ACT 1
1.INT. SMAN SAWATA – RUANG KELAS – MORNING. 1
Mereka berdua, sahabat yang dilanda berjuta masalah namun, tetap langgeng dan saling membutuhkan satu sama lain. Diistilahkan kembaran kesayangan guru SMA SAWATA.
2. EKS. WARUNG DEPAN SEKOLAH – MORNING. 2
Mayang memanggil Tale dengan Nada suara terdengar diseret seperti menggoda lelaki. Membuat Tale menoleh.
Mayang mempercepat langkahnya segera, lalu memukul pundak Tale keras dan tertawa kecil.
Mayang berjalan melewati Tale dan menuju ke warung. Mayang membeli sesuatu, mungkin cilok atau sosis. Soalnya ini warung hanya menjual dua menu itu. Selebihnya tidak ada, makanya anak cowok yang hobinya makan jarang ke warung ini. Mereka lebih berjalan menjauhi area sekolah untuk mencapai warung di dekat pertigaan, warung nasi paket komplit.
Tale berjalan mendekati Una yang kini sibuk mempersiapkan pesanannya sendiri dan juga milik sahabatnya. Sementara Bu warung sedang sibuk menggoreng sosis atau cilok milik pelanggan SMA SAWATA. Semakin lama semakin berdatangan kaum hawa.
Selesai membeli camilan, mereka berdua kembali memasuki sekolah. Padahal sudah jam setengah tujuh, sekolah masih lumayan sepi.
Tale menghentikan langkahnya begitupun Una yang berjalan di samping Tale, keduanya saling berpegangan tangan.
Seketika Una menoleh ke arah yang dimaksud Tale.
Tale tertawa tengil, memang berniat mengusili sahabatnya. Una menarik sahabatnya untuk kembali berjalan menuju kelas.
Tak terasa perjalanan mereka sudah singgah di depan kelas. Begitulah jika diiringi oleh topik tak bermakna hingga tak sadar dunianya sendiri.
3. INT. SMA SAWATA – RUANG KELAS 12 IPS 3 – DAY. 3
Memasuki jam ke tujuh hingga delapan diisi oleh mapel bahasa Indonesia. Yang mengisi ialah bapak Arka Rafasya. Guru awet muda namun, sudah menikah. Tapi masih digoda kaum pelajar.
Beliau memanggil anak kesayangannya sambil sibuk membuka buku paketnya.
Pria itu menoleh, menatap muridnya.
Tale tampak kebingungan lalu memilih bertanya.
Tale mengangguk paham.
Segeralah Tale mengambil kursi miliknya. Ia seret menaiki panggung kelas, tempat meja guru. Kursinya agak jauh dari milik Pak Arka namun, guru itu menyeretnya menjadi lebih dekat. Dan menepuk kursi milik Tale, menyuruhnya duduk.
Tanpa membalas perkataannya, Tale langsung duduk. Badannya terasa gemetar. Bulu kuduknya meremang, lalu jantungnya berdetak kencang.
Tale mulai mengatur dirinya dengan cara menarik napas panjang. Sementara Pak Arka sambil menjelaskan buku nilainya kepada Tale. Kedua mata Tale fokus memperhatikan.
Tale yang merasa tidak tenang, berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi ketegangannya. Dan dirinya mulai mengambil beberapa buku untuk dinilai.
BIG CLOSE UP:
Tale menggeleng tak habis pikir dengan coretan tangannya, terlihat jauh berbeda. Hasilnya buruk.
Tale memberanikan diri bertanya kepada guru yang duduk di sampingnya. Sepertinya beliau sudah selesai menerangkan point bab pertama.
Pak Arka meraih buku nilainya dan mencari wilayah kosong. Lalu mencoretnya dengan pena biru. Langkahnya termasuk lekas.
