5. EXT. PESANTREN – SIANG
Sejauh mata memandang hanya ada ilir mudik santri, ada yang sedang terburu-buru menuju masjid, ada yang sedang mondar-mandir sambil komat-kamit mulutnya menghapal bacaan Al-Quran. sedangkan Ammar dan Satria langsung bergegas menuju masjid yang sudah sangat ia kenal untuk sholat tahyatul masjid.
SATRIA
(Menepuk pundak Ammar)
Mar, Ayo cari tempat pendaftarannya! Kok kamu malah ngelamun!
AMMAR
(Terperanjat)
Maaf, Sat. Aku jadi teringat masa-masa laluku dulu.
Lalu tak lama mereka langsung bergegas menuju tempat pendaftaran santri baru yang Ammar sudah mengenal betul lokasinya. Di sana ada beberapa petugas yang sedang berjaga. Dengan ramah mereka langsung menjawab pertanyaan dari Ammar. Tapi sayang keramahan mereka malah tidak membuat Ammar bahagia dan sumringah, pasalnya Ammar dipaksa menerima keadaan dimana waktu pendaftaran santri barunya sudah tutup dan minggu depan para santri sudah harus mengikuti masa pengenalan lingkungan pesantren.
Sudah hampir setengah jam Satria sabar menunggu Ammar berbicara. Tapi Ammar tetap belum berbicara, matanya merah seperti ingin menampung air mata. Tubuhnya ambruk tersandar di sebuah pohon besar di depan pintu gerbang pesantren.
SATRIA
(Memegang pundak Ammar pelan)
Sudah, jangan dipikirkan, Mar. Itu berarti bukan jodohmu. Mending sekolah di SMA saja sepertiku.
AMMAR
(Matanya menatap tajam)
Kau tidak mengerti, Sat. Bahkan
Tak bakal bisa mengerti tentang impian itu.
Cukup lama Satria menunggu Ammar bangkit dari tempat duduknya, bahkan di sepanjang jalan menuju mobil, Ammar tetap mendiamkan Satria. Satria yakin jika Ammar bukan kecewa karena ucapannya, tapi dia masih kecewa karena tidak ada kesempatan masuk lagi ke Pesantren.
AMMAR
Besok tunggu aku di persimpangan, kita barengan aja mendaftar SMA.
(Ucapan Ammar menganggetkan Satria saat hendak menaiki mobil).
Mobil mereka melaju dengan kencang dengan membelah senja yang akan masuk hari yang gelap.
FADE OUT