Hilangnya Juru Masak Bebek Peking
10. So Delicious

Dua minggu kemudian, konglomerat keturunan Dinasti Yuan yaitu Pak Zeng Shang dan Istrinya tiba di Indonesia untuk menyantap bebek peking yang mereka nantikan.


51. INT. RESTORAN DINASTI ORIENTAL – MALAM

Sabdo datang memasuki ruang makan VVIP dengan membawa baki tertutup. Sabdo membawa dua baki dan menaruhnya dengan anggun dan hati-hati.

                            

                   ZENG SHANG
Biar saya saja yang membuka tutupnya.

 

                   PAPA CIKA
Silah kan Pak...

 

Zeng Shang membuka tutup baki pertama yang diarahkan oleh Sabdo.


               ISTRI ZENG SHANG
Wow... aromanya harum sekali dan tampak lezat.
Kita cicip yang ini dulu ya pah.

 

Zeng Shang mengangguk. Langsung mengambil pisau dan garpu lalu mengiris bagian daging bebek peking. Setelah itu, meletakkannya di piring istrinya lalu ke piringnya sendiri.

Raut wajah Papa Cika dan Sabdo agak tegang, tapi mereka menutupinya dengan senyuman.

Zeng Shang dan istrinya mulai melahap.

 

                  ZENG SHANG
Bagaimana rasanya mah?

 

                ISTRI ZENG SHANG
Enak sekali pah, saya seperti mau menangis.
Rasa bebeknya sama seperti waktu pertama kali saya datang ke Indonesia dan jadi rindu nenek.
Terima kasih... (menghadap ke Papa Cika)

 

                   PAPA CIKA
Sama-sama, dengan senang hati ibu.

 

                ISTRI ZENG SHANG
Pah, saya mau mencicipi bebek peking yang satu lagi ya.

 

Zeng Shang berdiri dan membuka baki yang satunya.

Terlihat bebek peking panggang yang kulitnya mengilap dan berwarna kemerahan. Zeng segera mengambil garpu dan pisau.

Dengan perlahan, Zeng mulai mengiris bagian dada bebek tersebut.

Terdengar suara kres... kres... saat ZENG SHANG mengiris dagingnya. Tampak renyah. Lalu menyajikan ke piring istrinya.                       

Istri Zeng Shang mengunyah dengan sangat khidmat dan ia mengalihkan pandangan ke Sabdo.


               ISTRI ZENG SHANG
Anak muda, apakah kamu yang memasak keduanya?


                    SABDO
Iya bu, saya yang memasaknya.

 

              ISTRI ZENG SHANG
Apakah baki yang ke dua ini kamu masak menggunakan oven batu bata dan ada kayu aromatik seperti... persik?


                    SABDO
Benar sekali ibu...

 

                 ISTRI ZENG SHANG
Bisa kamu ceritakan proses memasaknya secara singkat?

 

                   SABDO
Baik buk. Jadi, Bebek peking ini saya proses selama tiga hari.
Hari pertama setelah dibersihkan, saya gantung semalaman hingga kering.
Hari kedua diangin-angin di antara kulit dan daging bebek supaya kulit bebek mengilap, setelah itu saya lumuri glasir campuran madu dan air.
Di hari ke tiga, saya panggang di oven batu bata yang ada kayu persik di dalamnya.

 

               ISTRI ZENG SHANG
Pantas saja, rasanya cenderung seperti buah-buahan.
Saya tahu bahwa ini adalah bebek peking tradisional ala Tiongkok.
Sungguh lezat. Dan saya jamin, ini bebek peking terbaik yang pernah ada di negeri kalian.

 

                  SABDO
Terima kasih banyak dan saya merasa sangat terhormat dapat menyajikannya untuk Ibu dan Bapak Zeng Shang.

 

                  PAPA SABDO
Baik, kalau begitu Bapak dan Ibu dapat menikmati hidangannya.
Kami undur diri dan jika ada sesuatu, bisa hubungi kami kembali.

 

                  Zeng Shang
Baik Pak Heri, terima kasih.

 

Zeng Shang dan istri melahap hidangan bebek peking hingga habis, tanpa tersisa sedikit pun.

                                               CUT TO:

 

52. INT. KANTOR RESTORAN DINASTI ORIENTAL – SIANG

Papa Cika menyerahkan amplop tebal pada Sabdo disertai ucapan terima kasih. Selain itu, Sabdo juga ditawari untuk bekerja di Dinasti Oriental.

 

                 PAPA CIKA
Sabdo, atas hasil masakan bebek peking buatanmu, restoran ini mendapatkan pemasukan yang fantastis dan ini bagian untukmu sebagai koki.
Diterima ya! (menyerahkan amplop ke Sabdo).


                    SABDO
(Sabdo menerima amplop) Terima kasih banyak Pak Heri.


                  PAPA CIKA
Sabdo. Apakah kamu kenal dengan Hansen? Dia pemilik restoran Pandu Rasa.

 

                   SABDO
Ya Pak. Saya kenal beliau dan saya juga pernah bekerja di restoran Pandu Rasa.

 

                  PAPA CIKA
                (berkaca-kaca)
Syukurlah... (mengusap wajah)
Sebenarnya, inilah tujuan utama saya mengadakan sayembara, yaitu untuk menemukan murid Hansen dan kamu orangnya.

 

                   SABDO
Sudah lama saya tak mendengar kabar Pak Hansen. 
Apakah bapak tahu keberadaan beliau?
Tolong sampaikan salam saya dan jika bapak berkenan saat ini juga, saya mau bertemu dengan pak Hansen.


                   PAPA CIKA
Soal Hansen, sekarang dia lagi di luar negeri bersama anak-anaknya.
Kamu tidak perlu khawatir, lain waktu kita akan berbicara soal Hansen.
Hansen itu adalah murid ayah saya.
Ketika saya mencicipi bebek peking buatan kamu, persis seperti buatan ayah.
Kini, ayah saya sudah meninggal.


                    SABDO
Syukurlah, bapak tahu kabar tentang pak Hansen. Oh... saya juga baru tahu, jika gurunya pak Hansen itu orang tuanya bapak.

 

                   PAPA CIKA
Sekarang, saya mau kamu bergabung di sini. Sebagai koki spesialis Bebek Peking. sekaligus penerus ayah saya.

 

                     SABDO
Mohon maaf pak, untuk sekarang saya tidak bisa bergabung di restoran ini.
Setelah dari sini, saya dan ibu akan berangkat ke Penang, Malaysia. Untuk pengobatan ibu.


                   PAPA CIKA
Oh, sayang sekali Sabdo. kenapa tidak berobat di sini saja?
Saya yang akan menanggung seluruh biaya pengobatan ibu kamu...


                   SABDO
Tidak pak, terima kasih sekali. Bukan hanya pengobatan ibu pak, saya juga sudah mendaftar di salah satu kampus untuk melanjutkan kuliah di sana.

 

                 PAPA CIKA
Ya, memang tidak salah juga jika tujuan kamu untuk melanjutkan pendidikan. Mumpung masih muda, HEHEHE...
Baiklah kalau begitu, sepulang dari sana ... pokoknya, kapan pun jika kamu butuh pekerjaan bisa langsung kesini ya!
Hati-hati di jalan Sabdo, semoga sukses. Salam buat Ibu dan semoga lekas sehat ya.


Papa Cika bersalaman dengan Sabdo dan mereka berpelukan.

                                               CUT TO:

 

53. EXT. PARKIRAN RESTORAN DINASTI ORIENTAL – SIANG

Begitu melihat Sabdo, Cika langsung parkir dan turun dari mobilnya. Dia menghampiri Sabdo dengan senang hati.

                     CIKA
Sabdo...


Sabdo menoleh ke arah Cika


                     SABDO
Hai Cik...


                    CIKA
Eh, lu mau ke mana? Kata bokap gue, lu bakal kerja di sini.
Kapan?
Gue juga bakal pindah ke sini, Depot Siap Saji mau tutup. Semua karyawan gue   pindah ke sini.

                            

SABDO
Bokap? Bokap kamu siapa?

 

                    CIKA
Bokap gue yang punya restoran ini... elu dari kantor bokap kan?

 

                     SABDO
Oh... jadi kamu anaknya Pak Heri? Pantas mirip.

 

                     CIKA
Ya Ampun... kan sudah pernah ketemu waktu di rumah sakit, waktu ibu lu berobat. Yang elu minta ganti rugi ke gue...

 

                    SABDO
Oh iya, ya... HAHA... Tapi Cik, sekarang saya buru-buru. Takut ketinggalan pesawat...
 
                    CIKA
HAH! Pesawat? Memang elu mau ke mana?

 

                    SABDO
Saya mau ke Penang, Ibu operasi jantung di sana. Sekalian, saya lanjut kuliah juga.

 

                    CIKA
(sedih)
Jadi kita bakal enggak ketemu lagi?

 

                    SABDO
Kuliah pendek Cik... paling lama dua tahun di sana. Terus balik lagi kesini...

 

                    CIKA
Hem... dua tahun ya.

 

                    SABDO
Ya sudah Cik, saya pergi dulu ya. (Sabdo menyalami Cika). Sampai jumpa lagi Cik. Kamu, jaga diri baik-baik ya!

 

Cika mengangguk, setelah itu Sabdo pergi dan hilang dari pandangan Cika. Cika mengusap air matanya yang mengalir.

                                               CUT TO:


54. INT. WARTEG PAK EMAN - SIANG

Sabdo dan Ibunya datang ke WARTEG Pak Eman untuk berpamitan. Sabdo bersalaman pada Ratih, memeluk Asep dan bersalaman dengan Pak Eman serta memeluknya juga. Ratih, Asep dan Pak Eman bersalaman dengan Ibu Sabdo. Setelah itu Sabdo dan Ibunya pergi.

                                          DISSOLOVE

 

55. EXT. LANDASAN PACU PESAWAT TERBANG - SIANG

SUPERIMPOSE pesawat terbang yang sedang lepas landas


2 tahun kemudian...


56. INT. RESTORAN DINASTI ORIENTAL – SORE

Juan, Guntur dan Anjar sedang beristirahat bersama. Wajah mereka kelelahan karena bekerja seharian. Guntur menguap, Juan dan Anjar asyik dengan telepon genggamnya.

Tersiar kabar yang sedang viral di mana-mana, sebuah toko kue dan roti yang baru buka. Dan itu lagi jadi perbincangan di seluruh penjuru kota. Cika adalah salah satu orang yang sangat ingin untuk datang ke toko tersebut.

Cika datang menghampiri ke tiga kawan tersebut.

 

                    CIKA
Kalian kok lesu semua sih? Capek ya?

                            

                    GUNTUR
Ya, namanya kerja di restoran besar. Beda jauh sama depot...


                    ANJAR
Iya, gue juga heran. Pembelinya rame banget... apalagi pas siang. Kayak enggak ada habisnya.

 

                    JUAN
Biar begitu, pendapatan juga beda bro... melesat!
Eh kalian tahu So Delicious? Itu, toko kue dan roti yang baru.
Viral, seliweran terus di beranda medsos gue.

 

                    CIKA
Iya, gue jadi kepingin coba.
Ke sana yuk!
Ayo lah... kapan lagi kita bisa jalan bareng-bareng? HEHE...

 CUT TO:


57. INT. TOKO KUE SO DELICIOUS – SORE

Cika, Guntur, Juan dan Anjar sudah tiba di So Delicious. Cika masih sibuk memilih kue, sedangkan ke tiga temannya sudah antre untuk membayar. Anjar melihat seorang tukang kasir yang tidak asing.


                   ANJAR
Bro, bro... coba lihat ke tukang kasirnya. Kayak pernah tahu, tapi siapa ya?

 

                    JUAN
Iya ya, siapa ya? pernah jadi artis mungkin.

 

Guntur tidak mendengar ucapan kedua temannya tersebut, dia terus melihat isi baki yang dibawanya dan ingin segera melahap kue-kue yang menggiurkan.

Tiba di kasir, mereka langsung menjadikan satu kue-kue mereka untuk dibayar.

Guntur melihat ke tukang kasir dan ia langsung tahu orang tersebut dan menyapanya.

