11. Permintaan Gama
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

40. INT. RUANG KERJA GAMA-PAGI

Sudah hampir dua jam GAMA duduk di meja kerjanya tanpa melakukan apa-apa. Komputer di hadapannya dalam keadaan mati, yang berarti ia tidak sedang melanjutkan tulisannya. Ruangan itu juga gelap, hanya ada cahaya matahari pagi yang masuk dari jendela di belakangnya.

GAMA menoleh ke arah kanan, ke arah dinding, tempat di mana kalendernya tergantung. Tanggal 18 Juni. Di sebelahnya adalah tanggal hari esok. Terdapat sebuah lingkaran yang digambar dengan tinta merah pada angka 19 yang tercetak di atas kalender itu. Di bawah lingkaran tersebut tertulis "Eksekusi #12".

Setelah menatapi kalender selama beberapa saat, GAMA bangkit dan keluar dari ruang kerjanya.

41. INT. LAPAS PASIR PUTIH-SIANG

Dua sahabat itu kembali bertemu. GAMA menyampaikan sebuah keinginan. BASKARA tidak senang dengan permintaan itu.

BASKARA

Engga, Gam.

GAMA

Ayolah, Bas. Sekali aja.

BASKARA

Lo sadar itu ga akan bagus buat lo, kan? Buat dia gapapa karena setelah besok, well, you know. Tapi buat lo?

GAMA mengacak rambutnya frustasi.

GAMA

Please? Sekali aja dan ini juga akan jadi yang terakhir. Lo tau itu.

Beberapa perdebatan kemudian, BASKARA menyerah. Ia membawa sahabatnya menyusuri lorong lapas.

42. INT. SEL UTARA-SIANG

UTARA mendengar suara pintu selnya terbuka. Sama seperti hari-hari sebelumnya, ia tidak peduli. Wanita itu sedang terngkurap dan kepalanya menghadap dinding di hadapannya, melamun.

Beberapa saat kemudian, ia sibuk dengan jemarinya, memain-mainkan ujung plester luka yang sedikit terbuka.

GAMA

Waktunya makan.

Gerakan UTARA berhenti. Tubuhnya seolah membeku sejenak setelah mendengar suara itu.

GAMA

(dengan tenang)

Hey, ga denger? Waktunya makan siang.

Tanpa babibu, UTARA segera membalikkan badannya dan terduduk. Ia tidak bisa mempercayai matanya sendiri. Melihat UTARA sudah memberikan respon, GAMA melangkah masuk ke dalam sel tersebut dan pintu di belakangnya kembali tertutup.

GAMA melangkah pelan dengan nampan di tangannya, bermaksud untuk meletakkan nampan itu di atas meja. Namun, GAMA melihat bahwa meja itu penuh dengan lipatan-lipatan origami. Mulai dari burung, kelinci, sampai bebek. Di sebelah lipatan-lipatan origami tersebut terdapat buku "Mati atau Mati" yang terlihat lebih tipis dari yang seharusnya. Pertanyaan GAMA akan mengapa hewan-hewan kertas kecil tersebut memiliki motif berupa tulisan sudah terjawab.

Sebuah tawa mendengus lolos dari mulutnya.

GAMA

Ternyata kamu juga pinter lipat origami.

Sebelah tangannya bergerak untuk membersihkan meja tersebut. Kemudian, ia meletakkan nampan berisi makan siang UTARA di atasnya.

GAMA

(dengan nada ceria)

Padahal itu cetakan yang pertama. Sekarang malah sobek-sobek, deh, halamannya.

GAMA kemudian duduk di atas kursi dan berhadap-hadapan langsung dengan UTARA. Yang ditatap itu tidak menatap balik, matanya tertuju pada jari-jari kakinya.

GAMA

Saya udah denger tentang apa aja yang kamu lakuin sejak saya ga dateng ke sini lagi.

UTARA masih diam.

GAMA

Kamu ga baca surat saya?

Masih tidak ada jawaban.

GAMA

Saya, kan, sudah pesan, habiskan hari-harimu dengan menyenangkan.

Kali ini, UTARA yang mengeluarkan sebuah dengusan yang terdengar mengejek.

UTARA

Menyenangkan? Apa yang menyenangkan dari tinggal di dalam penjara?

Suaranya terdengar tenang, walau keadaan hatinya berbanding terbalik. Dua bahu GAMA terangkat.

GAMA

Entahlah. Membaca? Mencari teman? Atau berolahraga sedikit supaya tetap sehat.

UTARA

Udah selesai baca. Gaada yang mau berteman denganku. Ngapain olahraga? Toh, besok juga mati.

Kemudian hening. GAMA menggosokkan kedua telapak tangannya canggung.

GAMA

Baiklah kalau begitu.

GAMA bangkit dari duduknya, bermaksud untuk tinggal. Tiba-tiba, langkahnya terhenti karena UTARA menahan tangannya.

UTARA

Mas.

GAMA

Hm?

UTARA

Besok.

GAMA

Kenapa besok?

UTARA

Jangan ragu, ya. Soalnya, aku udah siap. Aku udah siap sejak kemarin-kemarin.

UTARA melemparkan sebuah senyum sekilas. GAMA membalasnya dengan sebuah senyum kecil dan keluar dari sel tersebut. Mata UTARA tertuju pada nampan di atas meja. Ia pun beranjak dan duduk di depan meja, bersiap untuk memakan makanan pertamanya dalam beberapa hari.

GAMA menyandarkan tubuhnya pada pintu sel.

GAMA

(dengan pelan)

Saya yang belum siap.

Hari esok akan menjadi kali pertama GAMA merasa ragu untuk menarik pelatuk.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar