Jakarta Killing Ground - Script
6. "Manusia-Manusia Terakhir di Jakarta" - Chapter 6 - ACT 2

SCENE 27. EXT - DIDEPAN APOTEK - PAGI MENDUNG DAN BERKABUT

Anton dan Shinta kini ada di depan sebuah Apotek, Anton melilit tangannya dengan perban, menggantikan kain yang sebelumnya dia pakai. Wajahnya yang sedikit luka karena dihajar, kini terlihat diolesi salep.

SHINTA

Saya rasa, semua ini bukan mimpi ton. Gaada mimpi yang bener-bener nyata kayak gini. Apa yang saya liat sekarang dan sebelumnya, bener-bener jelas.

ANTON

Ini nyata mbak, semua ini real. Rasa sakitnya juga bukan boongan, semuanya real.

Anton dan Shinta kembali berjalan. Shinta terlihat berpikir.

SHINTA

(penasaran) Kalau boleh tau, apa hal yang sekarang masih kamu inget?

Anton berpikir sejenak.

ANTON

Saya ingat beberapa hal-hal yang penting dalam hidup saya aja. Tapi sisanya saya lupa semua, saya bener-bener gabisa inget.

Anton kemudian menyadari kalau ia tidak bisa ingat apa bisnis yang ia jalani.

ANTON (CONT'D)

Saya juga ingat kalau saya seorang pebisnis, tapi saya gak tahu apa bisnis saya. Saya gak bisa inget.

SHINTA

(mengejek, tapi dengan nada ramah) Hah? Pebisnis? Mana ada businessman kurus lusuh begini, laki-laki kaya atau nggak tuh diliat dari perutnya mas atau paling nggak ototnya lah.

Anton hanya menyeringai.

ANTON

(murung tapi mencoba tegar) Hmph, mungkin aja saya pebisnis gagal, gak ada yang tau juga kan.

SHINTA

(merasa bersalah) Saya gak maksud nyinggung kamu loh ya, mungkin aja kamu bisnis kopi-kopi jadi penampilannya begini. (diam sejenak) Detail mengenai bisnisnya tapi kamu gak bisa inget sama sekali?

ANTON

Iya, sama sekali.

SHINTA

Aneh, saya juga lupa tentang kehidupan saya. Kecuali pekerjaan saya, anak-anak dan mantan suami saya. Ingatan kita.. seperti DIPILIH MANA YANG HARUS DIINGAT.

Anton memerhatikan Shinta berbicara.

SHINTA (CONT'D)

(sedih dan khawatir) Saya terus kepikiran anak kembar saya, tapi saya lupa sama sekali tempat tinggal saya dimana. Gimana cara cari mereka di kota seluas ini?

ANTON

Saya gak bisa tau pasti, ada baiknya kita ikutin peraturan yang ada biar kita bisa cepat keluar dari sini.

SHINTA

Tapi seenggaknya, saya harus coba cari mereka berdua. Seenggaknya saya harus usaha.

ANTON

Itu gak mungkin mbak, Kita gak bisa ke tempat lain, mbak tau kan konsekuensi kalau kita gak terus mengikuti arah di gelang kita?

SHINTA

Saya berani ambil resiko itu kok, saya gak bisa bayangin kalau mereka berdua ternyata masih disini. Mereka bakal mati kalau ketemu orang-orang aneh itu.

ANTON

(menasehati) Mbak, coba lebih rasional. Kalaupun mbak mau cari mereka, mbak mau keliling Jakarta jalan kaki? Disini semua kendaraan mati, Mobil, Motor, Bajaj, semuanya mati. Bahkan sepeda pun anehnya gaada sama sekali di Jakarta. Kita belum cek MRT, tapi kemungkinannya kecil banget untuk mereka bisa nyala. Kenapa kita gak coba selesaikan ini semua aja, mungkin kita bisa dapat solusi yang lebih baik?

SHINTA

Tapi hati saya gak tenang, mereka anak-anak saya, gak ada orang tua yang gak khawatir di kondisi kayak gini, gak ada ton. Mungkin kamu emang belum pernah ngerasain rasanya kehilangan orang lain kayak saya.

ANTON

(marah) Mbak! Saya juga, saya juga kehilangan. Orang saya bener-bener peduli juga hilang dari hidup saya, apa saya juga harus cari-cari dia disini sekarang? Saya yakin, bukan dia yang hilang, bukan anak-anak ibu yang hilang, tapi kita, kita yang dikirim kesini dan cuma waktu yang bisa jawab kenapa.

SHINTA

(emosi) Terus saya harus apa!? Bunuh semua orang bertopeng itu? Suara itu bilang kita harus habisin mereka semua, tapi emang semudah itu untuk bunuh manusia lain? Saya gak bisa Anton! Saya gak bisa lagi kayak tadi.

ANTON

(manipulatif) Kalau mbak mau ketemu anak-anak mbak lagi, cuma itu caranya. Cuma terus MEMBUNUH dan pergi ke utara yang mungkin bisa bikin kita balik ke orang yang kita sayangi.

Shinta hanya diam, dia tidak lagi membalas Anton.

ANTON (CONT'D)

Kita harus menyelesaikan ini semua, dan gaada jalan mundur, kita harus terus maju. Masih ada orang lain disini, kita harus cari mereka.

CUT TO

SCENE 28. EXT - PUNCAK GEDUNG PARKIR BLOK M SQUARE - PAGI MENDUNG DAN BERKABUT

Seorang pria yang terlihat sudah berumur menatap kebawah dari gedung parkir BLOK M SQUARE menggunakan binocular (teropong), dia seperti mengawasi sesuatu.

TULISAN "MELAWAI, JAKARTA SELATAN" DI POJOK KANAN BAWAH

Dia adalah MARSO (48), pria jawa yang bertubuh normal dan punya perawakan ramah. Di belakangnya ada laki-laku yang terlihat masih muda 20-an dan perempuan yang terlihat masih sangat muda. Mereka adalah Dafa (25) dan Caca (19), Dafa berdiri sambil memegang sebuah crossbow dan Caca tidak membawa apapun.

Dafa punya perawakan agak berisi dan rambutnya rapih, tingginya rata-rata. Marso adalah bapak-bapak jawa yang terlihat sederhana, keriput sudah mulai terlihat pada romannya dan perutnya sedikit tambun. Caca adalah seorang peremuan muda cantik dengan perawakan eksotis, dia terlihat heboh dengan penampilannya yang INDIE DAN EDGY.

MARSO

(LOGAT JAWA CAMPUR JAKARTA) Gaada orang sama sekali mas, gelang kita juga ndak ada yang getar kan.

DAFA

Serius pak marso?

MARSO

Saya sudah lihat sekitar tempat daritadi TAPI orang bertopengnya sudah ngilang, mas dafa juga udah muter-muter seluruh komplek kan? Sudah cari kedalem restorannya juga kan?

DAFA

Sudah pak, orang itu bener-bener gak ada di dalem restorannya. Begitu dia masuk kedalam, dia gak ada lagi.

CUT TO

SCENE 29. EXT/INT - DIDEPAN RESTORAN "KASHIWA" - PAGI MENDUNG DAM BERKABUT (FLASHBACK)

Hunter yang punya topeng hitam berangka romawi "V" warna putih seperti sedang lari ke arah restoran jepang bernama KASHIWA. Dibelakangnya ada Dafa yang mengejar sambil membawa crossbow (ada efek suara bergetar tanda gelang milik dafa mengetahui adanya Hunter), Hunter V berbelok kearah restoran, Dafa menembak panah ke arah Hunter V dengan CEROBOH dan tidak mengenai makhluk bertopeng itu dan anak panahnya menempel di tembok. Dafa kesal karena tidak mengenainya, ia langsung menyusul dengan cepat dan naik ke tangga untuk masuk ke restoran. Pintu restoran memiliki SIMBOL PISAU DI DEKAT PERGELANGAN TANGAN.

Begitu memasuki pintu itu, restoran tersebut kosong melompong, tak ada tanda-tanda hunter SAMA SEKALI. Dafa awas dan was-was, dia memegang crossbownya dengan erat dan sigap. Getaran pada gelangnya sudah tidak ada, ia menyisir satu restoran tetapi makhluk bertopeng itu lenyap.

Dafa mengecek seluruh kemungkinan untuk makhluk itu keluar, tapi tidak ada satupin tempat dimana makhluk itu bisa kabur dan hilang begitu saja. Kebingungan, Dafa keluar dari Kashiwa dengan roman penasaran. Ia menatap gelangnya untuk menunggu getaran yang mungkin ada, tapi getaran itu tak pernah muncul.

BALIK KE SCENE 28.

DAFA (CONT'D)

Bener-bener hilang begitu aja, Hunter nomor 5 itu hilang begitu masuk kedalam Kashiwa.

CACA

(Meragukan) Lo gak salah liat? Udah cari dalem2 restoran kan?

DAFA

(Meyakinkan) Gaada ca, gelang gua bahkan udah ga getar sama sekali. Ada yang aneh, ada simbol di pintu restoran nya.

CACA

Simbol?

DAFA

Iya, simbolnya sama kayak yang kita liat pas mau ke Senayan, di pintu-pintu yang kita liat pas jalan kesana.

MARSO

(penasaran) Gambarnya sama mas? Pisau juga?

DAFA

Iya pak, dan saya rasa ini bukan kebetulan. Ini bisa jadi kayak semacam pola, pola yang mungkin bisa jadi kunci buat kita.

MARSO

Aneh sekali ya, waktu ndak bisa jalan, kota jadi sepi merinding begini, ono wong sing pake topeng-topeng, sekarang pintu iso bikin ngilang.

DAFA

Udah gaada lagi yang aneh lagi disini pak, kita belum cek komplek Blok M buat tau apakah pintu-pintu itu ada lagi atau ngga. Kita harus cari tahu.

CACA

Daf, gue asli capek banget. Daritadi lo udah ajak kita jalan dari SINI sampe SENAYAN dan balik lagi, tapi gaada hasil sama sekali, sia-sia.

DAFA

Dengan kita liat ada pintu dan dinding di SENAYAN itu, kita seenggaknya tau ca, KITA GAK BISA JALAN LEBIH JAUH KE UTARA, kita harus cari tau apa yang bikin pintu itu gak bisa kebuka.

CACA

Caranya? Kita bahkan gak dikasih clue apa-apa sama SUARA TAI itu gimana caranya buat buka pintu kearah Senayan itu.

MARSO

Hus! Mbak kok mulutnya kasar banget ya? Kalau cuma ngumpat-ngumpat kayak gitu, kita cuma bakal makin bingung loh.

CACA

Gak gitu pak, kita daritadi cuma disini aja entah berapa lama dan gak tau sama sekali harus gimana. Kita bener-bener kayak orang bego yang lagi ujian dan gak tau harus jawab soalnya pake apaan!

DAFA

(menenangkan) Kita harus tenang ca, kita harus terus mikir caranya buka pintu di SENAYAN, kalau nggak kita gak bisa gerak ke utara.

CACA

(sedih) This is literally the worst you know? Gue bener-bener gak bisa mikir sama sekali, apa yang harus kita lakuin sekarang.

Pak Marso berjalan ke pinggiran gedung parkir dan mengemut rokok di bibirnya. Ia sebat (merokok) ditengah keributan dua orang anak muda yang berapi-api. Dia menatap lanskap Jakarta yang terlihat biru tapi agak mendung, biru karena semua kendaraan di Kota telah mati.

CACA (CONT'D)

(sedih) Temen-temen nongkrong gue, kucing gue, orang tua gue, gua inget mereka semua. Tapi, where are they?

DAFA

(mencairkan situasi) Gatau, lu tanya pak Marso juga dia jawabannya gak tau ca. Jadi ya... kita basically fucked.

Marso tiba-tiba memotong.

MARSO

Mbak Caca (jeda) Mbak caca merokok atau nggak?

CACA

Iya saya merokok pak, kenapa emangnya? Mau nawarin saya?

MARSO

(menawarkan rokok)Iya, ini sampeyan mau gak? Daripada sedihhhh terus, sini nyantai sama saya aja.

DAFA

Loh, masa perempuan ditawarin rokok pak?

MARSO

Hahaha, santai aja toh mas, kalau pas kota rame kan perempuan merokok ya diliat orang-orang. Sekarang Jakarta kosong begini, orang-orang sing lebay itu wes gaada toh?

DAFA

Gak ada pak

MARSO

Ya yowes! Sini mbak Caca nyangkruk sama saya

CACA

Siap pak marso!

