22. EXT. KAMPUS – PAGI
LS. Anandya, Anantari, Nares, dan Ayah sedang berkeliling kampus. MS. Wajah Anandya yang berseri dan Bahagia menikmati kampusnya.
ANANDYA (O.S)
Perkenalkan, namaku Anandya. Orang-orang memanggil saya Dya. Ya, seperti itu bunda mengajari saya berkenalan dengan orang lain 10 tahun lalu. Saya masih sangat ingat apa saja yang pernah beliau ajarkan pada saya. Dan hari ini, ketika bapak dan ibu membaca kertas ini itu tandanya bapak dan ibu tengah masuk ke dalam cerita seorang gadis autis yang sangat mengagumi ibunya. Namanya, Ananta Gayatri Rumi. Ia adalah seorang doktor yang perjalanan karirnya terhambat karena memilih banyak di rumah mengurus saya dan adik saya, Tari. Masih ingat dalam ingatan saya, bagaimana beliau mendidik dan membesarkan saya. Terdengar klise, tapi beliaulah guru terbaik yang saya miliki. Beliau yang membuat saya bisa membaca, berhitung, bahkan menulis seperti saat ini.
MONTAGE :
Masa kecil dan masa depan bergantian muncul saat bunda membaca (sebagai gambar latar) agar menyentuh penonton.
MS. Bunda menangis terisak dan berusaha melanjutkan bacaannya.
ANANDYA (O.S)
Jika orang bertanya, mengapa saya ambil Ilmu Hayati? Mengapa saya mengambil jurusan ini? Apakah dipaksa oleh bunda? Jawabannya tidak. Mungkin bundapun tidak tahu bahwa saya mencintai ilmu ini sejak usia 8 tahun. Sejak saya dibelikan bunda buku tentang bakteri dan virus. Buku itu adalah buku kesayangan saya. Selain itu, saya juga senang membolak-balik buku referensi milih bunda yang tersusun rapi di rak buku ruang kerja beliau. Sesekali saya menggambar bakteri itu. Bunda tidak pernah memaksa saya untuk menjadi sepertinya. Justru yang saya lihat, bunda khawatir jika saya mengalami kesulitan jika belajar ilmu ini. Tapi, saya ingin sekali memberitahu suatu saat kepada bunda. Bahwa saya adalah fans nomor satunya. Saya ingin mempelajari apa yang bunda pelajari. Karena beliau pernah berkata “Untuk mensyukuri sebuah kehidupan, maka kita perlu mempelajari tentang ap aitu kehidupan, se simpel kita mempelajari apa saja yang ada di dalam sel.”
MONTAGE :
Masa kecil dan masa depan bergantian muncul saat bunda membaca (sebagai gambar latar) agar menyentuh penonton.
MS. Bunda menghentikan bacaannya. Ia menangis sejadi-jadinya. Tante Bintang memeluk. CS. Hujan turun terlihat dari balik jendela. Tampak dari sana Anandya, Anantari, Ayah dan Nares berlari masuk ke dalam Gedung.
CUT TO :
23. INT. RUANGAN PROF DAKA – PAGI
MS. Ayah membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. LS. Disusul oleh Anandya, Anantya, Nares, dan Lingga. CS. Tampak bunda yang mengapus airmatanya dan meletakkan kertas itu di bawah meja yang ada di depannya.
AYAH
Assalammu’alaikum!
SEMUA
Wa’alaykumsalam…
OM DAKA
Sudah selesai urusannya Dy?
ANANDYA
Sudah Om, Alhamdulillah (mengambil posisi untuk duduk)
OM DAKA
Jadi nanti sistem di sini itu, mahasiswa satu tahun mempelajari hal basic bersama-sama. Setelah itu baru ada penjurusan di tahun kedua dan itu ditentukan oleh IPK yang didapatkan.
BUNDA
Nah kalau Kakak minat jurusannya ke mana? (menyerahkan brosur kepada Dya)
ANANDYA
(Mengambil brosur) Kalau dari apa yang saya telusuri lebih ke Mikrobiologi sih Bun!
OM DAKA
Itu adalah jurusan favorit dan saya yakin Anandya putrinya Bu Doktor Ananta ini bisa! Nanti belajar sama Bunda ya, beliau kan jago di bidang tersebut.
AYAH
Bisa pastilah, orang bundanya ngajarin Dya pelajaran TK sampai SMA aja mampu. InsyaAllah yang bidang seperti emang lapaknya bunda!(menyikut istrinya)
BUNDA
Wani piro?
LS. Semua tertawa
CUT TO :
24. INT. COFFEE SHOP NISMARA – MALAM
LS. Coffee shop terlihat ramai di malam minggu. Terlihat aktivitas orang-orang berkumpul untuk menikmati hidangan dengan segelas kopi. MS. Anandya dan Anantari masuk ke dalam coffee shop membawa beberapa kanvas lukisan. Tampak juga Lingga sedang sibuk di dalam Art Studio yang terlihat dari luar. CS. Anandya berjalan ke arah Lingga.
ANANDYA
Assalammu’alaikum!
LINGGA
Wa’alaykumsalam… Eh Dy, sini! (melambaikan tangan dan mengajak Dya dan adiknya masuk)
LS. Anantari menyikut lengan kakaknya dengan mimic mengejek.
ANANDYA
Kata Om Daka, lukisan saya ini boleh dipajang di sini (menyerahkan 4 buah kanvas lukisan abstrak)
LINGGA
(mengambil kanvas tersebut sambil tersenyum) Hmmm… sepertinya kamu harus meluangkan waktu untuk Live Painting deh di sini (meletakkan Kanvas di atas meja dan mempersilahkan Dya dan tari duduk.
ANANTARI
Seperti ini Kak? (mengambil lembar foto yang ada di depannya)
LINGGA
Iya, itu beberapa foto pelukis yang Live Painting di sini. Sebenarnya malam ini ada pertunjukan itu. Tapi ini baru saja dikabari kalau pelukisnya minta reschedule (menunjukkan ponsel).
ANANDYA
Konsepnya seperti melukis tapi ditonton orang ya Kak?
LINGGA
Kurang lebih Dy, jadi kayak pengganti Live Music gitu. Nanti pelukis di spot itu, pintu kacanya di buka dan pengunjung bisa lihat si pelukis melukis. Ya tetap sambil muterin lagu sih, biar suasananya dapat.
ANANDYA
Boleh coba sekarang?
LINGGA
Seriusan kamu mau? Saya sih seneng banget! Oke beneran nih?
ANANDYA
(Mengangguk)saya ambil perkakas dulu ya di belakang.
LS. Anandya dan Anantari ke luar menuju halaman rumah Tante Bintang. CS. Telihat mimic gembira dua kakak beradik itu.
CUT TO :
24. INT. KAMAR TAMU RUMAH TANTE BINTANG – MALAM
LS. Anandya mengambil perkakas lukisnya. CS. Mengambil kuas-kuas, satu set pewarna akrilik, dan beberapa bingkai kanvas. MS. Anantari membantu kakaknya. LS. Tampak Ayah dan Bunda mendatangi kamar tamu.
BUNDA
Mau kemana gadis-gadisku?
ANANTARI
Kak Lingga ngajak Kakak Live Painting, wuih keren kan istilahnya Bun?
AYAH
Sejenis apa itu dek?
ANANTARI
Apa ya tadi… Pengganti… Apa ya kak?
ANANDYA
Live music! Jadi di Coffee shop itu tiap malam minggu ada Live Painting Yah! Yang mana pelukis melukis sesuatu dan ditonton sebagai pertunjukan. Dan tadi yang harusnya mengisi hari ini berhalangan.
ANANTARI
Dan Kakak Lingga yang tampan itu menerima tawaran Kakakku yang cantik ini untuk menggantikan pelukis itu! Ihiy, aciyeee… (menyikut lengan kakaknya, Dya tersenyum manis menanggapi adiknya).
BUNDA
Kayaknya dua anak kita ini beneran sudah jadi anak-anak gadis yang punya banyak rahasia deh Yah! Ah bunda ketinggalan info… (memeluk kedua anaknya).
LS. Ayah ikut memeluk istri dan anak-anaknya.
CUT TO :
25. INT. COFFEE SHOP AND ART STUDIO NISMARA – MALAM
LS. Beberapa karyawan menyiapkan spot untuk live painting. MS. Telihat Lingga yang antusias menyiapkan dan mengarahkan para karyawan. LS. Anandya, Anantari, Ayah, Bunda, dan keluarga Tante Bintang masuk ke dalam coffee shop. MS. Tampak Tari dan Nares yang membantu Dya membawakan alat-alat lukisnya.
BUNDA
Ini akan menjadi pengalaman pertama yang manis loh Kak! Melukis disaksikan banyak orang.
ANANDYA
Aku bisa kan ya bun?
BUNDA
Bisa dong, kita di sini untuk kamu. Seperti biasa! (memeluk anaknya)
LINGGA
Hai kids! Taruh di sini saja (mengisaratkan Tari dan Nares untuk meletakkan alat lukis Dya di tempat yang sudah disiapkan.
CS. Lingga memberikan isarat kepada Anandya untuk bisa memulai live paintingnya. CS. Anandya tersenyum. MS. Anandya bejalan menuju spot yang disediakan.
LS. Suasana coffee shop yang ramai dan pengunjung yang sudah siap menonton live painting. MS. Tampak beberapa pengunjung sudah siap mengabadikan prosesnya dengan ponsel. MS. Tampak Anandya bersiap untuk melukis sambil terdengar alunan lagu yang direkues khusus olehnya. LS. Anandya mulai melukis bersamaan dengan pemutaran lagu kesukaannya “Fly Me to The Moon”. MS. Anandya melukis. LS. Keluarganya menyaksikan. MS. Masing-masing ekspresi keluarga ditunjukkan. LS. Coffee shop dan art studio secara utuh.
CUT TO :
KEESOKAN HARINYA…
26. INT. RUMAH TANTE BINTANG – PAGI
LS. Meja makan yang terisi penuh dengan sarapan. Tampak duduk keluarga Anandya dan keluarga Tante Bintang. MS. Koper-koper sudah berada di depan kamar. Hari ini keluarga Anandya akan balik ke Jakarta.
TANTE BINTANG
Jadi bundanya nggak ikut nih? (sambil menyendok nasi goreng)
AYAH
Mana mungkin secepat itu Sis! (ledek ayah)
BUNDA
Seminggu aja kok Yah! Kan bunda harus bantuin kakak rapiin paviliunnya. Sudah ssepakat kan kita? Tari izinin kan sayang? (melihat ke arah Tari yang sibuk dengan makanannya)
ANANTARI
Boleh nggak ya? Asal aku dibebasin makan apa aja sama Ayah selama seminggu sih aku kuy lah! (menaikkan alisnya)
NARES
Ah kamu makan terus yang dipikirin Tar! (mengejek Tari, teman sebayanya)
TANTE BINTANG
Kayak kamu enggak aja Res!
LS. Semua tertawa serentak. Tampak Lingga yang baru bergabung mendekati meja makan.
LINGGA
Maaf saya terlambat bergabung!
OM DAKA
Acara semalam keren banget Lingga, Om suka banget edisi kali ini. Karena yang melukis adalah gadis autis yang manis. Bener nggak?
LINGGA
Bener banget! Eh… (malu)
LS. Semua kembali tertawa serentak. Tampak Lingga tersipu, begitu pula Anandya.
CUT TO :
27. EXT. HALAMAN RUMAH TANTE BINTANG – SIANG
LS. Ayah dan Tari menuju mobil. Bunda dan Dya serta keluarga Tante Bintang berdiri di teras. MS. Anandya mengejar adiknya dan memeluk Anantari.
ANANDYA
Aku pasti akan kangen banget sama celoteh kamu dek!
ANANTARI
Aku juga… Ah, nggak seru nggak ada kamu Kak!
ANANDYA
Sekali seminggu ke sini ya?
ANANTARI
Siap bosque! (memeluk erat kakaknya)
AYAH
Ternyata ada yang diam-diam posesif seperti bundanya ya! (Merangkul Tari)
ANANTARI
Kan satu perguruan, bener nggak bun?
BUNDA
(menghapus airmatanya) Ah, kalian ini bikin baper aja! (memeluk anak-anaknya)
LS. Ayah dan Tari melambaikan tangan dan meninggalkan halaman rumah.
ANANDYA (V.O)
Ini adalah kali pertama aku jauh darinya. Dia adik kesayanganku. Ternyata rasanya seberat ini bagiku yang ternyata juga posesif pada adikku sendiri. Yang mana tak pernah bisa tidur tanpanya di sampingku, sejak dulu.
FADE IN : FLASHBACK
28. INT. RUMAH ANANDYA – MALAM
LS. Anandya menangis karena tidak malam itu tidak tidur dengan Anantari. Bunda membujuk Dya untuk belajar tidur sendiri di kamarnya. Saat itu usianya 8 tahun sedangkan adiknya masih 2 tahun.
ANANDYA KECIL
Tidur sama adik Tari. Tidur sama adik Tari. Kakak tidur sama adik Tari.
BUNDA
Kakak tidur di kamar kakak ya, belajar tidur sendiri ya Nak!
LS. Membawa Dya ke dalam kamar. Terdengar suara Tari yang juga menangis ditinggal kakaknya.
FADE OUT : FLASHBACK
29. INT. KAMAR PAVILIUN ANANDYA – MALAM
LS. Tampak Anandya sedang tidur di samping bundanya di dalam kamar barunya di Bandung. MS. Dya tampak gelisah dan tak bisa tidur.
BUNDA
Kangen adek?
ANANDYA
Sepertinya sulit membiasakan diri tanpa Adek Bun!
BUNDA
Tanpa bunda gimana? (merajuk)
ANANDYA
Tanpa kalian semua. Bunda, Ayah, dan Adek adalah 3 manusia yang paling berharga dalam hidupku (memeluk bunda).
BUNDA
Supaya kakak tertidur, bagaimana bunda bacakan dongeng? Pada suatu hari…
ANANDYA
Ada seorang putri cantik bernama Anandya…
LS. Tampak Bunda dan Anandya tengah bernostalgia bersama pada kenangan malam-malam yang pernah mereka lalui.
DISSOLVE TO :
HARI PERTAMA MASA ORIENTASI MAHASISWA BARU
30. EXT. JALANAN DEPAN KAMPUS – PAGI
LS. Tampak Anandya sedang berjalan bersama bundanya menuju kampus. MS. Bunda merangkul putrinya. CS. Anandya memberikan senyum semangatnya menyambut kehidupan yang baru.
BUNDA
Alhamdulillah ya Kak! Bunda bisa mengantarkan kakak di hari pertama kuliah. Seperti yang lalu-lalu…
MONTAGE : Masa ketika bunda mengantarkan Anandya masuk TK, SD, SMP, dan SMA (sebagai latar suara Anandya)
ANANDYA (V.O)
Ya, bunda adalah orang yang selalu hadir dalam hidupku. Suka dan duka. Seperti dalam lagu Nadin Amizah dengan judul bertaut. Lagu itu membantuku untuk membahasakan harapanku pada perempuan yang melahirkanku ini. Mungkin beliau bukanlah sosok yang sempurna. Banyak celah yang ada pada dirinya. Tapi bunda selalu ada untuk mendukungku, adikku, dan ayahku. Bunda juga menerimaku utuh seperti apapun kondisi. Meskipun ada fase frustasi yang ia hadapi. Tapi nyatanya ia mampu bertahan sampai hari ini.
CUT TO :
31. INT. RUANG SEMINAR KAMPUS – PAGI
LS. Tampak seluruh mahasiswa yang diterima di kampus ini berkumpul bersama. Bunda tidak dapat ikut masuk. Anandya memberanikan diri untuk duduk pada kursi yang telah ditentukan sesuai nomor urut. MS. Mencari nomor urutnya. CS. Nomor urut 10 untuk Fakultas Ilmu Hayati. CS. Menemukan kursi. MS. Duduk. Tampak mahasiswa lain tengah mencari kursi mereka.
Amelia
Nomor 9, ya di sini! Permisi (menundukkan kepala dan tersenyum ke arah Anandya)
ANANDYA
Silahkan (membalas senyum)
MS. Menyusul seorang lagi. Laki-laki dengan kemeja yang sangat rapi.
AORTA
Nomor 11 (tersenyum ke arah Amelia dan Anandya lalu segera duduk)
MS. Amelia menyodorkan tangannya bersalaman pada Anandya dan Aorta. Begitu pula Aorta pada Anandya. Mereka bertiga tersenyum bersama.
Amelia
Aku Amelia Rissa, panggil aja Amel.
AORTA
Kalau aku Aorta Fadhil.
ANANDYA DAN AMEL
Aorta???
ANANDYA
Seperti nama pembuluh darah (dengan wajah polos, Amel dan Aorta serentak tertawa. Oh ya aku Anandya, kalian bisa memanggilku Dya. Aku individu autis.
AORTA
Autis? (menatap ke arah Amel)
ANANDYA
Iya, aku individu yang tumbuh dengan Autism Spectrum Disorder. Semoga berkenan berteman denganku! (Dya menundukkan kepala)
AMELIA
Albert Einstein, Mozart, Charles Darwin konon katanya juga individu autis. Wah, sangat beruntung aku yang pertama kali berkenalan denganmu Dya!
AORTA
Ya benar, semoga kita bisa berteman baik.
LS. Amelia menawarkan roti dalam kotak bekalnya. Tampak ketiga remaja itu tengah melanjutkan sesi perkenalan mereka.
ANANDYA (V.O)
Itulah perkenalan pertamuku dengan dua teman yang baik di kampus ini. Semoga mereka memang benar-benar berkenan berteman denganku.
CUT TO :