SCENE 30. EXT - DIDEKAT BLOK M - PAGI MENDUNG BERKABUT
Kita kembali pada Anton dan Shinta, mereka berdua sedang berjalan sambil terus terlihat waspada. Anton terlihat membuka petanya disebelah Shinta, peta itu telah diberi tanda rute BERWARNA MERAH untuk tahu kemana arah gerak mereka.
ANTON
Kita sekarang udah di deket Blok M, kayaknya gelang ini ngarahin kita supaya kearah Senayan.
SHINTA
(tersenyum) Blok M, dulu saya sering kesini sama anak-anak saya. Belanja, makan-makan, nonton, saya masih ingat kenangan-kenangan saya disini.
ANTON
Saya...gak ada ingetan apa-apa tentang Blok M mbak.
SHINTA
Aduh, sayang banget... Padahal disini makanannya enak-enak loh ton.
ANTON
Mungkin saya pernah kesini tapi saya gak inget apa-apa.
SHINTA
Iya, dulu saya sama anak saya tuh suka makan di kios-kios yang ada disini sama anak-anak saya bla bla bla bla (Shinta terus berbicara)
Mereka mulai mendekat ke kawasan Blok M. Anton tiba-tiba meletakkan jari telunjuknya ke bibirnya, menyiruh Shinta untuk diam. Papan bertuliskan BLOK M SQUARE telah terlihat.
Mereka berjalan di komplek pertokoan itu, dimana seluruh kiosnya kosong dan tak punya pemilik. Anton terus menengok ke kanan dan ke kiri, waspada. Shinta terlihat tegang. Tapi mereka mendengar suara seperti orang sedang mengobrol, mereka mendekati sumber suara itu dengan HATI-HATI. Mereka bergerak ke sisi kiri dekat agar tidak mudah terlihat dari atas gedung parkir.
SCENE 31. INT - GEDUNG PARKIR BAWAH - PAGI MENDUNG DAN BERKABUT
Dafa sedang mengecek pintu satu persatu di gedung parkir itu, ia membawa crossbow-nya dengan erat. Ada satu pintu yang ia dekati, saat ia memeriksanya PINTU ITU TERNYATA PUNYA SIMBOL PISAU DAN PERGELANGAN TANGAN. Dafa terlihat panik dan bersiap untuk naik keatas agar bisa mengabarkan yang lainnya, saat dia ingin naik keatas, disisi gedung dekat tempat untuk naik IA MELIHAT DUA ORANG YANG SEDANG BERJALAN DI PINGGIRAN PERTOKOAN (tujuannya agar tidak kelihatan).
Dafa yang panik langsung turun cepat kebawah untuk mendekati orang-orang itu, tapi ia berusaha untuk bergerak tanpa suara. Sesampainya dibawah IA LANGSUNG MENODONGKAN SENJATANYA pada 2 orang itu, mereka adalah ANTON dan SHINTA. Anton dan Shinta kagetnya bukan main, mereka langsung mengangkat tangan. Dafa terlihat SANGAT TEGANG.
DAFA
(tegang) Buang! Buang golok lu, pelan-pelan.
Anton awalnya ragu, kemudian akhirnya dia meletakkannya di tanah secara perlahan. Lalu ia mengangkat tangannya.
DAFA (CONT'D)
Mbak juga, pisaunya buang!
Shinta lalu membuang pisaunya ke tanah. Shinta juga mengangkat tangannya.
SCENE 32. EXT - ROOFTOP GEDUNG PARKIR BLOK M - PAGI MENDUNG DAN BERKABUT
Caca dan Marso melihat kebawah, mereka berdua melihat Dafa yang sedang menodongkan senjatanya kearah 2 orang asing.
MARSO
Mbak, kita harus turun sekarang!
Pak Marso langsung mengambil stik golfnya yang ada di lantai, dia bergegas untuk turun kebawah. Tapi Caca hanya diam dengan wajah lesu dan ketakutan.
MARSO
(persuasif dan tenang) Loh mbak, kita harus samperin mas dafa, takutnya ada apa-apa. Kita harus buruan.
CACA
Saya... saya... (keluar air mata) saya takut pak.
MARSO
Gak usah takut mbak, ada saya, saya akan lindungin mbak kalau ada apa-apa.
CACA
(takut) Saya gak bisa pak, saya takut banget...
MARSO
Mbak, kalau mas dafa sampe kenapa-kenapa tanggung jawabnya di kita. Ayo, saya lindungi mbak.
CACA terlihat ragu-ragu dan SANGAT TAKUT, namun akhirnya mengambil pemukul baseball yang ia letakkan di lantai dekat sisi gedung. Mereka akhirnya turun.
KEMBALI KE SCENE 31
DAFA (CONT'D)
Lu berdua kenapa ngendap-ngendap kesini?
ANTON
(menantang) Di tempat kayak gini, lu ekspektasi buat gua jalan nyantai dan normal-normal aja gitu? Gua cuma waspada aja karena denger suara temen-temen lu diatas.
DAFA
Lu bukan orang-orang bertopeng itu kan?
ANTON
Kalau lu emang udah pernah ketemu mereka, lu tau kalo mereka pake topeng dan mereka gak bisa ngomong jelas. Gua bukan "Hunter" bro.
DAFA
Apa bukti lain kalau lu bukan termasuk orang-orang itu?
KEMBALI KE SCENE 32
Pak Marso dan Caca masih berlari turun dari gedung parkir.
KEMBALI KE SCENE 31
ANTON
Gua gak ada bukti kalau gua bukan bagian dari orang-orang itu, tapi di tas gua, ada informasi berharga yang bisa gua kasih tau ke elu yang berhubungan dengan mereka.
DAFA
Gak gausah, gausah buka tas lu.
KEMBALI KE SCENE 32
Pak Marso dan Caca masih turun dan berlari ke sisi lain karena tempat untuk turunnya harus berpindah sisi. Ketika berlari kearah tempat turun di sisi lainnya, sebuah pintu tiba-tiba mengeluarkan suara. Marso dan Caca berhenti, mereka melihat pintu itu dengan penasaran. PINTU ITU TERNYATA ADALAH PINTU PISAU DAN TANGAN.
Gelang mereka tiba-tiba langsung bergetar sangat kencang, pintu itu kemudian terbuka. DARI PINTU ITU KELUAR MAKHLUK DENGAN TOPENG PUTIH HITAM HURUF ROMAWI V WARNA PUTIH, HARUSNYA DIA KELUAR DARI PINTU KARYAWAN TAPI SAAT PINTU ITU TERBUKA DI BELAKANG MAKHLUK BERTOPENG ITU ADALAH SEBUAH JALANAN YANG KOSONG . Makhluk bertopeng terlihat KAGET, berteriak, dan langsung melompat kearah CACA.
Hunter V menggunakan cakar panjang besi di tangannya, ia mencakar tangan Caca yang reflek melindungi diri.
CACA
(berteriak) AAAHHHHH!!!!
Hunter V kemudian berteriak dengan suara aneh lalu dari pintu itu keluar bola yang terlihat seperti bom asap, Marso yang tanggap langsung menarik tangan Caca yang berdarah-darah lalu, bom tersebut kemudian meledak saat mereka berlari.
KE SCENE 31
Anton, Shinta, dan Adel masih berbicara (disini kejadian barusan BELUM TERJADI).
ANTON
Okay, jadi gimana cara gua yakinin lu?
Tiba-tiba gelang mereka bergetar sedikit kencang dan mereka langsung menatap gelang masing-masing. Teriakan perempuan terdengar tak lama kemudian diikuti dengan suara teriakan yang tidak manusiawi.
DAFA
Hunter...
Terlambat, tiba-tiba ada semacam flashbang (bom kilat) yang menggelinding ke arah mereka.
ANTON
(teriak) Tutup mata mbak!!!
Bom kilat itu meledak, cahaya putih menyelimuti layar scene. Suara teriakan Hunter terdengar jelas, semua kebingungan. Hunter menyerbu mereka tiba-tiba.