Caca bergegas menghampiri Marso. Tapi dia kaget saat mengambil rokok Marso ternyata ROKOK KRETEK.

CACA

(nada manja) Duh! Saya gak mau ih yang kayak gini, kalo yang menthol mau deh saya.

MARSO

Mbak e cobain dulu aja, hisap rokoknya sambil lihat pemandangan . Kapan lagi kan liat Kota mbak yang tercinta sepi kayak gini?

CACA

Yaudah sini deh pak, i guess a single kretek won't hurt...

MARSO

Saya ndak paham mbak ngomong apa barusan, tapi ayo saya bantu nyalakan.

Caca mengemut rokok itu, Marso menyalakan rokok tersebut. Caca menghisap rokok tersebut, kemudian dia terbatuk.

CACA

(batuk-batuk) Hoek, gaenak pak rasanya strong banget!

MARSO

Kalau baru pertama gitu mbak, coba isep lagi tapi jangan ditahan di paru-paru. Langsung keluarin aja.

Caca kembali menghisap rokok itu, tapi hanya ditahan dimulutnya lalu dikeluarkan.

CACA

Eeee... tetep gaenak pak...

DAFA

(kesal lucu-lucu) Pak! Saya gak diajak juga??

MARSO

Kamu bukannya bilang kalau gak ngerokok ya? Saya mah menghormati mas Dafa aja.

DAFA

Eeee, gapapa deh pak. Mumpung lagi asik suasananya, masa saya ditinggal sendiri.

MARSO

Yaudah sampeyan kesini dong!

DAFA menghampiri mereka berdua, ia mengambil rokok yang ditawarkan Marso.

DAFA

Makasih pak, saya nyalain sendiri aja.

Dafa menyalakan rokok, ia lalu mengisapnya dan... terbatuk.

MARSO

Hahaha, katanya kamu sebelum bangun disini pengangguran wong stres? Masa gak pernah ngerokok sama sekali?

DAFA

Hahahaha, makin miskin saya pak kalau beli rokok terus. Mending saya maen GAME di PS aja deh, alternatif candu lebih hemat, maennya pake kaset KW, Seru loh pak.

MARSO

Nanti kalau kita bisa keluar dari sini, kita nanti bisa balik ke tempat kita masing-masing, saya ke jualan bakso saya, mbak caca kembali kuliah dan ketemu sama temen-temennya, dan mas dafa kembali nganggur sambil maen ps.

DAFA

(cengengesan) Aduh kayaknya saya paling jelek motivasi baliknya ya (menggaruk kepala)

CACA

(positive vibe) Seenggaknya kita punya motivasi buat keluar dari sini. Manusia-manusia terakhir di Jakarta, harus bisa ngalahin suara sialan di kuping kita masing-masing.

Mereka bertiga menatap Kota Jakarta yang kosong, sambil menghisap rokok berkali-kali, intim.

DAFA

Kita harus cek pintu-pintu yang mungkin ada simbol itu, saya curiga pak kalau MEREKA BISA PINDAH-PINDAH pake pintu itu.

MARSO

Hah? Pindah-pindah?

DAFA

Iya pak, di video game itu ada istilahnya fast travel, kalau di bahasa indonesia-in jadi apa ya ca?

CACA

Perjalanan singkat.

DAFA

Nah iya, intinya pintu bisa dipake buat pindah-pindah gitu, ini hipotesis saya aja ya.

MARSO

Jadi orang-orang itu bisa kemana-kemana suka-suka mereka gitu ya?

DAFA

Iya pak, ini bahaya banget jadi kita harus cari pintu-pintu yang ada disini, saya khawatir mereka nanti dateng lagi. Dan kita gak siap sama sekali.

Fast travel adalah sebuah alat di berbagai gim video yang digunakan karakter untuk berpindah cepat, biasanya hal ini dilakukan untuk mengurangi waktu perjalanan agar pemain TIDAK PERLU susah-susah berjalan jauh.

MARSO

Yowes, pas rokoknya abis kita langsung cari dalem Mal dan gedung parkir ya? Saya temani Caca diatas sini, kalau ada apa-apa langsung panggil aja keatas.

DAFA

Oke pak.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar