79. INT. RUANG MAKAN - RUMAH AUREL - DAY
Aurel duduk termenung, memandangi meja makan dengan tatapan kosong. Ibu heran melihat Aurel. Dia berjalan mendekat, menyenggol lengan Aurel.
IBU
Ayo, makan! Jangan cuma di pelototin aja dari tadi.
Ibu mengeser kursi dan duduk di depan Aurel. Dia menyendokkan nasi ke piring sambil melirik ke arah Aurel.
Aurel meraih sendok dan makan dengan perlahan. Ibu tersenyum tipis sambil menyendokkan makanan ke mulut. Setelah beberapa suap, Aurel kembali menaruh sendok di atas piring. Dia menatap ibu yang makan dengan lahap.
AUREL
Bu...
Ibu menoleh bingung. Aurel menatap ibu sekilas, lalu menundukkan kepala.
AUREL (CONT'D)
Apa Aurel sebaiknya berhenti kuliah aja ya, Bu?
IBU
Loh? Kenapa mau berhenti, Nak? Ada masalah sama kuliahmu?
Aurel mengeleng, menghindari tatapan mata ibu. Ibu keheranan.
IBU (CONT'D)
Kalo gak ada masalah apa-apa, kenapa mau berhenti?
AUREL
Itu...
Aurel mengigit bibirnya, terlihat ragu. Ibu memandang Aurel dengan tatapan kesal.
IBU
Kalo kamu gak mau nyelesain kuliah, terus kamu mau jadi apa nanti? Sarjana yang pengangguran aja banyak, apalagi kamu yang statusnya masih mahasiswa.
AUREL
Bukan itu maksudnya, Bu.
IBU
Terus apa? Ibu gak ngerti sama jalan pikiranmu.
Aurel menghela napas. Dia mengambil napas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
AUREL
Begini, Bu. Bapak kan sekarang udah gak ada dan kita masih perlu lunasin hutang. Sedangkan kita juga perlu uang buat memenuhi kebutuhan hidup. Bagaimana kalo Aurel cari kerja tambahan buat menutup kebutuhan hidup dan bayar hutang-hutang itu. Aurel cuma mau bantu ibu cari uang.
IBU
Iya, tapi kamu mau kerja apa dengan hanya modal ijazah SMA?
AUREL
Apa saja, Bu. Asalkan halal.
Ibu mengeleng dengan tegas.
IBU
Enggak. Pokoknya ibu gak izinin kamu berhenti kuliah.
AUREL
Tapi, Bu...
IBU
Dengerin dulu perkataan ibu.
Ibu menarik (tangan) Aurel dan mengenggamnya erat.
IBU (CONT'D)
Kamu gak perlu khawatir. Ibu bukan pengangguran, Nak. Ibu punya penghasilan kok.
AUREL
Darimana, Bu? Jualan kue yang suka ibu titipin ke warung-warung itu?
Ibu mengangguk. Aurel mengeleng heran.
AUREL (CONT'D)
Iya, tapi hutang bapak kan banyak. Mana cukup?
IBU
Hey, kamu jangan ngeremehin dagangan ibu ya. Kamu pikir nasi & lauk-pauk, uangnya dari mana? Ini semua dari hasil keuntungan bersih penjualan kue-kue yang tiap hari ibu titipin ke pedagang-pedagang itu.
Aurel terdiam, tak mampu berkutik melihat Ibu yang terlihat lebih bersemangat dari biasanya.
IBU (CONT'D)
Soal hutang-hutang bapak biarlah jadi urusan ibu. (Beat) Oiya, mungkin kamu belum tahu. Beberapa hari yang lalu, ibu baru selesai ngurus surat-surat kematian bapakmu buat di klaim pihak asuransi.
AUREL
Asuransi? Bapak punya asuransi, Bu?
IBU
(Mengangguk) Nanti kalo sudah cair uangnya bisa kita pakai buat bayar hutang-hutang itu.
Ibu menatap Aurel yang masih terlihat terkejut.
IBU (CONT'D)
Jadi kamu tenang saja dan tetap fokus selesaikan kuliahmu.
CUT TO:
80. INT. CAFE KEKINIAN - DAY
Aurel berjalan masuk ke dalam cafe. Matanya berkeliling dengan kepala yang menoleh ke kanan dan kiri, seperti sedang mencari seseorang. Kita melihat Maya dan Sissy duduk disalah satu meja pengunjung. Sissy melihat Aurel yang berdiri di dekat pintu masuk. Dia menepuk pundak Maya.
SISSY
May, itu Aurel bukan sih?
Maya menoleh, bingung. Dia mengikuti arah telunjuk Sissy. Sissy memperhatikan pandangan mata Maya.
MAYA
Iya, bener. Itu Aurel.
Kita melihat Aurel hendak berjalan ke arah yang berlawanan dengan tempat Maya dan Sissy duduk. Maya berdiri, melambaikan tangan ke arah Aurel.
MAYA (CONT'D)
(Berteriak) Aurel... Disini.
Aurel menoleh, melihat Maya dan berjalan menghampirinya.
SISSY
Lama banget. Sampai lumutan gue disini.
Sissy berpura-pura kesal, lalu tersenyum senang. Maya tertawa pelan. Aurel mengeleng pelan, lalu duduk diantara mereka.
AUREL
Sorry banget, Guys. Tadi diresto lagi banyak banget pelanggan, jadi baru kelar sekarang.
SISSY
It's ok, Rel. Kita juga sebenarnya baru dateng kok.
AUREL
(Tersenyum) Kalian udah pesen makanan?
MAYA
(Mengangguk) Buat lo juga udah kita pesenin sekalian kok
AUREL
Thanks ya, guys.
Vicky berjalan mendekati meja mereka sambil membawa nampan berisi makanan.
MAYA
Akhirnya makanan kita dateng juga, Guys.
SISSY
Langsung dibawain sama pemiliknya.
Vicky tertawa pelan. Dia menata makanan di meja, kemudian duduk di sebelah Sissy.
VICKY
Gimana, guys? Menurut kalian cafenya?
Maya mengacungkan jempol ke Vicky. Aurel tersenyum sambil mengangguk. Sissy terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu.
VICKY (CONT'D)
Kenapa, Si?
SISSY
Cafe segede gini kok kelihatannya sepi ya?
VICKY
Namanya juga baru launching, ya pasti belum banyak pengunjungnya.
SISSY
Bukan pengunjung yang gue maksud, tapi pegawainya.
MAYA
Iya, gue juga ga lihat siapa-siapa tadi di belakang. (Beat) Pegawainya cuma lo doang, Vick?
VICKY
(Mengangguk) Iya. Gue belum ada rencana cari pegawai tambahan.
Sissy dan Maya mengangguk paham.
AUREL
Berarti nanti kalo pas pengunjungnya banyak bakal repot dong lo.
VICKY
Ya, kemungkinan nanti paling cari pekerja part time aja. Kalo buat yang full gue belum bisa buat bayar gajinya.
SISSY
Kalo pas lagi repot, lo calling kita-kita aja. Siapa tahu kita bisa bantu. (Beat) Ya gak, guys?
VICKY
Gak salah mau bantuin gue? Memangnya lo gak kerja apa, Si?
SISSY
Ya kerjalah. (Beat) Tapi gue libur pas weekend, sabtu minggu.
Maya dan Aurel saling bertatapan heran, melihat Sissy yang terlihat antusias.
MAYA
Plis, Vick. Jangan telpon gue. (Beat) Gue kerja full dari Senin sampe Sabtu. Minggunya buat istirahat aja kadang masih belum cukup.
AUREL
Gue masih punya tangunggan ngelarin skripsi ya. Kalo kalian sih enak udah lulus.
SISSY
Bukannya justru waktu luang lo malah lebih banyak ya dari kita-kita?
AUREL
Lo lupa sesibuk apa gue selama ini, sampe susah mau kumpul-kumpul bareng kalian.
MAYA
Udah. Enggak usah saling banding-bandingin.
VICKY
Tahu nih. Lagian gue juga masih bisa handle semuanya sendiri dan belum butuh pegawai tambahan.
MAYA
Tuh dengerin, Si.
SISSY
Iya.
INTERCUT TO:
81. INT. PABRIK GARMENT - DAY
Ferdi berdiri di depan papan pengumuman. Matanya terlihat tertuju pada sebuah lembaran kertas yang tertempel di dinding. Dia lalu tersenyum. Kita melihat (tangan) Ferdi terulur, menyentuh permukaan dinding. Tidak beberapa lama kita melihat lembaran kertas itu terlepas dari dinding.
CUT TO:
82. INT. CAFE KEKINIAN - CONTINUOUS
Kita melihat Aurel, Maya, Vicky dan Sissy duduk-duduk santai sambil menyantap makanan yang ada di atas meja. Senyum dan tawa terlihat di wajah mereka.
AUREL
Kalian semua kan udah pada lulus semua nih. Bagi tips dan triknya dong biar gue cepat ikutan kalian kalian.
Aurel menatap wajah ketiga temannya satu persatu. Maya dan Sissy terlihat sibuk makan.
VICKY
Nanya sama siapa, Rel?
AUREL
Sama lo.
Vicky terkejut, tidak percaya mendengar perkataan Aurel.
VICKY
Lo enggak salah nanya nih, Rel? Yang benar aja, minta tips and trik sama gue.
AUREL
Emangnya kenapa? Ada yang salah?
VICKY
Lo tahu sendiri bukan, gimana gue selama di kampus. Masa nanyanya sama anak yang bego dan lebih males daripada lo. (Beat) Mending tanya sama Sissy atau gak maya aja tuh.
Sissy tersedak. Dia mengambil gelas dan meminumnya sambil melambaikan tangan.
SISSY
Jangan tanya sama gue, Rel. Gue bisa lulus tahun kemaren itu aja karena kebetulan. Kebetulan gue dapat dospem yang gampang dihubungi & bikin gue jadi rajin bimbingan. Kebetulan pas sidang, gue gak ditanyain yang aneh-aneh dan gak banyak revisiannya.
AUREL
Kalo lo, May?
Maya menaruh sendok ditanganya ke atas piring. Dia lalu memandang Aurel dengan tatapan serius.
MAYA
Setelah lulus, gue baru sadar. Menulis skripsi itu gak sesulit yang gue pikirin. Yang bikin gue lama dulu itu karena rasa cemas dan ketakutan yang ada di dalam otak. Padahal semua itu cuma persoalan mau atau gak ngerjain dan seberapa gigih lo menyelesaikan setiap bab yang perlu di revisi.
Aurel mendengarkan Maya dengan tatapan serius. Sesekali menganggukkan kepala. Maya kembali mengambil sendok dan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
MAYA (CONT'D)
So... Udah sampai mana skripsi lo, Rel?
CUT TO: