71 INT. MOBIL - AFTERNOON
Naya duduk di kursi tengah bersama Maudy dan temannya Bianca (banci 25). Di kursi depan ada Anya (23) dan Karin (23) yang menyetir mobil.
ANYA
Lu tinggal dimana, Nay?
NAYA
Di kosan dekat kampus UI.
BIANCA
Eh, Naya kerudung u warnanya bagus bingit cyin. Beli dimandose?
NAYA
Beli di toko kerudung sini kok.
BIANCA
Owh, begindang.
NAYA
(nyengir)
Iya.
Naya mengalihkan pandangannya ke jalanan yang sedikit macet sore itu, ia menyandarkan kepalanya ke kaca jendela. Terdengar sayup-sayup teman-temannya yang sedang mengobrol.
72 I/E. DISKOTIK - NIGHT
Karin, Anya, Bianca, Maudy dan Naya masuk ke dalam diskotik. Raut wajah Naya bingung dan langkah kakinya pelan. Maudy memeluk pundak Naya.
MAUDY
Santai aja, ngga usah tegang.
NAYA
Dy, aku balik aja ya? Aku ngga biasa di tempat kaya gini.
MAUDY
Ngga papa kali, santai aja. Yuk.
Maudy menarik tangan Naya masuk ke dalam diskotik. Suara bising, gemerlap lampu, orang joget sana-sini membuat Naya tak nyaman.
MAUDY
Aku kerja dulu ya, kamu bisa gabung sama anak-anak.
NAYA
Hah? Mau kemana?
Maudy berlalu diantara kerumunan orang.
Naya duduk bersama teman-teman Maudy yang menikmati suasana diskotik dengan minum alkohol, merokok, joget mengiringi alunan musik.
Naya hanya memperhatikan mereka, ia melihat ke sekitar dengan tidak nyaman.
KARIN
Nay, cobain.
Karin menuangkan minuman alkohol di sebuah gelas dan menyodorkan ke Naya.
NAYA
Sorry, makasih.
Naya menolak secara halus.
ANYA
Cobain dulu kali, ntar kalo udah tau rasanya juga bakal ketagihan.
BIANCA
Tsay, eike mau kesana dulu yes. Guys, ngga mau join joget bareng?
ANYA
Udah, lu sana aja dulu. Hei, sayang.
Seorang lelaki (25) menghampiri dan langsung mengecup bibir Anya.
ANYA
Guys, gue mau kesana dulu ya.
Anya berlalu dari hadapan Naya dan Karin, ia bergabung bersama pengunjung lainnya menikmati alunan musik.
Karin tertawa melihat tingkah teman-temannya yang sedang berjoget, sedangkan mata Naya sibuk mencari-cari Maudy.
NAYA
Rin, Maudy tadi kemana ya?
Karin menunjuk seorang waiters yang sibuk mondar-mandir di meja bar.
KARIN
Tuh, dia lagi kerja.
Naya melihat Maudy yang sibuk melayani pengunjung dari kejauhan, ia terdiam sejenak.
NAYA
Rin, toiletnya sebelah mana ya?
KARIN
Tuh, disana. Belok kanan, toilet.
Karin menunjuk sebuah ruangan menuju toilet.
NAYA
Aku ke toilet dulu ya.
KARIN
Oke, jangan lama-lama.
Naya beranjak dari kursi, Karin bergabung bersama teman-temannya menikmati alunan musik.
Tanpa disadari teman-temannya, Naya berjalan keluar diskotik, ia menyegat taksi dan masuk ke dalam mobil.
73 EXT. PERPUSTAKAAN - DAY
Naya sedang membaca buku di perpustakaan sambil memakai earphone. Ada beberapa mahasiswa yang juga sedang membaca buku disana.
Maudy menepuk pundak Naya, lalu duduk di sampingnya.
MAUDY
(berbisik)
Nay, semalem kemana sih kok pergi ngga bilang-bilang.
Naya tersentak dan langsung melepas earphone.
NAYA
Apa?
MAUDY
Semalem kamu kemana? Ngilang gitu aja.
Naya berpikir sejenak.
NAYA
Iya, sorry ada urusan mendadak.
MAUDY
Oh, kirain ada apa-apa.
Suasana hening beberapa detik.
NAYA
Dy?
MAUDY
Ya?
NAYA
Kamu udah lama kerja disana?
MAUDY
Oh, lumayan. Kenapa? Minat kerja disana juga?
NAYA
Oh, ngga kok.
Maudy mengintip judul buku bacaan Naya.
MAUDY
(menghela nafas)
Susah Nay cari kerja. Apalagi kalau kita ngga punya siapa-siapa.
NAYA
Maksudnya?
MAUDY
Aku disini sendiri. Aku ngga pernah tau dimana orang tuaku. Sejak bayi aku diasuh sama orang tua angkat. Kerjaan aku juga buat bayar kuliah dan aku mutusin buat ngekos sendiri. Karena aku rasa udah saatnya bertanggung jawab sama diri sendiri. Ngga mau lagi ngerepotin orang lain.
Naya tersenyum kagum menatap Maudy.
MAUDY
Kenapa, Nay?
NAYA
Ngga papa, aku kaya, salut aja gitu. Di kampus kamu mahasiswi pinter, sopan, ramah tapi dibalik semua itu kamu juga lagi berjuang untuk hidupmu sendiri.
MAUDY
Masing-masing orang juga lagi berjuang untuk hidupnya sendiri kali, prosesnya aja yang ngga sama. Yah, gini lah Nay. Hidup di Ibukota emang ngga mudah.