Mencobanya beberapa kali namun, tetap saja. Terpaksa tak memerlukan ttd, Tale hanya mencoret abjad yang diperoleh sesuai jawaban yang tertulis. Jawaban benar semua A+ dan nilai paling buruk B-.
Kringgg (FX)
Bunyi bel sekolah menandakan berganti jam pelajaran. Tugas Tale belum selesai, masih ada beberapa buku yang belum selesai ia koreksi.
Tale mengangguk dan tersenyum ramah.
Pak Arka berjalan meninggalkan ruang kelas 12 IPS 3 untuk melanjutkan langkahnya mengisi kelas lainnya.
4. INT. RUANG KELAS 12 IPS 5 – DAY. 4
Seluruh murid kelas 12 IPS 5 menjawab salamnya. Ada yang pelan, ada yang di dalam hati. Bahkan ada yang mengabaikannya.
Tale berjalan mendekat dengan memasang wajah senyumnya.
Selesai memberikan buku nilai, Tale pergi meninggalkan kelas 12 IPS 5. Tentunya menahan rasa malu karena di tatap beberapa mata di kelas itu.
5. INT. RUMAH TALE – DAPUR – NIGHT. 5
Suasana nyaman dan hangat kini menemani Tale. Memasak bersama Ibu untuk menyiapkan makan malam.
Malam ini memasak gorengan. Bukan gorengan tempe melainkan itu potongan sayur terong.
Usai menggoreng semua potongan terong. Tale duduk manis di atas kursi plastik sambil bermain ponselnya, menunggu ibunya datang untuk membuat bumbu sambal goreng karena Tale tak tahu racikannya.
Tale berniat mengalihkan pandangan yang mampu membuat kedua matanya penasaran
Tale berteriak kencang dan dirinya berlari menjauhi ular belang yang berjalan ke arah barat, mendekati sumur.
Pria gagah itu membawa tombak dari kayu. Dia sosok ayah yang membuat Tale menangis kadang kesal. Namun, semenjak ia tumbuh dewasa, ia selalu menatap ayahnya dengan merasa sedih.
Perempuan itu menaruh barang cuciannya yang sudah bersih di atas teras dapurnya. Ia lewat halaman belakang. Wanita itu tampak gelisah mendengar terikan putrinya.
Tale menjelaskan dengan wajah panik.
Ibu dua anak itu cemas. Karena ular yang dimaksud putrinya merupakan ular berbisa dan berbahaya.
Senyum sekilas ia perlihatkan. Membawa ular yang sudah tak bernyawa dengan kayu besarnya, menggelantung. Memang hal ini akan terjadi entah sampai kapan karena halaman rumah belakang Tale adalah hutan pinus milik kepala desa setempat. Hewan berbisa sudah seperti biasa berkeliaran karena disana tempat mereka.
Ibu dan anak itu merasa lega. Menunggu di luar dan sempat mencemaskan kepala keluarga.
6. INT. RUMAH UNA (PERUMAHAN MEWAH) — NIGHT. 6
Pria muda yang duduk di ujung meja pajang berbentuk oval. Tatapannya tajam pada putrinya.
Gadis itu tahu maksud ayahnya. Namun, ia sengaja mempertanyakannya.
Pria awet muda itu bertanya dengan tatapan sinis.
Sebetulnya hati gadis itu sakit. Rasanya Una ingin bebas, tetapi apa boleh buat jika takdirnya harus seperti ini.
Pri itu tampak menyelesaikan makan malamnya. Makan malam dengan segelas susu vitamin dengan sepiring buah mangga. Meninggalkan putrinya setelah menjelaskan kemauannya. Sementara Una hanya mengangguk diam saja.
Setelah menghabiskan tiga macam menu,Una melangkah ke kamar mandi umum rumahnya. Lalu, Salah satu jarinya ia masukkan ke dam mulutnya dan ia berhasil membawa makanan yang ada di perutnya. Hingga tubuh gadis itu melemas.
Gadis itu menangis.