8. INT. GEDUNG KANTOR KEVIN - DAY
Putri melangkah menuju lift setelah petugas security memeriksanya dan memberikan kartu tamu padanya.
Putri memencet tombol nomor 23 lalu lift tertutup.
Wajah Putri tampak tegang. Pintu lift terbuka, segera dia keluar dan masuk kedalam sebuah kantor.
Putri mendekat ke meja resepsionis.
PUTRI
Selamat pagi mbak.
RESEPSIONIS
Selamat pagi mbak, bisa saya bantu?
PUTRI
Saya mau bertemu dengan bapak Kevin.
RESEPSIONIS
Sudah janjian?
PUTRI
(Tersenyum)
Belum.
(Resepsionis tersenyum lalu mengangkat telpon)
RESEPSIONIS
Selamat pagi pak, ini ada tamu dari...
PUTRI
Putri
RESEPSIONIS
Dari Putri pak...oh baik pak.
(Resepsionis menutup telpon)
RESEPSIONIS
Silahkan duduk mbak, pak Kevin sebentar lagi keluar.
(Putri duduk di kursi tamu didekat resepsionis)
(Kevin tersenyum saat keluar dari dalam ruangan dan menghampiri Putri yang bangkit berdiri)
KEVIN
Kita sekalian cari makan yuk Put.
PUTRI
Nggak usah pak, saya cuma sebentar.
KEVIN
Resmi amat ngomongnya Put.
(Kevin tertawa lalu menarik tangan Putri keluar dari kantor)
(Putri mengikuti Kevin, masuk kedalam lift dan mereka turun ke kafetaria di lantai 1)
(Setelah memesan makanan, mereka duduk di kursi yang menghadap persis ke jalan Sudirman)
PUTRI
Maaf ya mas, jadinya aku malah mengganggu mas Kevin.
KEVIN
Santai saja Put, jarang-jarang juga ada yang berkunjung dari jauh.
PUTRI
Aku bawa bakpia mas sama gudeg.
(Putri menyerahkan kardus kecil yang dari tadi dia tenteng)
KEVIN
Nah kan, malah kamu yang repot.
(Kevin menerima oleh-oleh dari tangan Putri)
KEVIN
Terimakasih Put
(Putri Tersenyum)
PUTRI
Sama-sama mas.
(Mereka terdiam sejenak)
PUTRI
Mas Kevin tidak penasaran dengan maksud kedatanganku kesini?
KEVIN
(Senyuman menggoda)
Yang pasti bukan demi aku kan?
PUTRI
(Protes)
Mas, serius lho ini.
(Kevin tertawa lalu menyalakan rokok)
KEVIN
Kamu kesini karena masalah pernikahanku yang batalkan?
PUTRI
Iya mas. Maaf sebelumnya kalau pertanyaanku lancang, apa karena kejadian pagi itu mas?
(Kevin menatap serius Putri)
KEVIN
Iya Put.
(Wajah Putri langsung lemas)
PUTRI
Tapi kenapa mas? Itukan hanya sebuah ciuman sesaat dan dan...
(Kevin tiba-tiba tertawa)
(Putri terkejut)
KEVIN
Aku bercanda Put.
(Putri kesal dan hendak bangkit namun ditahan Kevin)
KEVIN
Maaf Put, maaf yaa...
(Putri menatap kesal Kevin, mengehela napas panjang dan menahan emosinya)
PUTRI
(Protes)
Mas, aku sudah jauh jauh kesini lho dari Jogja, dengan beban rasa bersalahku.
KEVIN
Iya... iya Put, maaf.
PUTRI
Jadi benar pernikahan nas Kevin batal bukan karena...
(Putri berhenti sebentar)
PUTRI
(lirih)
Ciuman kita.
KEVIN
(Mendekatkan kepala pada Putri)
Apa?
(Wajah Putri merona merah)
PUTRI
Mas.
KEVIN
Iya Put, bukan karena ciuman kita.
PUTRI
Lalu kenapa mas Kevin menciumku dan membuat runyam semuanya.
KEVIN
Maaf Put kalau membuat hatimu runyam.
(Putri bangkit berdiri, Kevin tersenyum dan menarik lembut tangan Putri agar duduk kembali)
KEVIN
Aku juga tidak tahu Put kenapa aku menciummu pagi itu.
(Kevin mengeluarkan secarik kertas dari kantong celananya dan menyerahkan pada Putri)
PUTRI
(Membuka kertas)
Apa ini mas?
KEVIN
Aku menderita kanker otak stadium 4.
(Putri terkejut dan menatap Kevin)
PUTRI
Mas...
KEVIN
Aku baru mengetahuinya seminggu sebelum pernikahanku dengan Cyntia. Dan selama itu pula, aku masih bimbang untuk jujur pada Cyntia.
PUTRI
Jadi ini yang membuat mas Kevin galau pagi itu?
(Kevin mengangguk)
KEVIN
Setelah pertemuan kita pagi itu, akhirnya aku beranikan jujur pada Cyntia. Rasanya tidak adil bagi dia jika mengetahui keadaanku setelah pernikahan kami terlaksana.
PUTRI
Dan bu Cyntia membatalkan pernikahan kalian?
(Kevin tersenyum)
KEVIN
Cyntia adalah wanita terbaik yang pernah aku temui, sahabat dan kekasih terbaik. Mungkin diluar orang melihat dia dingin dan tertutup, tapi sebenarnya dia adalah pribadi yang menyenangkan dan baik.
(Kevin mematikan rokoknya)
KEVIN
Dia ingin tetap menikah denganku, meskipun dia tahu kondisiku. Bukan karena rasa malu yang akan didapatnya karena pernikahan yang batal, tapi karena dia tulus ingin merawatku.
PUTRI
Lalu kenapa mas Kevin tidak menerima keputusan bu Cyntia?
(Kevin menatap kemacetan jalan, menerawang)
KEVIN
Aku ingin Cyntia bahagia. Aku tidak ingin hidupnya berantakan karena merawatku yang sekarat. Aku tidak ingin menjadi beban buat dirinya.
(Putri menitikkan air mata, segera dia hapus sebelum Kevin melihatnya)
KEVIN
Cukup sulit meyakinkannya, karena keras kepalanya. Tapi akhirnya dia mau menerima alasanku dan merelakan pernikahan kami batal.
(Kevin menatap Putri dan tersenyum)
(Hening)
PUTRI
Lalu bagaimana dengan mas Kevin?
KEVIN
Aku baik-baik saja Put, untuk saat ini aku baik-baik saja. Aku sudah mempersiapkan semuanya, termasuk hal buruk yang mungkin terjadi padaku.
PUTRI
Mas..
(Memegang lembut tangan Kevin)
(Kevin tersenyum dan melirik jam tangannya)
KEVIN
Kamu nginep dimana Put?
PUTRI
(Melepas genggamn tangannya)
Aku pulang pesawat sore mas, besok pagi harus kerja soalnya.
(Kevin terkejut)
KEVIN
Lho, nggak pulang besok?
(Putri tersenyum dan menggeleng)
(Kevin terdiam)
KEVIN
Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan padamu.
(Kevin berdiri)
PUTRI
Kenapa nggak sekarang mas.
(Kevin menggeleng)
KEVIN
Kamu tunggu di lobi ya, kita keliling Jakarta, sekalian aku antar ke bandara nanti.
PUTRI
Tapi mas..
KEVIN
(Tersenyum)
Kamu kan tamu.
Putri menyerah dan menuruti kemauan Kevin.
CUT TO
9. INT/EXT. MOBIL KEVIN - DAY
Kevin membawa mobilnya menuju bandara.
Putri duduk disampingnya, merapatkan jaketnya.
Suara penyiar radio pelan terdengar.
Kevin menatap Putri.
KEVIN
Dingin Put?
PUTRI
Nggak mas.
(Suasana Hening, hanya alunan lagu dari radio)
PUTRI
Keluarga belum ada yang tahu tentang sakitnya mas Kevin?.
KEVIN
Aku yatim piatu Put.
Dulu aku sempat dibesarkan di panti asuhan.
PUTRI
(Wajah menyesal)
Maaf mas.
(Kevin tersenyum)
KEVIN
Tidak apa apa Put, semua sudah lewat.
(Suasana hening kembali)
KEVIN
Aku mau tanya tentang sesuatu yang pribadi sama kamu Put, kalau boleh?
(Sesekali Kevin menoleh ke arah Putri di sela sela dia menyetir)
PUTRI
Tanya tentang apa mas?
KEVIN
Maaf sebelumnya kalau ada yang salah dalam pertanyaanku Put?
(Putri tersenyum dan mengangguk)
KEVIN
(Nada ragu)
Tentang kencan berbayar yang kamu...?
(Putri tertawa)
(Kevin terkejut)
KEVIN
Salah ya pertanyaanku?
PUTRI
Bukan kencan mas, tapi tidur berbayar.
(Kevin terkejut dan menatap Putri, mereka tertawa)
PUTRI
Aku tidak menemani mereka jalan, cuma sekedar seks lalu selesai.
KEVIN
Kalau kamu tidak nyaman membicarakannya, kamu bisa...
PUTRI
(Tersenyum)
Kita pribadi yang dewasa mas, itu bukan hal yang tabu. Kalau aku memikirkan nyaman atau tidak membicarakan hal ini, bagaimana aku menarik perhatian mereka.
KEVIN
(Menggoda)
Kamu tidak sedang menarik perhatiankukan?
PUTRI
Apakah aku membuatmu tertarik sekarang?
(Kevin dan Putri saling menatap dan tersenyum)
PUTRI
Dan apa dibalik rasa penasaran mas Kevin?
(Kevin menerawang)
KEVIN
Aku ingin meminta bantuanmu sekligus menawarkan sesuatu padamu Put?
(Putri menatap Kevin bingung)
PUTRI
Maksud mas Kevin?
KEVIN
Aku ingin kamu menemaniku.
(Putri semakin bingung)
KEVIN
Aku tidak ingin menghabiskan sisa waktuku dengan bersedih dan meratapinya.
Sebelum tubuh ini melemah dan hanya bisa terbaring melawan rasa sakit, aku ingin menghabiskan sisa waktuku melakukan hal-hal yang dulu belum sempat aku lakukan karena kesibukanku.
Melakukan banyak hal yang nantinya akan menjadi sebuah memori terindah dan terakhir bagiku.
(Kevin memandang Putri dan memegang tangannya)
KEVIN
Dan aku ingin kamu menemaniku.
(Putri menatap balik dengan kebingungan)
PUTRI
Aku mas?
(Putri menunjuk dirinya sendiri)
PUTRI
Kenapa aku?.
KEVIN
Teman temanku kebanyakan sudah berkeluarga Put. Mereka sudah memiliki kehidupan sendiri dan tidak mungkin aku mengajak mereka berminggu minggu jauh dari keluarga mereka.
Aku tidak ingin mereka tahu tentang penyakitku. Aku tidak ingin dikasihani.
Dan alasan kenapa harus kamu Put, ini bukan berarti kamu tidak punya kehidupan
(Mereka tersenyum)
KEVIN
Aku hanya ingin seseorang yang profesional menemaniku. Aku tak ingin ada hal pribadi nanti didalamnya.
PUTRI
Hal pribadi?
KEVIN
Cinta dan segala kerumitannya.
(Putri terdiam sebentar mencoba mencerna semua perkataan Kevin)
PUTRI
Bagaimana dengan pekerjaan mas Kevin dan pekerjaanku kalau kita harus berminggu minggu bepergian.
KEVIN
Aku sudah memgajukan resign dua hari yang lalu, mungkin sekitar dua minggu lagi aku sudah tidak bekerja di kantorku.
Dan kamupun harus resign juga.
(Putri terkejut)
PUTRI
Tapi mas, aku...
(Sebelum Putri menyelesaikan protesnya, Kevin menyodorkan kepada Putri dua lembar cek dengan masing masing nominal 25 juta)
KEVIN
Apakah cukup?
(Putri terdiam memandang nominal uang sebanyak itu)
KEVIN
Semua biaya perjalanan, hotel, makan dan lainnya aku tanggung.
Dan ini hanya untuk beberapa minggu Put, setelah aku sudah merasa lemah oleh sakitku, kamu tidak perlu menemaniku lagi.
(Putri masih terdiam)
KEVIN
Aku tidak akan meminta lebih Put, hanya sebagai teman travelling.
(Putri tersenyum)
KEVIN
Aku hanya ingin seseorang yang profesional dan tanpa adanya percintaan didalamnya.
(Putri terdiam)
KEVIN
Tidak harus sekarang kamu menjawabnya, pikirkanlah dulu.
(Putri menatap Kevin)
Mereka terdiam, terdengar lagu Lukisan Pagi dari Tohpati mengalun diradio.
CUT