Its Oky Tale
1. Masa percobaan masuk sekolah

ACT 1


1.INT. SMAN SAWATA – RUANG KELAS – MORNING.         1


UNA
Ikut yuk, ke warung depan!


TALE
Kantin? Kopsis?


UNA
Lu lupa? Kantin lagi gulung tikar. Masa copid masih, Le. Apalagi kopsis, mereka udah gak sempat buka. 


TALE
Eh, iyaaa, ya


Mereka berdua, sahabat yang dilanda berjuta masalah namun, tetap langgeng dan saling membutuhkan satu sama lain. Diistilahkan kembaran kesayangan guru SMA SAWATA. 


TALE (VO)
Namaku Tale, gadis yang berasal dari keluarga sederhana. Bukan anak konglomerat, bukan anak raja, dan bukan pula anak ulama besar. Intinya bukan anak orang-orang penting. Diriku sosok yang memiliki cita-cita setinggi langit. Berharap, apa yang aku mimpikan berhasil terwujud demi keluargaku. Aamiin. 


2. EKS. WARUNG DEPAN SEKOLAH – MORNING.         2


MAYANG
Leee, Talee!


Mayang memanggil Tale dengan Nada suara terdengar diseret seperti menggoda lelaki. Membuat Tale menoleh. 


TALE
Apa yang?


MAYANG
HISSS..., lu ye. Gak usah panggil gue yang. Bikin inget aja sama diri sendiri kalo gue zomblo.


TALE
Muka kamu itu keknya udah jelas, mau kepoin masalah pengakuanku kemarin di ruang tataboga.


Mayang mempercepat langkahnya segera, lalu memukul pundak Tale keras dan tertawa kecil. 


MAYANG
Nah, itu lo tau. Btw, sana Le. Ungkap in ke dia!


TALE
Gak lah! Gue masih ada harga diri, ya!

MAYANG
HALAH! Nanti di embat orang lain, lo nanges.


Mayang berjalan melewati Tale dan menuju ke warung. Mayang membeli sesuatu, mungkin cilok atau sosis. Soalnya ini warung hanya menjual dua menu itu. Selebihnya tidak ada, makanya anak cowok yang hobinya makan jarang ke warung ini. Mereka lebih berjalan menjauhi area sekolah untuk mencapai warung di dekat pertigaan, warung nasi paket komplit. 


UNA
punya lo mateng Le. Mau di kasik balado atau diulek pake cabe?


TALE
Ulek aja, sama kek punyamu


Tale berjalan mendekati Una yang kini sibuk mempersiapkan pesanannya sendiri dan juga milik sahabatnya. Sementara Bu warung sedang sibuk menggoreng sosis atau cilok milik pelanggan SMA SAWATA. Semakin lama semakin berdatangan kaum hawa. 


Selesai membeli camilan, mereka berdua kembali memasuki sekolah. Padahal sudah jam setengah tujuh, sekolah masih lumayan sepi. 


Tale menghentikan langkahnya begitupun Una yang berjalan di samping Tale, keduanya saling berpegangan tangan.


TALE
Na, katanya kamu di kopsis kagak ada apa-apa? Lo bilang kosongan, tu kok ada?


Seketika Una menoleh ke arah yang dimaksud Tale. 


UNA
Mas Ziyan?

TALE
Iya, embet aja. Beli dia, bisa kenyang kan? Dia kan cogan jadi lo kagak perlu makan. Itung-itung diet. 


Tale tertawa tengil, memang berniat mengusili sahabatnya. Una menarik sahabatnya untuk kembali berjalan menuju kelas. 


UNA
Gue sih bisa aja beli dia. Tapi masalahnya satu, dia mau kagak sama gue?

TALE
Kalo dia nolak gampang, tinggal pelet aja.


UNA
Astagfirullah, tobat Le.

TALE
Lu yang tobat, udah tau punya pawang masih aja lirik cogan.

UNA
Dia mah berubah akhir-akhir ini, gue jadi capek. Pengen kek lu aja, gak pernah pacaran dari dulu.

TALE
Virus kebaikan gue nular juga akhirnya. Btw berubah gimana, Na?

UNA
Udah, jangan cerita. Ternyata dia udah di kelas.
(Una berbicara pelan)


Tak terasa perjalanan mereka sudah singgah di depan kelas. Begitulah jika diiringi oleh topik tak bermakna hingga tak sadar dunianya sendiri. 



3. INT. SMA SAWATA – RUANG KELAS 12 IPS 3 – DAY.        3


Memasuki jam ke tujuh hingga delapan diisi oleh mapel bahasa Indonesia. Yang mengisi ialah bapak Arka Rafasya. Guru awet muda namun, sudah menikah. Tapi masih digoda kaum pelajar. 

PAK ARKA
Le, Sini!

Beliau memanggil anak kesayangannya sambil sibuk membuka buku paketnya. 

TALE
Iya, Pak? Ada apa? 
(Gadis itu sudah berdiri di depan meja gurunya)


Pria itu menoleh, menatap muridnya.


PAK ARKA
Bisa bantu saya? 


Tale tampak kebingungan lalu memilih bertanya.


TALE
Bantu apa ya, Pak?

PAK ARKA
Bantu koreksi tugas teman-teman kamu, saya ngejar materi soalnya dua minggu lagi harus selesai kata kepala sekolah.


Tale mengangguk paham.

TALE
Iya, Pak. Saya siap membantu.


PAK ARKA
Ambil kursi gih! Duduk sini.


Segeralah Tale mengambil kursi miliknya. Ia seret menaiki panggung kelas, tempat meja guru. Kursinya agak jauh dari milik Pak Arka namun, guru itu menyeretnya menjadi lebih dekat. Dan menepuk kursi milik Tale, menyuruhnya duduk. 


PAK ARKA
Duduk, Le!


Tanpa membalas perkataannya, Tale langsung duduk. Badannya terasa gemetar. Bulu kuduknya meremang, lalu jantungnya berdetak kencang.


TALE (VO)
Gue mimpi atau gimana ini? Duduk di samping idola?


Tale mulai mengatur dirinya dengan cara menarik napas panjang. Sementara Pak Arka sambil menjelaskan buku nilainya kepada Tale. Kedua mata Tale fokus memperhatikan. 


PAK ARKA
Paham, Tale?


TALE
Paham, Pak.


Tale yang merasa tidak tenang, berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi ketegangannya. Dan dirinya mulai mengambil beberapa buku untuk dinilai. 

BIG CLOSE UP:


TALE (VO)
Aduh ... mana ttd gue gak sama lagi. Udah berkali-kali coba kok kayak cakar ayam?


Tale menggeleng tak habis pikir dengan coretan tangannya, terlihat jauh berbeda. Hasilnya buruk.


Tale memberanikan diri bertanya kepada guru yang duduk di sampingnya. Sepertinya beliau sudah selesai menerangkan point bab pertama. 


TALE
Eee, Pak. Ini tanda tangannya Bapak gimana? Saya tidak bisa menirunya.


Pak Arka meraih buku nilainya dan mencari wilayah kosong. Lalu mencoretnya dengan pena biru. Langkahnya termasuk lekas. 


PAK ARKA
Gini Le. Tinggal sat set sat set, jadi. Gampang kan? 

TALE
Saya coba lagi, Pak.

PAK ARKA
OKE.


Mencobanya beberapa kali namun, tetap saja. Terpaksa tak memerlukan ttd, Tale hanya mencoret abjad yang diperoleh sesuai jawaban yang tertulis. Jawaban benar semua A+ dan nilai paling buruk B-.


Kringgg (FX)


Bunyi bel sekolah menandakan berganti jam pelajaran. Tugas Tale belum selesai, masih ada beberapa buku yang belum selesai ia koreksi. 

PAK ARKA
Nanti kalau sudah selesai antarkan ke 12 IPS 5 ya, Le. Saya ada di sana.


TALE
Iya, Pak.


Tale mengangguk dan tersenyum ramah. 


Pak Arka berjalan meninggalkan ruang kelas 12 IPS 3 untuk melanjutkan langkahnya mengisi kelas lainnya. 


4. INT. RUANG KELAS 12 IPS 5 – DAY.               4


TALE
Assalamualaikum.


Seluruh murid kelas 12 IPS 5 menjawab salamnya. Ada yang pelan, ada yang di dalam hati. Bahkan ada yang mengabaikannya. 


PAK ARKA
Waalaikumsalam, sudah Le?


Tale berjalan mendekat dengan memasang wajah senyumnya.


TALE
Sudah, Pak.


Selesai memberikan buku nilai, Tale pergi meninggalkan kelas 12 IPS 5. Tentunya menahan rasa malu karena di tatap beberapa mata di kelas itu. 


5. INT. RUMAH TALE – DAPUR – NIGHT.              5

Suasana nyaman dan hangat kini menemani Tale. Memasak bersama Ibu untuk menyiapkan makan malam. 


AINAYYA
Le, jaga gorengannya ya. Ibu masih mau ke sungai mau cuci peralatan dapur dulu. Oh ya, nasinya jangan lupa di ulek, masih baru pasang itu, ibu. 


TALE
Siaap, Bu. 
(Tale tersenyum sambil menggenggam spatula)


Malam ini memasak gorengan. Bukan gorengan tempe melainkan itu potongan sayur terong. 


TALE
Hemmm, enak nih. 
(Gadis itu mencium aroma terong yang sudah digoreng)


Usai menggoreng semua potongan terong. Tale duduk manis di atas kursi plastik sambil bermain ponselnya, menunggu ibunya datang untuk membuat bumbu sambal goreng karena Tale tak tahu racikannya. 


TALE (VO)
Kok selang pompa ban jalan sendiri, ya?
(Penuh tanda tanya ketika tatapan Tale fokus pada ponselnya)


Tale berniat mengalihkan pandangan yang mampu membuat kedua matanya penasaran


TALE
AAAHHHH... ULER!


Tale berteriak kencang dan dirinya berlari menjauhi ular belang yang berjalan ke arah barat, mendekati sumur. 


TJANDRA
Mana ulernya? Mana?


Pria gagah itu membawa tombak dari kayu. Dia sosok ayah yang membuat Tale menangis kadang kesal. Namun, semenjak ia tumbuh dewasa, ia selalu menatap ayahnya dengan merasa sedih. 


AINAYYA
Ada apa, Le?


Perempuan itu menaruh barang cuciannya yang sudah bersih di atas teras dapurnya. Ia lewat halaman belakang. Wanita itu tampak gelisah mendengar terikan putrinya.


TALE
A-ada uler, Bu. Tapi, bapak sudah masuk.

Tale menjelaskan dengan wajah panik. 

AINAYYA
Ya, Allah. Ular apa, Nak?
TALE
Tale gak tau, Bu. Itu ular warna hitam tapi belang putih. 


Ibu dua anak itu cemas. Karena ular yang dimaksud putrinya merupakan ular berbisa dan berbahaya. 


TJANDRA
Padahal aku tak berniat membunuhnya namun, tak ada cara lagi.
(Pria itu tampak berhasil dengan usahanya)


Senyum sekilas ia perlihatkan. Membawa ular yang sudah tak bernyawa dengan kayu besarnya, menggelantung. Memang hal ini akan terjadi entah sampai kapan karena halaman rumah belakang Tale adalah hutan pinus milik kepala desa setempat. Hewan berbisa sudah seperti biasa berkeliaran karena disana tempat mereka. 

Ibu dan anak itu merasa lega. Menunggu di luar dan sempat mencemaskan kepala keluarga. 


6. INT. RUMAH UNA (PERUMAHAN MEWAH) — NIGHT.           6


LUCA
Una?

Pria muda yang duduk di ujung meja pajang berbentuk oval. Tatapannya tajam pada putrinya. 


UNA
Kenapa, Ayah?


Gadis itu tahu maksud ayahnya. Namun, ia sengaja mempertanyakannya. 


LUCA
Kau sudah berapa lama hidup di rumah ini? Masih tak tahu caranya makan dengan benar?


   Pria awet muda itu bertanya dengan tatapan sinis.


UNA
Menjadi wanita sempurna mirip ibu, kan? Sudah, ayah tenang saja. Meskipun aku makan melebihi aturan yang ayah terapkan. Aku pastikan bahwa berat badanku tetap 43.

   

Sebetulnya hati gadis itu sakit. Rasanya Una ingin bebas, tetapi apa boleh buat jika takdirnya harus seperti ini. 


LUCA
Ayah pegang janjimu! Besok timbang badanmu karena kamu sudah melanggar aturan makan selama seminggu.


   Pri itu tampak menyelesaikan makan malamnya. Makan malam dengan segelas susu vitamin dengan sepiring buah mangga. Meninggalkan putrinya setelah menjelaskan kemauannya. Sementara Una hanya mengangguk diam saja. 


   Setelah menghabiskan tiga macam menu,Una melangkah ke kamar mandi umum rumahnya. Lalu, Salah satu jarinya ia masukkan ke dam mulutnya dan ia berhasil membawa makanan yang ada di perutnya. Hingga tubuh gadis itu melemas. 


UNA
Help me, please!


   Gadis itu menangis. 


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar