laki-laki itu murid SD, sedang adiknya masih belum sekolah.
Bocah laki-laki itu menggunakan tas, baju seragam, dan sepatu. Sedang adiknya, memakai kaos, sandal, namun membawa tas.
Terlihat dari kejauhan adik perempuannya menarik kakaknya pergi ke sekolah, sedang kakaknya ogah-ogahan.
Adik dan kakak itu saling berdebat, saling tarik menarik tas. Nenek itu memerhatikan dari jauh.
Hingga adiknya tiba-tiba menangis, membuang tasnya dan berlari kearah nenek itu sendiri. Kakaknya dibelakangnya mengejar.
Adik
Nenek, nenek, lihatlah kakak. (Sambil mengucek matanya)
Nenek
Ada apa?
Adik
Aku tidak boleh ikut sekolah.
Nenek
Kenapa?
Adik
Tidak tahu, aku benci kakak.
Nenek tersenyum, ia melihat Adik dengan wajah yang tenang.
Kakaknya menyusul dibelakangnya.
Kakak
Kamu dirumah saja, bermain dirumah saja.
Adik
Aku tidak mau dirumah
Kakak
Aku ingin sekolah.
Adik
Aku ikut.
Kakak
Tidak boleh
Adik
Kakak jahat. (ia berlari kebelekang nenek sambil menangis)
Nenek
Ada apa memangnya jika adikmu ikut?
Kakak
Aku malu.
Nenek
Malu kenapa?
Kakak
takut ditertawakan teman-teman.
Nenek itu tersenyum. Tas yang dibuang dan berserakan tadi dibereskan oleh nenek. Dimasukkan semuanya, buku, bolpen, buku gambar.
Kakak
Ayo pulang saja. Aku tidak sekolah.
Adik
Kenapa?
Kakak
Jika aku tidak sekolah. Apa kau juga mau sekolah?
Adik
Tidak, (jawabnya pasrah).
Kakak
Yasudah, mari pulang.
Nenek
Jangan pulang, ini masih pagi. Dimana sekolahmu, ayo kuantar.
Kakak
Nggak nek, pulang saja.
Nenek
Ayo. Adikmu lho baik. Kau akan jadi anak yang baik kan disekolahan?
Adik
Iya, aku akan menjadi anak yang baik.
Nenek
Lihatlah, dia akan menjadi anak yang baik
Kakak itu diam, ia kesal dengan nenek itu. Nenek itu tak membelanya.
Nenek memerhatikan kakak itu, tenang lalu tersenyum.
Nenek
Yasudah, sekolahlah nak, aku akan menemani adikmu.
Kakak itu berjalan pergi duluan. Nenek itu memberikan tasnya pada adiknya berjalan mengekor dibelakang.
Lumayan jauh mereka berjalan, namun bocah perempuan itu terlihat riang berjalan dibelakang.
Tapi kakaknya terlihat diam tak memerhatikan.
Bocah itu diam dan berjalan kedepan apa adanya. Mereka sampai di sekolahan SD.
Ekst. Depan Gerbang SD
Kakaknya masuk kedalam gerbang, dengan beberapa teman yang sudah menyambutnya. Melihat itu, tiba-tiba adiknya diam ketika kakaknya masuk.
Nenek
Ada apa?
Adik itu diam saja.
Nenek
Yasudah, kita tunggu disitu saja ya. (Tunjuk nenek pada pohon di depan sekolahan)
Adik itu mengangguk dan bersiap berjalan kesana.
Suara lonceng dan kentongan terdengar lumayan keras. Bocah-bocah SD masuk kedalam
Adik itu bermain-main riang, diatas pasir dan rumput dan tertawa-tawa.
Adik
Nek, nenek waktu kecil juga sekolah?
Nenek
Sekolah
Adik
Menyenangkan?
Nenek
Menyenangkan.
Adik
Kenapa ya aku kok tidak boleh masuk ke sekolahan?
Nenek
Boleh, siapa yang bilang tidak boleh.
Adik
Kata kakak tidak boleh.
Nenek
Kakakmu memang bilang tidak boleh, tapi sebenarnya boleh kok. Dulu nenek kalau sekolah malah mengintip dari jendela.
Adik
Kenapa nek?
Nenek
Karena nenek belum bisa sekolah. Nenek gak punya uang.
Adik itu tetap bermain, di depan sekolahan ia bermain-main apa adanya.
Hari lumayan siang dan beberapa penjual bergerombol datang ke depan gerbang.
Adik itu memandangi beberapa penjual itu. Ia lalu memandangi nenek itu.
Adik
Aku ingin itu nek (katanya sambil menunjuk penjual)
Nenek
Oh kau tidak ingin sekolah?
Adik
Tidak
Nenek
Kenapa?
Adik
Aku pengin mainan
Nenek
Sekolah itu bermain. Ayo kuantarkan main. Kita intip kelas dari luar.
Adik itu diam, nenek berjalan menyebrang jalan masuk gapura. Adik itu sebenarnya tidak mau.
Sedikit malas, dan berdiam diri. Adik itu akhirnya berjalan menyebrang. Nenek itu menyambutnya dengan senyum rekah.
Mereka masuk ke sekolah.
Ekst. Luaran Kelas
Nenek dan Adik mengintip pembelajaran dari luar. Adik itu mengeluarkan tas dan seolah-olah ikut belajar seperti murid.
Nenek itu menghibur disampingnya. Mengajarinya mengeja kata yang ada di buku-buku bekas kakaknya.
Tiba-tiba seorang guru menghampiri.
Guru
Ada apa ini? (tanyanya ramah)
Adik
Saya ingin belajar
Nenek berdiri dan beramah pada gurunya
Nenek
Ini, kakaknya sekolah. Dia pengin ikut, tapi kakaknya malu. Saya tadi menunggu didepan, siapa tahu nanti kakaknya pulang.
Guru
Oh, kakaknya kelas berapa dik?
Nenek
Kelas dua
Guru
Ayo ikut saya, nanti biar ikut belajar di kelas satu.
Akhirnya guru dan adik itu berjalan pergi, nenek dari kejauhan menyapa dengan senyum rekah. Adik itu juga membalas dengan senyum manisnya. Adik tadi masuk kelas.
Nenek itu pergi, berjalan keluar gapura,