Tiba-tiba penjaga perpus muncul di belakang mereka berdua.
PENJAGA PERPUS
Hei, kalo mau ngobrol di luar. Di perpus jangan rame!
Naya dan Maudy saling menatap sambil menahan tawa.
74 EXT. KOS RARA - NIGHT
Motor ojek berhenti di depan pintu kos Rara, Naya melepas helm dan memberikan sejumlah uang ke tukang ojek itu.
NAYA
Makasih bang.
Di depan kosan itu ada mobil hitam terparkir. Naya membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah.
75 INT. KOS RARA - NIGHT
Naya masuk ke dalam rumah, ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas, langkahnya berat, wajahnya terlihat lelah.
Seisi kosan terlihat sepi, Naya membuka pintu kamar dan langsung terkejut.
NAYA
Astaghfirullah hal adzim!
Rara dan Dito yang sedang bercumbu terkejut melihat kemunculan Naya yang melotot sambil menutup mulutnya mematung di depan pintu.
76 INT. KOS RARA - NIGHT
Suasana canggung, Naya duduk menghadap laptop di meja belajar, Rara duduk di kasur memandang ke luar jendela yang tirainya terbuka, kemudian mengalihkan pandangan ke Naya.
RARA
Nay, sorry ya atas kejadian tadi.
NAYA
Ngga perlu minta maaf ke aku.
RARA
Jangan bilang tante aku, ya?
Naya hanya diam.
RARA
Nay? Masih marah ya?
Naya menghela napas panjang.
NAYA
Kan kamu tau kalo aturan disini ngga boleh bawa cowok masuk ke kosan, aplagi kamar.
RARA
Tadi Dito cuma numpang ke kamar mandi.
NAYA
Terus? Yang aku liat tadi?
RARA
Ehm, yaudah kita kebawa suasana.
Naya menatap Rara sambil menggeleng pelan.
NAYA
Ra, aku ngga nyangka kamu bisa ngelakuin hal kaya gitu. Hanya karena tante kamu lagi pulang kampung dan di kosan sepi kamu bisa masukin cowok kesini, apalagi ke kamar kita.
RARA
Aku kan udah minta maaf Nay.
NAYA
Sejak disini kamu berubah, Ra. Kita jarang ngabisin waktu bareng kaya dulu, kamu selalu ngehindar. Ada apa sih, ra?
RARA
(nada tinggi)
Aku ngga pernah berubah, Nay. Kamunya aja yang ngga pernah nyadar.
NAYA
Nyadar soal apa?
RARA
Kamu ngga pernah nyadar kalo selama ini aku iri sama kamu. Dari awal kita sahabatan, Maryam dan Winda selalu lebih nyaman sama kamu, orang pertama tempat mereka berbagi selalu kamu, mereka selalu dukung kamu. Dulu waktu SMA aku naksir Feno, dia malah sukanya sama kamu. Kenapa sih selalu kamu, Nay? Apa yang aku mau selalu ada di kamu.
Naya menggeleng tak percaya.
RARA
Dan kenapa selama ini aku ngga pernah ngenalin Dito ke kamu? Karena aku ngga mau Dito kamu rebut.
Situasi menegang, Naya berdiri dan menunjuk Rara penuh kekesalan.
NAYA
Eh, aku ngga pernah ngerebut apa yang kamu punya. Maryam sama Winda selalu dateng ke aku, karena kamu sibuk sama kesenengan kamu sendiri. Dan kamu juga ngga pernah bilang kalo kamu suka sama Feno.
RARA
Karena dia sukanya sama kamu!
NAYA
Yang perlu kamu ngerti ra, kalau aku ngga pernah tau Feno suka sama aku. Aku, Maryam dan Winda juga selalu dukung kamu.
Mereka saling menatap penuh emosi, kemudian Rara keluar kamar dan membanting pintu.
Naya duduk dan bersandar di kursi, ia masih termenung dengan apa yang terjadi baru saja.
Ia dikejutkan dengan handphone yang berdering, ibunya menelepon.
NAYA
(suara berat)
Assalamualaikum bun.
Arumi terisak.
NAYA
(bingung)
Halo? Bun?
ARUMI (O.S.)
Nay, sakit jantungnya ayah kambuh.
NAYA
Ya Allah. Trus sekarang ayah dimana? Gimana kondisinya?
ARUMI (O.S.)
Ayah masih di rumah sakit. Lagi ditangani dokter, untung tadi di rumah ada Pak RT jadi langsung dibawa ke rumah sakit.
NAYA
(menghela nafas)
Syukurlah bun udah ditangani dokter. Ayah tadi lagi ngapain kok bisa kambuh?
ARUMI (O.S.)
Bunda juga ngga tau, tadi pas lagi ngobrol sama Pak RT di teras tiba-tiba sesak dan jantungnya kambuh.
NAYA
Ya Allah. Bun, maaf ya Naya ngga ada disana.
ARUMI (O.S.)
Ngga apa-apa sayang, bunda cuma mau bilang kalo kemungkinan bunda telat kirim uang bulanannya ya nak.
NAYA
(berkaca-kaca)
Ngga papa bun, Naya masih ada uang kok. Bunda ngga usah khawatirin Naya disini.
ARUMI (O.S.)
Iya, nanti bunda telpon lagi ya. Assalamualaikum.
NAYA
Iya bun. Waalaikum salam.
Naya meletakkan handphonenya di meja, air matanya menetes.
FADE OUT.