 

                    GUNTUR
Mas Sabdo...


Sabdo langsung melihat ke Guntur lalu Anjar dan Juan.

 

                    SABDO
Eh Kalian. Apa kabar? Sudah lama tidak bertemu.

 

Anjar dan Juan langsung bengong melihat Sabdo. ada rasa terkejut di awal.


                    GUNTUR
Ya, seperti yang mas lihat saat ini. Masih hidup sampai sekarang.

 

Sabdo memasukkan kue-kue dalam kotak tanpa menghitung harganya. Setelah itu, Sabdo meminta salah satu karyawannya untuk menjadi kasir.


                    SABDO
HAHAHA... Syukurlah kalau begitu. Kita duduk-duduk di sana dulu yuk! (menunjuk ke arah bangku-bangku).


Sabdo membawa kotak yang berisi kue-kue tersebut dan mengajak tiga kawanan itu untuk duduk disalah satu meja kosong. Mereka mengikuti Sabdo.


                    ANJAR
                (bisik-bisik)
Eh eh... kita enggak bayar kue-kuenya?

                            

                    JUAN
Sudah, ikuti saja. Rezeki enggak boleh ditolak.

 

Mereka sudah duduk disalah satu bangku pilihan Sabdo.

Ketika Cika sedang mengantre untuk membayar, Guntur memanggilnya.

 

                    JUAN
Mbak Cika! Sini...

 

Cika langsung melihat ke arah Juan

 

                    CIKA
Sebentar, gue mau bayar.

                       

Juan langsung mendatangi Cika dan mengajak duduk bersama.

Cika terkejut ketika melihat Sabdo berada di sana. Cika pun datang menghampiri.


                     CIKA
S... Sabdo?

 

                     SABDO
Hai Cik...

 

                    ANJAR
Duduk di sini mbak! Mbak tahu enggak? Mas Sabdo sekarang kerja di sini.

 

                     CIKA
Kerja di sini? (melihat ke arah Sabdo)

 

                    ANJAR
Iya... jadi tukang kasir. Kita enggak perlu bayar kue-kuenya, semua gratis! HEHE... Terima Kasih ya Mas Sabdo.

                            

GUNTUR
Jangan asal bacot lu! Lu lupa? Kalau Mas Sabdo senior kita di APCI.
Lulusan terbaik coy... Terus dia juga juara lomba bebek peking dua tahun lalu.

 

                     SABDO
Cika, ada yang mau saya bicarakan sama kamu.



Cika mengikuti langkah Sabdo dan mereka berhenti di pojok sambil berdiri.


                     CIKA
Mau bicara apa Do?

 

                     SABDO
Sebenarnya selama ini saya suka sama kamu. Tapi saya enggak punya nyali buat bilang.

 

                  CIKA (marah)
Apa-apaan lu? Dua tahun pergi, enggak ada kabar, pas ketemu lagi tiba-tiba bilang suka.
Lu kan punya nomor gue! Kenapa enggak hubungi gue?

                  

                     SABDO
Ya... bingung juga mau bilang apa? Karena memang belum siap.
Tapi jujur, selama ini saya selalu memantau kamu. Bahkan saya juga rindu.
Saya tahu dari semua media sosial kamu.
Nanti malam, saya ke Dinasti Oriental ya. Mau ketemu Papa kamu, saya masih menyimpan nomornya juga.

 

                     CIKA
Ketemu Papa buat apa?

 

                     SABDO
Buat melamar kamu.

 

seketika, Cika mematung dengan kata-kata yang keluar dari mulut Sabdo.

Diam-diam Juan mencari tahu tentang pemilik dari So Delicious di mesin pencari. Dan nama yang keluar adalah Sabdo Hidatullah. Juan langsung memberitahu ke Anjar dan Guntur.

 

                   JUAN
Njar... Tur... ternyata Mas Sabdo pemilik So Delicious... Toko ini punya dia!


                    ANJAR
Yang benar? Mana-mana? (ia merebut ponsel Juan).
Wah, iya!


                            GUNTUR
Mantap!

 

                             SELESAI

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar