Flower Whisper
11. POS
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. LAPANGAN SEKOLAH - SIANG

Terdengar suara hiruk pikuk hari perbukaan POS. Di lapangan, klub perkusi membuka performance untuk menyemangati semua orang dengan tabuhan yang meriah. Di pinggir-pinggir lapangan, stand makanan, camilan dan aksesoris olahraga dipenuhi murid-murid. Di setiap sudut terlihat anggota Osis yang menggunakan tag panitia sibuk mengatur jalannya kegiatan.



MONTAGES - BEBERAPA TEMPAT

- Di lapangan. Terdengar suara peluit memulai pertandingan. Tampak Radi dan 4 orang teman kelas melawan kelas Sara. Chisa duduk di pinggir lapangan bersama Theo dan Chrysille. Sara di seberang mereka bersorak untuk kelasnya. Radi tampak memberi aba-aba dan kelas mereka berhasil menang. Semua orang bangkit untuk besorak.

- Di lapangan. Chisa, Chrysille dan Radi bersorak untuk Sam, Theo, Dafan dan teman sekelas lain bermain futsal. Ketika Theo mencetak gol, Chisa ikut berjingkrak bersama teman sekelas.

- Di kolam renang. Terlihat Chrysille sedang bersiap, terjun dan berenang. Dafan terlihat menyemangati dengan menggebu-gebu.

- Di lapangan basket indoor. Dafan dan Sam bermain kompak dan berhasil mencetak angka. Tim melakukan selebrasi. Chrysille dan Radi bangkit untuk bersorak. Permainan dimulai lagi dan mereka duduk. Melirik pada Theo dan Chisa yang menonton permainan sambil berpegangan tangan.

END MONTAGES



INT. RUMAH CHISA, KAMAR CHISA - MALAM

Terdengar suara ketuka di pintu. Chisa terlihat sedang meminum obatnya di pinggir tempat tidur. Kira masuk.


KIRA
Gimana kondisimu?


Chisa naik di tempat tidur dan Kira bantu menyelimuti. Keduanya saling bertatapan.


KIRA (CONT)
Kamu yakin mau lari besok?


Chisa mengangguk.


KIRA (CONT)
(mengangguk pengertian)
Jangan terlalu maksain diri, ya. Dengerin tubuh kamu, kalo rasanya kamu ngga kuat, aku sama Bu Laila ada di sana.


CHISA
(menatap Kira lama)
Kak, aku minta maaf soal yang waktu itu.


KIRA
Soal apa?


CHISA
Padahal aku tau Kakak juga banyak berkorban buat aku.


Kira terdiam.


CHISA (CONT)
Setiap kali aku pingsan, Kakak orang pertama yang aku liat pas bangun. Di saat aku selalu bisa ngandalin Kakak dan ICD, Kakak selalu nahan semuanya dan menderita sendiri.
(jeda)
Kakak bukannya ngga percaya aku bisa survive, tapi karna Kakak berharap bisa ngelakuin lebih buat nolongin aku.


Kira menunduk, mengelus tangan Chisa dengan ibu jarinya.


CHISA (CONT)
(dalam bahasa jepang)
Makasi, Kak.
(dalam bahasa)
Udah mau jadi emergency call-ku.



EXT. LAPANGAN SEKOLAH - SIANG

Hari terakhir terlihat sangat meriah. Terlihat tim estafet bersiap di lintasan melingkar yang sudah dibuat panitia.

Dafan berdiri di garis start. Sam melakukan pemanasan, Theo berjalan di samping Chisa mengambil posisi.


THEO
Kamu gugup?


CHISA
Banget. Gimana kalo kita ngga menang dan ngecewain kelas?


THEO
Kamu harusnya khawatir sama dirimu aja.


CHISA
Uun. Aku yakin pasti bisa.


Theo melihat Kira dan Bu Laila bergabung bersama teman-teman lainnya di dekat garis finish. Mengangguk.

Peluit ditiup. Dafan berlari membawa baton, dengan cepat sampai di tempat Sam untuk mengamankan waktu, Theo bersiap.

Chisa bergerak-gerak di tempatnya. Menutup mata.


CHISA (V.O.)
Aku sudah membuat seribu burung kertas dan berdoa untuk Theo.


INSERT FLASH: Chisa sedang melipat kertas origami menjadi burung di rumah kaca yang masih berantakan.


CHISA (V.O.)
Burung-burung kertas itu, membawa Theo ke rumah kaca.


INSERT FLASH: Theo pertama kali muncul di rumah kaca, Chisa terkejut dan tak sengaja menyenggol kotak berisi silica gel dan bunga kering. Butiran silica bertebaran, bersama burung kertas jatuh di lantai.


CHISA (V.O.)
Hari itu, alarmku berbunyi karena Theo.


INSERT FLASH: Chisa berlari meninggalkan rumah kaca. Bersembunyi di gedung sekolah. Chisa mematikan alarm di jamnya, sambil berusaha mengatur napasnya.

Chisa bisa merasakan tongkat baton diselipkan di tangannya.


THEO
Lari, Chi.


Chisa membuka mata dan berlari sekuat tenaga.


CHISA (V.O.)
Hari ini juga, aku berlari. Kalaupun alarmku bunyi lagi, aku tahu aku punya wajah-wajah familiar yang bakal nunggu aku di garis finish.


Chisa berlari kencang. Saat menoleh, ada anak kelas lain di dekatnya, jadi ia berlari lebih kencang lagi. Dan berhasil mencapai garis finish.

Teman-teman langsung bersorak dan berlari mengelilinginya. Melompat kegirangan.

Chisa POV. Di antara semua kepala yang mengerubunginya, Chisa bisa melihat Theo. Mengacungkan jempol bangga padanya.

Chisa tersenyum lebar. Lalu merasakan gejalanya. Tiba-tiba semua keributan teredam. Ia bisa mendengar suara jantungnya sendiri.

SFX: Suara detak jantung cepat. Alarm peringatan dari smart watch.

Chisa terjatuh terduduk di tanah. Terlihat kesulitan bernapas. Kira dan Bu Laila buru-buru mendekat. Theo, Chrysille dan yang lainnya juga.


KIRA
Chi!


BU LAILA
Permisi anak-anak.


Semua orang tampak panik. Bu Laila memeriksa denyut nadi Chisa, melihat Chisa masih sadar, lalu menyiapkan obat di nebulizer. Kira menegakkan posisi duduk Chi dan membantu Bu Laila memasang corong masker menutupi mulut dan hidung Chisa. Tangan Chisa meremas dadanya. Lalu semua orang tampak menunggu.

Perlahan napas Chisa kembali membaik. Chisa melepas nebulizer dan berguling di tanah, menatap langit. Napas masih tersengal.


KIRA
Kamu ngga papa, Chi?


CHISA
A-ah!! Kukira aku bakal mati.


BU LAILA
Chi?


CHISA
(mengacungkan tangan ke udara)
Aku suka angin waktu aku lari.


Chisa tertawa lagi. Semua orang terlihat lega.


CHRYSILLE
(bercanda)
Apa-apaan. Kamu bikin kita semua takut.


Kira membantu Chisa duduk. Chisa memandang wajah teman-temannya. Lalu Theo.


CHISA
(tersenyum)
Kita menang.


Theo mengangguk, masih terlihat terkejut dengan situasinya.


BU LAILA
Ibu bakal tetap ngecek kondisi kamu.
(pada Kira)
Sebaiknya kita bawa dia ke uks aja.


Kira mengangguk tapi Theo lebih dulu berjongkok di depan Chisa. Kira kaget.

Chisa memanjat naik ke punggung Theo dengan senang hati. Mereka lalu pergi diiringi tatapan lega dari teman-teman sekelas. Kira masih merasa aneh.



EXT. LAPANGAN SEKOLAH - MALAM

Terlihat kerumunan murid-murid di lapangan. Lampu-lampu kelip sudah dinyalakan sebagai penerangan. Stand-stand semakin ramai. Di panggung, ada peralatan musik yang sedang dites sound.



INT. RUANG KELAS 1-3 - MALAM

Theo dan Chisa bisa melihat murid-murid lain berpesta di lapangan dari jendela. Theo duduk bersandar di bingkai jendela dan Chisa duduk di meja di sampingnya. Mereka mendengarkan keramaian di bawah. Piala Kelas dipajang di belakang kelas.


CHISA
(menatap Theo)
Kamu senang?


THEO
(tampak berpikir)
Um, kita berhasil menang, jadi.. mungkin?


CHISA
Kamu lagi mikirin apa, Theo?


Theo menoleh pada Chisa, sedikit sendu. Theo turun dari jendela dan duduk di samping Chisa.


THEO
Mungkin aku cuma lagi sentimental.


CHISA
(megang tangan Theo)
Aku tetep menang taruhan kita.


THEO
Taruhan?


CHISA
Menang di lomba lari.
(Chisa melihat raut wajah Theo berubah)
Theo, aku kenal kamu sebelum semua rasa sakit itu. Saat hatimu hancur, hatimu penuh sama rasa marah dan benci. Tapi perasaan itu, seperti pisau bermata dua. Bukan cuma orang yang kamu benci yang ngerasain sakitnya. Aku ngga mau liat kamu terus-terusan hidup dengan rasa sakit kaya gitu.


Theo menggigit bibirnya.


CHISA (CONT)
(mengelus tangan Theo)
Setelah pernah mati sekali, aku sadar kalo di dunia ini ada terlalu banyak hal baik untuk dilewatin.


THEO
Seperti klub bunga?


Chisa menatap Theo, teringat masa-masa berjuang di klub.

INSERT FLASH: Masa-masa di klub bunga. Merekrut orang-orang dan sama-sama berjuang bikin rumah kaca hidup lagi. Tawa dan jerih payah semua orang.


CHISA
Tentu aja, salah satunya klub bunga.
(jeda)
Karna itu, berdamailah dengan dirimu. Kamu ngga perlu maafin dia terlalu cepat. Ayo maju selangkah setiap kali.


Theo menatap Chisa lekat.

Di depan mereka, kembang api pertama meledak di udara. Chisa tersenyum pada Theo dan kembang api lainnya bertabur di langit malam.


CHISA
(dalam bahasa jepang)
Indahnya.


Selama beberapa saat, hanya ada suara letusan kembang api dan keduanya tampak menikmati momen, masih berpegangan tangan. Ketika kembang api berhenti, malam menjadi gelap lagi.


CHISA
(mata terpejam)
(dalam bahasa jepang)
Rasanya aku, pingin jadi seperti kembang api.
(dalam bahasa)
Saat hilang mereka cuma ninggalin kenangan manis bagi orang-orang.


Theo menatap Chisa saat gadis itu membuka mata.


CHISA
Kenapa?


Chisa melihat wajah Theo mendekat. Chisa terkejut, mata bergerak-gerak gugup, menutup mata.

SFX: Suara detak jantung cepat. Semakin cepat.

Wajah keduanya sudah dekat ketika Chisa menarik diri. Ia membungkuk memegangi dadanya, rasanya seperti akan meledak karena gugup. Theo berubah panik.


THEO
Kamu ngga papa? Sori, aku-


CHISA
(menggeleng, mengatur napas)
Uun.
(bertekad)
Shitai.


Theo mendengus setengah tertawa. Lalu keduanya berciuman bersama rentetan kembang api terakhir malam itu.


THEO
Kira pasti bakal bunuh aku kalo dia tau.


CHISA
(tertawa)
Aku bisa jaga rahasia.


Di langit, kembang api berganti dengan malam berbintang.


MATCH CUT TO:


EXT. RUMAH SAKIT - MALAM

Malam berubah menegangkan. Terdengar sirine ambulans memekakkan telinga.

Ambulans berhenti di rumah sakit, brankar didorong keluar dari mobil. Tampak orang-orang terburu-buru, diikuti Kira memasuki rumah sakit.


CUT TO:



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar