Kirim izin baca kepada penulis skrip ini?
Blurb
Karena Amel, Ravi menemukan bakatnya di bidang olahraga. Karena Amel, Ravi berani mencari jati dirinya. Amel memberikan perspektif luas mengenai cita-cita, impian, passion dan masa depannya. Namun, terlalu banyak bercerita soal hal-hal dewasa, membuat Ravi tidak pernah sempat bertanya mengenai Amel. Gadis itu seperti bawang, semakin dalam, semakin banyak lapisan cerita yang sulit dibuka.
Keanehan mulai terjadi ketika Amel menangis di pinggir jalan. Membawa banyak buku ke sekolah. Selalu pulang malam. Sekali, Amel pulang hanya dengan baju kaosnya, seragamnya rusak katanya. Yang paling aneh, Amel tidak jadi ikut olimpiade dua kali! Padahal, dia sudah mati-matian belajar untuk dapat medali emas.
Ravi terlalu sibuk memperhatikan Amel, sampai lupa menanyakan apakah semuanya baik-baik saja. Nyatanya, Ravi baru sadar bahwa Amel mengalami hari-hari berat di sekolah. Ceritanya dengan Amel berakhir suatu pagi di pantai, ketika jarak mereka sudah sangat jauh.
Keanehan mulai terjadi ketika Amel menangis di pinggir jalan. Membawa banyak buku ke sekolah. Selalu pulang malam. Sekali, Amel pulang hanya dengan baju kaosnya, seragamnya rusak katanya. Yang paling aneh, Amel tidak jadi ikut olimpiade dua kali! Padahal, dia sudah mati-matian belajar untuk dapat medali emas.
Ravi terlalu sibuk memperhatikan Amel, sampai lupa menanyakan apakah semuanya baik-baik saja. Nyatanya, Ravi baru sadar bahwa Amel mengalami hari-hari berat di sekolah. Ceritanya dengan Amel berakhir suatu pagi di pantai, ketika jarak mereka sudah sangat jauh.
Premis
Amel terhambat mengikuti olimpiade 2 kali karena dibully oleh empat seniornya secara verbal dan fisik, namun dia tidak pernah menceritakannya pada sahabatnya Ravi. Ravi baru mengetahui semuanya setelah Amel bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya di laut.
Pengenalan Tokoh
Ravi bersahabat dengan Amel karena Amel menyelamatkannya dari Ayahnya yang galak, saat sedang diceramahi untuk sekolah baik-baik. Amel menarik perhatian Ravi karena cewek itu selalu menjelaskan banyak hal mengenai passion, cita-cita, profesi yang belum pernah dia dengar dimana-mana.
Setelah melewati hari-hari bersama, suatu hari Amel menangis dan menolak bertemu Ravi. Alasannya, dia capek menjadi tukang pos yang mengantarkan barang titipan dari para senior yang menyukai Ravi, karena tahu mereka bersahabat. Amel meminta Ravi untuk menjauh darinya saat di sekolah, tapi, Ravi tidak mau. Alhasil, Amel menjauh sendiri. Tapi, ternyata di luar sekolah pun Amel benar-benar menjauhi Ravi. Mereka berjauhan selama satu semester, kemudian menjadi dekat kembali saat Amel mengundang Ravi untuk makan di rumahnya. Setelah itu, Amel secara sadar kembali berbicara dengan Ravi, seolah kemarin tidak terjadi apa-apa. Mereka saling berbagi hal yang kemarin tak sempat diceritakan.
Ravi menyukai tim softballnya. Dia suka berlari dan memukul bola. Ravi juga menceritakan seperti apa perannya di dalam tim. Amel sendiri hanya menceritakan kalau dia tidak jadi ikut olimpiade lagi, untuk kedua kalinya. Alasannya karena ragu.
Hari-hari selanjutnya, Ravi menemukan keanehan pada Amel. Amel membawa banyak buku dan menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan. Amel juga sering pulang malam, padahal dia tidak ikut bimbingan olimpiade lagi. Amel juga pernah pulang malam dengan kondisi mengenakan baju kaos tipis, dengan alasan seragamnya rusak. Amel juga sering membicarakan hal-hal seperti menyerah, melawan atau bertahan.
Ravi pun mengajari Amel cara bermain softball setelah pertandingannya selesai. Dia mengajari Amel cara memukul dan melempar bola. Ravi memberikannya banyak motivasi melalui softball.
Suatu hari, Amel meminta kado ulang tahun tak biasa, yaitu ke pantai. Karena Ravi orang kaya, Amel meminta pantai itu disewa selama sehari sehingga tidak ada pengunjung. Mereka izin sekolah selama sehari. Di pantai, mereka menikmati waktu santai selama seharian. Mereka menyaksikan matahari terbenam, lalu Amel mulai menangis. Amel merindukan keluarganya yang dulu, sebelum dia tinggal dengan tantenya seperti sekarang. Dia juga menanyakan apa tujuannya hidup. Amel merasa terjebak dalam kotak kaca, dimana jika dia bertahan di dalamnya, dia bisa kehabisan nafas. Dia juga bisa menghancurkan kotak kacanya, tapi, dia akan terluka. Tidak ada jalan keluar. Amel berkata, orang-orang menyakitinya.
Setelah itu, Ravi menenangkan Amel, bertanya pelan-pelan tentang siapa yang dimaksud Amel. Amel hanya memberitahu Ravi bahwa nama-nama yang menyakitinya ada di atas meja belajarnya. Setelahnya, mereka berbicara banyak hal menyenangkan. Ravi tidur duluan karena Amel masih ingin sendiri.
Paginya, Ravi terbangun oleh satpam yang mengetuk pintunya. Ravi benar-benar kaget, Amel tergeletak tak bernyawa di pinggir pantai setelah diselamatkan para penjaga pantai. Tanpa mencari tahu, Ravi tahu kalau Amel bunuh diri. Sengaja menenggelamkan dirinya.
Ravi pulang dari pantai membawa kabar duka itu. Dia masuk ke kamar Amel dan mencari sesuatu. Meja belajar Amel penuh oleh buku catatan para senior. Ternyata, selama ini, Amel disuruh mengerjakan semua tugas para senior. Ravi mencari nama-nama senior itu di sekolah. Tiga senior itu pun terpaksa menjelaskan semuanya. Mereka bahkan menyerahkan sebuah ponsel berisi foto-foto tubuh Amel seperti dada, paha, dan wajahnya.
Ravi juga menghajar Roy sampai babak belur setelah menang pertandingan. Roy yang melecehkan Amel. Ravi menghajar Roy sampai menangis karena merasa bersalah tidak tahu apa-apa mengenai sahabatnya sendiri.
Seseorang bisa tetap tersenyum bahkan saat punya banyak masalah. Seseorang bisa tidak sadar mengenai suatu masalah yang terjadi bahkan pada orang terdekatnya. Pertanyaan seperti 'are u okay' sangat berharga bagi mereka yang sedang berjuang melawan dilema mereka untuk tetap hidup atau mati.
Setelah melewati hari-hari bersama, suatu hari Amel menangis dan menolak bertemu Ravi. Alasannya, dia capek menjadi tukang pos yang mengantarkan barang titipan dari para senior yang menyukai Ravi, karena tahu mereka bersahabat. Amel meminta Ravi untuk menjauh darinya saat di sekolah, tapi, Ravi tidak mau. Alhasil, Amel menjauh sendiri. Tapi, ternyata di luar sekolah pun Amel benar-benar menjauhi Ravi. Mereka berjauhan selama satu semester, kemudian menjadi dekat kembali saat Amel mengundang Ravi untuk makan di rumahnya. Setelah itu, Amel secara sadar kembali berbicara dengan Ravi, seolah kemarin tidak terjadi apa-apa. Mereka saling berbagi hal yang kemarin tak sempat diceritakan.
Ravi menyukai tim softballnya. Dia suka berlari dan memukul bola. Ravi juga menceritakan seperti apa perannya di dalam tim. Amel sendiri hanya menceritakan kalau dia tidak jadi ikut olimpiade lagi, untuk kedua kalinya. Alasannya karena ragu.
Hari-hari selanjutnya, Ravi menemukan keanehan pada Amel. Amel membawa banyak buku dan menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan. Amel juga sering pulang malam, padahal dia tidak ikut bimbingan olimpiade lagi. Amel juga pernah pulang malam dengan kondisi mengenakan baju kaos tipis, dengan alasan seragamnya rusak. Amel juga sering membicarakan hal-hal seperti menyerah, melawan atau bertahan.
Ravi pun mengajari Amel cara bermain softball setelah pertandingannya selesai. Dia mengajari Amel cara memukul dan melempar bola. Ravi memberikannya banyak motivasi melalui softball.
Suatu hari, Amel meminta kado ulang tahun tak biasa, yaitu ke pantai. Karena Ravi orang kaya, Amel meminta pantai itu disewa selama sehari sehingga tidak ada pengunjung. Mereka izin sekolah selama sehari. Di pantai, mereka menikmati waktu santai selama seharian. Mereka menyaksikan matahari terbenam, lalu Amel mulai menangis. Amel merindukan keluarganya yang dulu, sebelum dia tinggal dengan tantenya seperti sekarang. Dia juga menanyakan apa tujuannya hidup. Amel merasa terjebak dalam kotak kaca, dimana jika dia bertahan di dalamnya, dia bisa kehabisan nafas. Dia juga bisa menghancurkan kotak kacanya, tapi, dia akan terluka. Tidak ada jalan keluar. Amel berkata, orang-orang menyakitinya.
Setelah itu, Ravi menenangkan Amel, bertanya pelan-pelan tentang siapa yang dimaksud Amel. Amel hanya memberitahu Ravi bahwa nama-nama yang menyakitinya ada di atas meja belajarnya. Setelahnya, mereka berbicara banyak hal menyenangkan. Ravi tidur duluan karena Amel masih ingin sendiri.
Paginya, Ravi terbangun oleh satpam yang mengetuk pintunya. Ravi benar-benar kaget, Amel tergeletak tak bernyawa di pinggir pantai setelah diselamatkan para penjaga pantai. Tanpa mencari tahu, Ravi tahu kalau Amel bunuh diri. Sengaja menenggelamkan dirinya.
Ravi pulang dari pantai membawa kabar duka itu. Dia masuk ke kamar Amel dan mencari sesuatu. Meja belajar Amel penuh oleh buku catatan para senior. Ternyata, selama ini, Amel disuruh mengerjakan semua tugas para senior. Ravi mencari nama-nama senior itu di sekolah. Tiga senior itu pun terpaksa menjelaskan semuanya. Mereka bahkan menyerahkan sebuah ponsel berisi foto-foto tubuh Amel seperti dada, paha, dan wajahnya.
Ravi juga menghajar Roy sampai babak belur setelah menang pertandingan. Roy yang melecehkan Amel. Ravi menghajar Roy sampai menangis karena merasa bersalah tidak tahu apa-apa mengenai sahabatnya sendiri.
Seseorang bisa tetap tersenyum bahkan saat punya banyak masalah. Seseorang bisa tidak sadar mengenai suatu masalah yang terjadi bahkan pada orang terdekatnya. Pertanyaan seperti 'are u okay' sangat berharga bagi mereka yang sedang berjuang melawan dilema mereka untuk tetap hidup atau mati.
Sinopsis
Disukai
0
Dibaca
348
Tentang Penulis
mufida saediman
-
Bergabung sejak 2020-05-09
Telah diikuti oleh 0 pengguna
Sudah memublikasikan 2 karya
Menulis lebih dari kata
Rekomendasi dari Drama
Skrip Film
home run
mufida saediman
Flash
Si Lola Menyebalkan
Nuel Lubis
Novel
Hari Kemarin
M Ilhamsyah
Novel
Alang
Republika Penerbit
Novel
Republik Bandit
Arie Raditya Pradipta
Novel
3663 km Menuju Bulan
Tary Lestari
Flash
PADI & ILALLANG
Rahmayanti
Flash
The Middle Child
Nurulina Hakim
Cerpen
Menembak Gagak
Sulistiyo Suparno
Cerpen
Bagian terakhir dari hidup
Aldika R
Novel
Sowon
Bella Puteri Nurhidayati
Novel
CAHAYA DI BALIK BAYANG
Lewi Satriani
Skrip Film
Darah Daging
Eko Hartono
Novel
The Badboy
Fidya Damayanti
Novel
Cinta di Balik Pesantren (Buku Terakhir)
Khairul Azzam El Maliky
Rekomendasi