37. INT. RUMAH GAMA
Hari-hari selanjutnya banyak dihabiskan GAMA di rumah, terutama di dalam ruang kerjanya, di depan komputer. Ia tidak melakukan banyak, hanya mengetik dan mengetik. Atau ... berusaha untuk mengalihkan pikirannya dengan mengetik, yang sebenarnya tidak bekerja sama sekali.
GAMA menjadi beberapa kali lebih sensitif. Asisten-asisten rumah tangganya yang menjadi pelampiasan.
GAMA
Mbak! Ini kok nyapunya ga bersih gini, sih?!
Padahal GAMA hanya menemukan sehelai rambut di lantai.
GAMA
Mbak, udah pagi itu lampu dimatiin, hemat listrik!
Padahal saat itu jam baru menunjukkan pukul lima lewat seperempat pagi. Langit bahkan masih remang karena matahari baru saja naik.
GAMA
Mbak, kopinya kenapa manis banget, sih?! Bukannya udah tau saya suka yang pahit?
Padahal sang ART hanya memasukkan satu sendok gula, seperti biasanya.
GAMA
Mbak! Mbak! Mbak!
Wanita-wanita malang yang menjadi tempat pelampiasan GAMA hanya bisa menghela napas panjang. Mereka tidak tahu apa yang membuat GAMA menjadi galak seperti ini dan mereka juga tidak punya keberanian untuk bertanya.
GAMA tampak berantakan setelah beberapa hari. Tidak ada yang tahu kapan terakhir kali dia mandi atau tidur. Dia seolah tidak pernah beranjak dari ruang kerjanya sama sekali.
38. INT. LAPAS PASIR PUTIH
Keadaannya tidak jauh berbeda dengan UTARA. Emosi wanita itu semakin buruk setelah GAMA berhenti datang dan ia dipindahkan ke sel yang penjagaannya dua kali lebih ketat dari sebelumnya. Untungnya, UTARA sangat vokal dalam mengungkapkan isi hatinya. Beberapa kali dalam sehari, ia akan berteriak, "Gama sialan!" ketika pintu selnya dibuka.
Pada hari ketiga sejak UTARA dipindahkan, BASKARA datang mengantarkan makan siang padanya. Ketika kepala sipir itu datang kembali untuk mengambil nampan bekas makan siangnya, UTARA sengaja mendorong nampan itu dengan sangat keras kepadanya sampai menabrak dadanya dan ia termundur beberapa langkah.
BASKARA mengehela napas dan memijat kepalanya beberapa kali dalam sehari karena melihat dan mendengar tentang tingkah napi yang satu itu.
BASKARA pikir, membiarkan UTARA melanjutkan membaca buku yang dipinjamkan GAMA mungkin dapat membuatnya lebih tenang. Ternyata sebaliknya, hal itu membuat UTARA tambah emosi. Ia akan melemparkan buku itu ke dinding dan menginjak-injaknya kala merasa kesal.