Skrip Film
Genre → Thriller
El Jamal : Kota, Darah, & Kejahatan Di Dalamnya
Mulai membaca
Berlangsung
Premium
Blurb
Sebagai seseorang yang terlahir, tumbuh, dan besar di kota kecil dengan tingkat kriminalitas yang tinggi, El Jamal, yang diilhami oleh seorang bandit melegenda bernama Cobra, yang telah lama menghilang setelah Petrus (pasukan khusus yang menembak mati para bandit) masuk ke kotanya. Bersama sahabatnya, Marselano, mereka berdua berambisi besar untuk menaklukan seluruh kota di bawah hukum, peraturan, dan komandonya sendiri. Tapi ketika keduanya tengah berupaya untuk menaklukan kotanya, mereka melihat realitas kehidupan rakyat di kotanya itu yang hidup dalam kemiskinan, bocah-bocah lucu yang rentan menjadi seorang bandit melihat generasi-generasi sebelumnya adalah kriminil, pemuda-pemuda yang hidup sebagai pengedar narkoba, serta ketidak-majuan atau ketidak-berkembangnya orang-orang di kota tersebut. Sehingga, sebagai seseorang yang melihat dan menyadari kondisi mengerikan yang terjadi pada masyarakat kotanya itu, El Jamal dan Marselano memiliki tanggung jawab untuk membawa perubahan yang lebih baik kepada mereka.
Berlatar belakang pasca reformasi, ini adalah cerita tentang sebuah kota, kejahatan, pengkhianatan, dan darah.
Premis
Untuk menguasai seluruh Kota Ramunda di bawah kekuasaannya, El Jamal berserta jajarannya harus berhadapan dengan seorang Bandar Narkoba yang bersekutu dengan pejabat-pejabat di kepolisian.
Pengenalan Tokoh
Film dibuka dengan dua orang bocah berumur 12 tahun bernama El Jamal dan Marselano, yang tengah berjalan menyusuri rel kereta api sehabis pulang dari sekolah. El Jamal tiba-tiba bertanya perihal apakah seorang Cobra pernah memenggal kepala seseorang. Pembicaraan kemudian berlanjut membahas tentang bentuk dan rupa seorang Cobra. Di akhir pembicaraan, El Jamal tiba-tiba berkata bahwa kelak ketika ia besar nanti, ia akan menjadi seperti Cobra.
Setibanya di rumah, ayahnya yang bernama Top Lihin pulang dengan keadaan wajah babak belur dan luka tusuk pada bagian perut. Ia mendapatkan luka-luka tersebut akibat melemparkan sebuah gelas kaca kepada pemilik Rumah Judi bernama Koh Rian, karena tidak memberinya pinjam uang untuk modalnya berjudi. Di hadapan El Jamal yang menangis, Top Lihin akhirnya tewas.
---
10 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1999, El Jamal & Marselano melakukan aksi perampokan di Jalur Lintas Sumatera. El Jamal, dengan kebodohannya, melakukan kesalahan yang berakhir dengan terbunuhnya korban mereka, Angsa I & Angsa II. El Jamal & Marselano meninggalkan begitu saja mayat korbannya dan membawa Mobil Kijang Super milik si korban kepada seorang penadah mobil & motor hasil curian yang bernama Kang Odil. Keesokannya, Kang Odil mendatangi El Jamal & Marselano. Selain membawa koran tentang dimuatnya berita atas aksinya semalam dan memberikan sejumlah uang untuk mobil mereka, Kang Odil menyampaikan kabar buruk bahwa polisi telah mengetahui El Jamal & Marselano adalah pelakunya.
El Jamal & Marselano sempat bersembunyi dihutan sebelum akhirnya mereka berpisah dan meninggalkan Kota Ramunda. El Jamal sempat menuduh bahwa Kang Odil telah berkhianat. Namun Marselano membantahnya. El Jamal pergi ke tempat Mbah-nya menyeberang ke Pulau Jawa, sementara Marselano pergi ke tempat Pamannya di pedalaman Pulau Sumatera.
---
Sementara mereka dalam pelariannya, Maemunah, gadis cantik yang lugu, merasa menjadi benalu tinggal bersama orang tuanya. Satimin, ayahnya, setelah kena PHK akibat Krisis Moneter tahun lalu, harus berjuang setiap harinya mencari pekerjaan. Sementara Dian, ibunya, setiap hari selalu bertengkar dengan Maemunah karena hal-hal yang sepele. Maemunah, gadis cantik itu, terpaksa harus pergi meninggalkan rumahnya setelah pertengkaran hebat bersama Ibunya. Ia ikut bersama sahabatnya, Euis, untuk bekerja di salah satu klub malam di Kota Ramunda yang bernama Klub Copacabana, sebagai Wanita Penghibur atau Pemandu lagu. Di hari pertamanya bekerja, Maemunah yang kini memiliki nama baru, Maya, mendapatkan seorang tamu bernama Lukas Suhendra, seorang polisi di Satres Narkoba Polresta Ramunda.
---
Pagi hari sebelum malamnya Lukas bertemu dengan Maya, ia diperintah oleh atasannya, Imam Martino yang menjabat sebagai KASAT Reserse Narkoba, untuk menangkap seorang pengedar narkoba bernama Jefry. Ia di ancam akan dimutasi ke satuan lain jika dalam 24 jam belum juga menangkap Jefry. Di bantu oleh anak buahnya yang bernama Tommy, Lukas menangkap Jefry di Kebun Karet setelah menyiksa Umar, rekan Jefry, untuk memberi tahu keberadaannya. Pada malam harinya, sebelum Lukas bertemu dengan Maya, ia melakukan pertemuan dengan anak buahnya yang pengedar narkoba, bernama Bob & Rik. Lukas memberikan stok narkoba untuk di jual kepada Bob, sementara Bob memberikan uang hasil setorannya kepada Lukas. Ketika tengah asyik bernyanyi bersama Maya, Lukas ditelepon oleh Tommy yang memberi kabar buruk bahwa Bob & Rik baru saja ditangkap oleh Reza Pahlevi & Seno, rekan Lukas di kepolisian.
---
Sehari sebelum Imam Martino memerintahkan Lukas untuk menangkap Jefry, ia dan Hendrik Van Pangalengan yang menjabat sebagai Kapolres Kota Ramunda, melakukan pertemuan dengan seorang Bandar Narkoba bernama Peso Berani. Dalam pertemuan itu, Peso Berani meminta kepada kedua pejabat kepolisian tersebut untuk menangkap seluruh pengedar dan bandar narkoba di Kota Ramunda, termasuk ditutupnya Kampung Narkoba. Sehingga hanya ia seorang yang menyuplai narkoba untuk Kota Ramunda. Peso Berani menjanjikan beberapa hadiah kepada mereka jika kepentingan-kepentingannya terpenuhi.
Keesokan harinya, setelah Lukas baru saja keluar dari ruangannya dan mendapatkan perintah untuk menangkap Jefry, Imam Martino memanggil Reza Pahlevi. Dengan ancaman yang sama dengan Lukas, Reza Pahlevi diperintahkan untuk menangkap pengedar narkoba yang bernama Bob & Rik. Malamnya, setelah mendapatkan kabar dari Tommy bahwa Bob & Rik ditangkap, Lukas segera mendatangi mereka di Ruang Tahanan. Lukas berjanji akan membebaskan mereka secepatnya. Tapi sebelumnya, Lukas terlebih dahulu menanyakan apakah Bob & Rik menyebutkan namanya ketika mereka di interogasi. Bob & Rik mengatakan tidak sama sekali.
Sebagaimana dengan janjinya, setelah Imam Martino & Hendrik Van Pangalengan berhasil menangkapi para pengedar narkoba, mereka mendapatkan hadiah berupa sejumlah uang dari Peso Berani. Di hari yang sama, pada malam harinya, Lukas memberikan dua buah pahat & palu kepada Bob & Rik untuk mereka melarikan diri. Di tengah malam, ketika hujan deras mengguyur Kota Ramunda, Bob & Rik berhasil melarikan diri dengan membobol tembok ruang tahanan.
Keesokannya, Imam Martino marah-marah kepada anak-anak buahnya dan memerintahkan kepada mereka untuk segera menangkap kembali dua tahanan yang melarikan diri. Lukas Suhendra, yang mengetahui keberadaan mereka mendatangi Bob & Rik di tempat persembunyiannya. Untuk keselamatan kariernya di kepolisian, setibanya Lukas di sana ia membunuh mereka dengan menembaknya di bagian kepala.
---
Jose, seorang pianis dan pengajar, tengah menyanyikan sebuah lagu pujian di depan Para Jemaat. Ketika Para Jemaat pulang meninggalkan Gereja, Jose masih tetap berada di Gereja untuk berdoa kepada Tuhan meminta keselamatan untuk putrinya yang sakit akibat kanker yang bersemayam di kepalanya. Seminggu kemudian setelah Jose pulang mengajar dari sekolah, ia mendapati putrinya telah tiada. Sementara ia tengah mengutuki Tuhan-nya di halaman depan rumah dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban, istrinya yang bernama Maria menusukkan sebilah pisau ke dalam dadanya. Atas kematian istri & putrinya itu, Jose tak hanya kehilangan mereka, ia juga kehilangan iman dan kepercayaannya. Setelah 6 bulan berkabung, Jose akhirnya beraktivitas kembali. Ia menjadi seorang pianis jazz di Klub Copacabana. Di malam pertamanya tampil adalah malam yang sama di mana Maya pertama kali bekerja, juga disaksikan langsung oleh El Jamal & Marselano.
---
Setelah 8 bulan dalam pelarian, El Jamal baru mengetahui bahwa Mbahnya memiliki kesaktian magis yang dapat membaca pikiran dan sejarah seseorang hanya dengan melihat matanya. Selain itu, Mbah-nya yang bernama Ruhiyat, memiliki kesaktian di mana tubuhnya kebal terhadap senjata apa pun. Itu sebabnya ia bisa bertahan hidup ketika di masa perang revolusi dan selamat dari tragedi pembantaian "65. Namun sekalipun Ruhiyat selamat dari tragedi ‘65, ia harus mendekam di Pulau Buru selama 14 tahun karena dituduh sebagai komunis, padahal sejatinya ia bukanlah seorang komunis, melainkan seorang Sukarnois.
Setelah mewarisi kesaktiannya kepada El Jamal dengan cara menguburnya hidup-hidup sampai menyisakan kepalanya, Ruhiyat akhirnya mencabut semua jimat yang tertanam di tubuhnya, yang selama ini menghambatnya dari kematian. Dan mati sebagai seorang yang di cap komunis cukup mengerikan. Tidak ada seorang pun yang hadir di pemakamannya atau bahkan hanya sekedar membantu untuk menguburkannya. Semua dilalukan hanya oleh El Jamal seorang. Setelah pemakaman Mbahnya, El Jamal kembali ke Kota Ramunda.
Sementara Marselano, sehari-harinya ia sibuk membantu pamannya sebagai petani kopi. Di malam hari, ketika ia tengah santai membaca buku, Pamannya yang bernama Alek, baru saja pulang dan memberikan sebuah koran tentang perang antar kampung yang terjadi di Kota Ramunda. Marselano melihat, pada gambar di berita tersebut, terdapat El Jamal yang ikut berperang.
---
Ketika El Jamal tiba di Kota Ramunda, perang antar kampung tengah berlangsung. Masalahnya karna hal yang sepele. Sekelompok pemuda dari Kampung Nagara menyerempet seorang pemudi dari Kampung Batu Balaq. Ketika si Pemudi hendak di tolong oleh salah satu Kelompok Pemuda tersebut, si Pemudi merasa dilecehkan. Padahal si Pemuda sama sekali belum menyentuhnya. Pada malamnya, sekitar 50"an warga dari Kampung Batu Balaq yang dipimpin oleh Ayah si Pemudi menyerang Kampung Nagara. Warga Kampung Nagara sempat melakukan serangan balik sebelum akhirnya polisi membubarkan mereka. Keesokan harinya perang masih berlanjut. Ketika selesai makan siang di Warteg, El Jamal melihat sekitar 10 mobil truk yang mengangkut ratusan warga Kampung Batu Balaq menuju Kampung Nagara. Setelah memperoleh informasi bahwa terjadinya perang, El Jamal naik ke salah satu truk dan ikut bersama rombongan. Ia ingin menguji kesaktian yang baru dimilikinya.
---
Perang pun usai dan El Jamal terbukti sakti. Ia kemudian mendatangi tempat-tempat seperti Rumah Judi, Pasar-pasar & Terminal untuk dijadikan daerah kekuasaannya. Sebelum itu, ia harus mengalahkan preman-preman yang memegang kuasa di tempat-tempat tersebut. Ketika El Jamal telah berhasil menumbangkan selusin preman di Terminal, Marselano yang baru saja tiba di Kota Ramunda melihat El Jamal yang sedang membeli rokok di salah satu kios area Terminal. Dan mulai saat itu, keduanya mulai menaklukkan tempat-tempat hiburan dan mendatangi pembangunan proyek untuk dimintai upeti di setiap bulannya.
---
Di bar, El Jamal & Marselano membicarakan tentang politik, kemiskinan di kotanya, juga bocah-bocah yang rentan menjadi seorang bandit. Melihat kondisi yang mengerikan pada masyarakat kotanya, El Jamal tergerak untuk mengubah kondisi masyarakat kotanya menjadi lebih baik. Marselano pun bersumpah akan menemani El Jamal menuju cita-citanya yang mulia itu. Di akhir pembicaraan, Marselano sempat menyinggung soal perkara mereka di masa lalu yang menewaskan korbannya. Ternyata, itu semua hanya akal-akalan Kang Odil yang khawatir kalau pun benar seandainya semua itu terjadi, El Jamal & Marselano telah melarikan diri dan mobil yang dibelinya itu pun aman. Berbicara tentang Kang Odil, El Jamal jadi teringat bahwa ia ingin membeli mobil padanya. Saat itu juga, ia menelepon Kang Odil.
Keesokan harinya El Jamal & Marselano datang ke showroom Kang Odil. Mereka membeli sebuah mobil Mercy Tiger warna putih dengan dicicil, sebuah mobil dengan jenis & warna yang sama dengan yang Cobra punya. Dengan mobil itu, mereka jalan-jalan mengelilingi kota. Di tengah jalan, El Jamal teringat bahwa senjata rakitan jenis AK-47 yang dipesannya tempo hari telah jadi. Marselano membawanya pergi ke Kampung Narkoba untuk menebus senjata tersebut. Sepulangnya dari sana, El Jamal mengajak Marselano minum-minum di Klub Copacabana untuk merayakan hari pembelian mobil pertamanya itu. Setibanya di sana, Jose tengah tampil. Setelah Jose selesai tampil Marselano pergi ke toilet. Di toilet, ia bertemu dengan Jose dan berkenalan dengannya. Marselano mengajak Jose untuk bergabung bersama mereka di meja. Ketika ketiganya tengah asyik mengobrol sambil minum-minum, Kang Odil tiba-tiba menelepon El Jamal dan meminta tolong bahwa adiknya bernama Rizal, menyerempet seorang pengendara bermotor. Kini Rizal ditahan oleh warga kampung yang diserempetnya dan dimintai ganti rugi dengan nominal yang besar. Padahal kerusakan & luka si pengendara yang diserempetnya tidaklah seberapa.
Mereka bertiga pun berangkat. Setibanya di sana, sekitar 9 warga tengah menunggu kedatangan mereka. Marselano turun seorang diri dan minta kepada warga untuk membebaskan Rizal tanpa ganti rugi apa pun. Tentunya mereka menolak. Marselano, dengan gagah berani, menantang 9 warga tersebut untuk berkelahi. Seorang yang berhidung pesek maju. Marselano segera menghantamnya dengan brass knuckless. Ketika 8 warga sisanya hendak maju dan menyerang Marselano, El Jamal turun dari mobil sambil menodongkan senjata rakitannya kepada mereka. 8 warga tersebut terkesiap sebelum akhirnya lari lintang-pukang. Sementara Jose, yang berada di jok pengemudi menggeletar ketakutan menyaksikan apa yang baru saja terjadi.
El Jamal & Marselano kini telah memiliki cukup banyak uang. El Jamal berniat ingin merenovasi rumahnya dengan begitu mewah dan megah. Namun niatnya itu ditentang oleh Marselano dengan alasan untuk apa rumah megah jika seratus meter dari rumahnya terdapat satu keluarga yang kelaparan. El Jamal pun mengurungkan niatnya dan merenovasi rumahnya menjadi sederhana. Hari itu, seorang teman El Jamal ada yang menikah. Ia mengajak Marselano tapi Marselano tak mau ikut. Setibanya El Jamal di kondangan temannya, ia bertemu dengan Umar yang wajahnya hancur sehabis di siksa oleh Lukas & Tommy. El Jamal meminta kepada Umar untuk berhenti menjadi pengedar narkoba dan ikut bekerja bersamanya. Di belakang panggung, El Jamal, Umar & 6 orang lainnya tengah minum-minum. Setelah cukup mabok, El Jamal turun ke penonton dan berjoget. Namun ia berjoget dengan begitu rusuh, senggol sana dan senggol sini. Seorang Pemuda mengenai sikuan El Jamal. Pemuda tersebut tak terima dan marah. Ia pulang ke rumah dan mengambil sebilah pisau dapur. Pisau tersebut ia celupkan terlebih dahulu ke tanah sebelum digunakannya untuk menusuk El Jamal. Sekembalinya Pemuda tersebut di kerumunan penonton, ia menusukkan pisaunya itu pada perut El Jamal yang ajaibnya berhasil tembus.
Pada sore harinya ketika El Jamal tengah mengobati luka tusuknya, Marselano datang dengan marah-marah. Ia menuduh bahwa El Jamal telah membunuh satu keluarga si Pemuda yang menusuknya. El Jamal membantah tuduhan tersebut. Ia hanya mengusir keluarga si Pemuda dan mengharamkan mereka untuk kembali menginjakkan kakinya di Kota Ramunda. Sementara nasib si Pemuda yang menusuknya, ia digantung di pohon mangga seberang rumahnya serupa Yesus sambil menyaksikan rumahnya yang terbakar.
---
Setelah beberapa bulan menjadi wanita penghibur, Maya memiliki karier yang cemerlang. Selain pandai bernyanyi, ia juga pandai meladeni tamu-tamunya. Dalam hitungan bulan, Maya kini telah menjadi primadona di Klub Copacabana dan menjadi bahan rebutan bagi para lelaki yang ingin ditemaninya. Sementara itu, Polres Kota Ramunda berhasil menutup Kampung Narkoba setelah puluhan tahun beroperasi. Atas prestasinya itu, Imam Martino & Hendrik Van Pangalengan mendapatkan hadiah berupa mobil mewah dari Peso Berani.
Marselano terpikir untuk membuat perpustakaan untuk kampungnya. Dengan dibantu oleh warga, El Jamal, Umar & anak buah El Jamal, mereka bergotong-royong mendirikan sebuah perpustakaan di samping rumah El Jamal.
Sementara Lukas, semenjak Bob & Rik dibunuhnya, ia kini tak lagi mendapatkan uang tambahan. Tapi Lukas tak kehilangan cara untuknya mendapatkan cuan. Di suatu siang, ketika Lukas tengah berkendara, ia melihat Maya yang baru saja keluar dari Kantor Pos sehabis mengirim uang kepada orang tuanya di kampung. Lukas putar balik dan memberi Maya tumpangan. Di tengah jalan, ia terpikir sebuah rencana untuknya mendapatkan cuan. Oleh sebab itu ia mengajak Maya untuk makan siang. Setelah makan siang selesai, Lukas membeberkan sebuah rencana kerja sama kepada Maya. Rencana itu semacam "jebakan betmen" di mana Lukas memberikan sepaket sabu ukuran kecil kepada Maya. Bukan untuk digunakan apalagi dijualnya. Melainkan untuk menjebak para tamu Maya yang mengajaknya ke hotel. Ketika Maya dan tamunya telah berada di hotel, juga telah memasukkan sabu tersebut ke dalam celana atau jaket tamunya, Lukas & Tommy akan datang ke kamar hotelnya untuk merazia mereka dengan membawa Surat Perintah Penggeledahan palsu. Setelah ditemukannya sepaket sabu, Lukas & Tommy akan memeras tamunya sampai habis, jika tak ingin masalahnya di bawa ke kantor polisi. Maya akhirnya bersedia setelah negosiasi untuk bagiannya. Dalam aksinya itu, Lukas & Maya telah memeras tiga orang tamunya, di mana semua tamunya itu telah beristri dan seorang dari kaya raya, sesuai sebagaimana dengan rencana mereka.
Tahun & abad baru datang. Sambil merayakan rumahnya yang baru selesai di renovasi, El Jamal, Marselano, Umar & sejumlah anak-buahnya, mengadakan pesta perayaan tahun baru di rumahnya. Begitu juga dengan Peso Berani & Moses Netanahu, tangan kanannya. Di rumah Peso Berani, mereka berdua mengadakan pesta kecil-kecilan dengan barbekyu. Sementara Jose, seorang diri melewatkan tahun baru dengan menenggak bir sambil memandangi foto keluarganya. Lukas & Tommy berlibur ke pantai dengan pelacur. Maya & Alice merayakan tahun baru di Klub Copacabana.
El Jamal baru saja menelepon Umar untuk mengatur pertemuan antara ia dan Bandar Narkoba, ketika Marselano baru saja datang dengan membawa skrat bir. El Jamal mengeluh kepada Marselano karena ia kini mulai kepayahan mengatur uangnya yang kian kemari kian bertambah banyak. Untuk mengatur keuangannya, ia membutuhkan seorang akuntan. Jose adalah orang yang direkomendasikan oleh Marselano. El Jamal memprotes bahwa Jose adalah seorang musisi, bukan akuntan. Marselano menjelaskan sebab selain berpendidikan tinggi, Jose adalah orang yang dapat mereka percaya. El Jamal setuju dan mengirim anak buahnya untuk menjemput Jose.
El Jamal & Marselano berserta 4 orang anak buahnya tengah membagi-bagikan sembako kepada warga ketika Jose datang dengan jemputan. Setelah selesai, El Jamal & Marselano mengajak Jose untuk jalan-jalan di kampungnya. El Jamal memperlihatkan kondisi kampungnya yang miskin dan terbelakang. Ia mengatakan bahwa mereka berdua berkeinginan besar untuk mengubah nasib mereka. Setelah bertanya apakah Jose bersedia untuk membantu El Jamal & Marselano dalam rencananya mengubah nasib mereka dan dengan senang hati Jose menjawab bersedia, dengan pendekatan seperti itulah El Jamal menanyakan kesudian Jose untuk menjadi akuntan mereka. Semula Jose menolak sebagaimana yang telah El Jamal duga. Tapi setelah dibujuk, akhirnya Jose bersedia.
Pada malam harinya, di rumah El Jamal, El Jamal & Marselano menceritakan kepada Jose bahwa ke depannya mereka akan memberikan pinjaman uang tanpa bunga sepeser pun, bagi mereka masyarakat miskin yang memiliki minat untuk membuka usaha, tapi terhalang kendala modal. Tentu saja dengan catatan; usahanya harus jelas. Jose melihat terdapat kekurangan pada rencana mereka. Ia mengatakan bahwa hanya segelintir orang di Kota Ramunda yang memiliki tujuan usaha yang jelas, melihat latar belakang pendidikannya. Lalu bagaimana bagi mereka yang ingin membuka usaha tapi tak memiliki tujuan usaha. Dan seorang yang memiliki tujuan usaha yang jelas pun bisa gagal dikemudian hari jika mereka tak dilandasi ilmu pengetahuan tentang kewirausahaan yang benar. Maka untuk semua masalah itu, Jose menyarankan agar mereka mengadakan sebuah acara serupa seminar (dengan gratis) tentang ilmu-ilmu kewirausahaan. Tanpa pikir panjang, keduanya setuju dengan saran Jose.
Tiga hari kemudian, dibukit yang menghadap langsung ke Kota Ramunda, El Jamal, Marselano, Jose & Umar akhirnya melakukan pertemuan dengan Bandar Narkoba I & II. Pada pertemuan itu, El Jamal mengajak untuk mereka membuka usaha bisnisnya kembali. Tapi dengan syarat hanya menjual narkoba jenis ganja. Untuk urusan Polisi atau keamanan, El Jamal yang akan mengurusnya. Para Bandar Narkoba itu pun akhirnya sepakat.
Menjelang acara seminar yang diadakan oleh mereka, semua orang pada sibuk. Jose sibuk mengundang narasumber. Marselano sibuk mengawal bisnis ganja mereka. Sementara El Jamal, ia sibuk menolong warga kampungnya yang tak mampu membawa salah satu keluarganya yang sakit. Setelah mereka sepakat untuk menyewa Aula, keesokan harinya Umar berserta anak-buahnya mencetak ratusan pamflet seminar dan membagikannya ke seluruh penjuru kota. Pamflet tersebut sampai ke tangan Maya & Alice ketika mereka tengah menyantap makan siang. Semula, pamflet tersebut diabaikannya, namun setelah membaca judul pamfletnya, Maya terilhami untuk memberi modal Satimin membuka usaha. Ketika beberapa anak buah El Jamal membagi-bagikan pamflet tersebut di pasar, salah satu pedagang pasar menduga bahwa El Jamal tengah berkampanye politik. Hal tersebut segera dibantah oleh anak buah El Jamal bahwa Yang Mulia Bos Besar El Jamal sama sekali sedang tidak berkampanye politik. Semua itu murni dilakukan hanya dan untuk rakyat.
Dan hari acara seminar itu pun akhirnya tiba. Ketika El Jamal yang baru saja turun dari mobilnya, orang-orang segera berebut menyalami tangan El Jamal. Ia seperti selebritis, dipuja dan dipuji. Di dalam Aula, di hadapan ratusan lebih para hadirin, El Jamal yang mewakili jajarannya memberikan pidato.
Sebulan setelah acara tersebut berlangsung, rumah El Jamal didatangi oleh ratusan orang yang hendak mengajukan pinjaman. Perpustakaan Marselano dijadikan untuk menampung mereka semua. Di malam harinya, setelah Jose selesai menghitung, terdapat sekitar 178 orang yang mengajukan pinjaman. Rata-rata pengajuan di atas 3 juta sementara uang mereka tidak cukup jika harus memenuhi semuanya. Marselano memberi saran agar membaginya menjadi beberapa babak. Misalnya untuk bulan ini 50 orang, tiga bulan selanjutnya atau setelah mereka memiliki cukup uang, barulah ke babak selanjutnya.
Minggu depannya, di hadapan ratusan warga Jose mengumumkan perihal kekurangan dana sehingga hanya nama-nama yang nanti akan disebutkan yang akan diberikan pinjaman. Warga sempat menyoraki Jose. Namun ketika El Jamal mengangkat pandangannya kepada mereka, semua mendadak diam. Jose mencoba untuk menenangkan mereka dengan menunggu tiga bulan selanjutnya. Ia juga mengatakan kepada nama-nama yang nanti disebutkan untuk segera mengembalikan uang pinjaman setelah usahanya berjalan, sehingga orang-orang yang tidak kebagian dapat segera membuka usahanya. Setelah pengumuman tersebut, selanjutnya Kirana, yang selama ini membantu Jose, mulai menyebutkan nama-nama yang akan diberikan pinjaman.
Beberapa minggu setelahnya, seseorang pemuda tengah memasang banner cucian motor & mobil. Di tempat lain, di depan rumah, seorang pemuda tengah mengecat kaca gerobaknya dengan tulisan, "Batagor Bandung". Di tempat yang lainnya lagi, seorang pemudi tengah mengatur letak banner yang dipasang oleh adik lelakinya di depan rumah. Ia membuka usaha kue. Sementara itu, Dian dengan beragam perhiasan yang dikenakannya, tengah mengantarkan bekal makan siang untuk Satimin di Toko Kelontong usaha baru miliknya.
Selama ini El Jamal, Marselano & Jose terlalu sibuk bekerja, sehingga mereka sampai lupa untuk berpesta. Ketiganya kemudian berangkat ke Klub Copacabana. Sehari sebelum mereka berangkat ke Klub Copacabana, Maya dipanggil ke ruangan Manager Klub dan ditawari untuk bernyanyi di atas panggung. Maka setibanya El Jamal, Marselano & Jose di Klub Copacabana, Maya tengah tampil di panggung. Dan penampilan pertamanya itu membuat Marselano yang menyaksikannya jatuh cinta pada Maya. Selepas Maya selesai tampil, Marselano segera menghampirinya. Ia mengajak Maya berkenalan dan menanyakan kegiatan Maya selanjutnya. Maya bilang bahwa ia harus bekerja di Lantai Atas. Jika ia ingin ditemani, ia akan menemaninya di Ruang Karouke. Tapi Marselano tak bisa bernyanyi, dan juga tak terlalu menyukai karouke. Keinginannya justru mengajak Maya keluar untuk jalan-jalan. Maka untuk itu, Marselano meminta kepada Maya untuk mempertemukannya dengan bos-nya, Mami Arti. Sebagai salah satu orang yang termahsyur dan disegani, juga memiliki kedekatan yang emosional dengan seseorang yang bernama besar seperti El Jamal, Marselano mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan izin membawa Maya jalan-jalan.
Marselano & Maya jalan-jalan menjelajahi Kota Ramunda. Mereka membeli jajanan ringan di pedagang kaki lima & bertamasya ke Taman Kota. Mereka makan malam di Restoran Jepang dan membicarakan tentang hal-hal kesenangan dan minat. Sampai tengah larut malam, Marselano mengantarkan Maya ke rumah sewanya dengan becak.
Keesokan harinya, ketika El Jamal, Marselano & Jose tengah ngobrol-ngobrol santai, Umar datang membawa kabar buruk bahwa salah satu pengedar yang menjual ganjanya di tangkap oleh polisi. Saat itu juga, El Jamal memberi perintah kepada Umar untuk menculik polisi yang menangkap pengedar tersebut. Umar, dengan senyum yang penuh dengan dendam dan semangat berapi-api, mengiyakan perintah El Jamal. Pada siang harinya, Lukas & Tommy tengah menginterogasi pengedar di mana ia menyembunyikan ganjanya. Setelah mendapatkan beberapa siksaan, pengedar tersebut mengatakan bahwa ganjanya disembunyikan di dalam kuburan.
Maya melihat bahwa tamunya itu adalah sasaran empuk untuk dibawanya masuk ke dalam jebakan betmennya. Selain kaya, ia juga beristri. Maka untuk itu ia mengabari Lukas. Di malam yang sama, Tommy tengah mampir membeli rokok di kios warung pinggir jalan. Tiba-tiba 2 orang pria bertopeng datang dan menyekapnya lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Begitu pun dengan Lukas. Ia baru saja turun dari mobilnya dan hendak masuk ke dalam rumah. Ketika Lukas menerima pesan dari Maya, tiba-tiba pundaknya di pukul oleh balok. Lukas pun jatuh pingsan. Mereka, pria bertopeng itu, menggotongnya masuk ke dalam mobil.
Tamu Maya akhirnya mengajak Maya ke hotel. Dengan sedikit kenekatan, Maya menerima tawaran tersebut. Sialnya, Maya kepergok ketika ia tengah memasukkan sabunya ke dalam celana si tamu. Tamunya itu menyadari bahwa ia tengah di jebak. Oleh karna itu, Maya disiksa dan diperkosa oleh tamunya. Hal tersebut semakin parah ketika dua polisi, Reza Pahlevi & Seno, datang untuk merazia kamarnya. Mereka datang dengan Surat Perintah Penggeledahan yang asli, tidak seperti Lukas & Tommy. Sekalipun tamunya bersikeras bahwa Maya dan kedua polisi tersebut berkongsi untuk menjebaknya, Reza & Seno yang tak tahu apa-apa dan melihat bahwa ada sepaket sabu, membawa Maya & tamunya ke kantor polisi.
El Jamal sempat marah kepada Umar karna ia tak menyuruhnya untuk menyiksa kedua polisi itu. Umar menjawab bahwa itu dilakukannya karena dendam masa lalu. El Jamal mengatakan kepada Lukas & Tommy bahwa penangkapan salah satu pengedarnya bukan soal aturan atau hukum, bukan soal legal atau ilegal, tapi soal bisnis. Ia juga bilang bahwa selama ini ia tak pernah mengusik bisnis milik Peso Berani. Tapi ketika siapa pun orangnya, entah itu Peso Berani atau bahkan seorang polisi sekalipun, yang berani mengusik bisnisnya, maka dengan itu El Jamal mendeklarasikan perang kepada mereka. Lukas sempat membela diri bahwa ia hanya seorang prajurit, sehingga apa yang dilakukannya adalah perintah dari atasannya, bukan keinginannya. Seraya pergi meninggalkan Lukas, El Jamal meminta kepada Umar untuk mengobati luka dan memberi mereka makan. Ia juga meminta Umar untuk memerintahkan seluruh anak buahnya untuk merampas dan memusnahkan narkoba milik para pengedar Peso Berani.
Di kantor polisi, Euis alias Alice datang menjenguk Maya. Maya menceritakan semuanya kepada Alice mengapa ia bisa berakhir di kantor polisi. Ia juga meminta kepada sahabatnya untuk jangan bilang-bilang kepada siapa pun perihal masalahnya tersebut. Maya meyakinkan Alice bahwa ia akan segera bebas. Entah bagaimana caranya.
Sementara anak buah El Jamal sibuk merampas dan membasmi narkoba, Marselano dengan cemas memandangi layar Nokia-nya yang tak kunjung mendapatkan balasan dari Maya. Ia pun pergi mendatangi ke kediaman Maya. Tentu saja Marselano tak menemukannya di sana. Ia pergi ke Klub Copacabana dan bertemu dengan Alice. Marselano tak percaya dengan Alice yang mengatakan bahwa Maya pulang kampung. Justru Marselano menganggap bahwa Alice berbohong. Setelah diminta untuk mengatakan yang sebenarnya, Alice akhirnya menceritakan semua mengapa Maya bisa berakhir di kantor polisi. Termasuk polisi yang bernama Lukas & Tommy. Mendengar nama kedua polisi tersebut, tentu saja Marselano mengenalnya. Saat itu juga ia pergi mendatangi Lukas.
Moses Netanahu hanya menundukkan kepala ketika Peso Berani marah-marah setelah mendengar kabar kalau seorang yang bernama El Jamal tengah mencoba merusak bisnisnya. Peso Berani kemudian menelepon Hendrik Van Pangalengan dan meminta untuk mengurusi bocah tengik yang telah berani mengganggu bisnisnya. Hendrik Van Pangalengan mengiyakan permintaan Peso Berani.
Marselano segera meninjunya dan meminta Lukas untuk segera membebaskan Maya. Lukas tentu saja tak tahu soal Maya yang kini ditahan di kantor polisi. Ia justru baru mengetahuinya dari Marselano. Tapi Marselano tak-mau-tahu, bagaimana pun caranya, ia meminta kepada Lukas untuk membebaskan Maya segera. Lukas ingin membebaskannya tapi ia tak bisa melakukan apa-apa jika terkurung di sana. Marselano pun pergi mendatangi El Jamal. Semula ia bilang kepada El Jamal bahwa percuma menculik Lukas & Tommy, jika ingin urusannya selesai, mereka harus menculik atau menyerang pucuknya, atau langsung menghabisi seorang yang bernama Peso Berani. El Jamal paham soal itu. Tapi semua butuh waktu, butuh irama. Baru selepas itu, Marselano mengatakan soal gadis yang bernama Maya. El Jamal sebenarnya tak peduli soal Maya. Ia berkata bahwa cinta berpotensi dapat merusak apa yang selama ini telah mereka bangun, tapi juga berpotensi sebaliknya. Orang-orang seperti El Jamal & Marselano adalah orang-orang yang ditakdirkan untuk sendiri tanpa cinta. El Jamal kemudian menenangkan Marselano, ia bilang bahwa cepat atau lambat Maya akan segera bebas.
Keesokan harinya, Reza Pahlevi yang memimpin 5 orang polisi di perintah oleh Imam Martino untuk menangkap El Jamal di rumahnya. Sebelumnya, Imam Martino sempat menyinggung soal Lukas & Tommy yang tiba-tiba menghilang. Keduanya menduga bahwa Lukas & Tommy kemungkinan diculik di malam setelah mereka menangkap pengedar narkoba. Reza Pahlevi juga sempat menceritakan kebokbrokan seorang Lukas perihal jebakan betmennya bersama Maya, juga soal pengedar yang di bunuhnya, Bob & Rik. Imam Martino baru mengetahui informasi perihal Bob & Rik. Tapi kalau soal Maya, ia sudah tahu lebih dulu. Ternyata, seorang tamu yang dijebak oleh Maya adalah keponakan langsung dari pada Hendrik Van Pangalengan. Karier Lukas terancam dimutasi atau dicopot.
Setibanya Reza Pahlevi dan 5 polisi lainnya di rumah El Jamal, El Jamal, Marselano & Jose tengah menyantap semangka pemberian warga. Polisi-polisi itu disambut baik oleh El Jamal. Sembari menjamu mereka dengan semangka & bir, El Jamal menanyakan perihal tuduhan apa sehingga mereka tega menangkap manusia-manusia yang tidak bersalah seperti dirinya. Tapi kemudian, tiba-tiba terdengar suara ledakan dari arah luar rumah. Kencang sekali. Polisi-polisi tersebut berlari dan melihat apa yang terjadi di luar. El Jamal tersenyum dan mengatakan kepada Marselano & Jose, bahwa ledakan di luar adalah bukti nyata dari the power of society. Maksudnya, ketika seseorang telah dicintai oleh rakyat, maka rakyat akan membela dan menjaganya. Sekalipun harus berhadapan dengan polisi & tentara. Dan para polisi-polisi itu mendapati sekitar 50"an warga dengan beragam senjata dan parang di tangan, berdiri dengan wajah yang dingin tak berdosa sambil menyaksikan kendaraannya terbakar. Reza Pahlevi berserta 5 polisi lainnya terpaksa pulang tanpa membawa hasil.
Imam Martino memarahi Reza Pahlavi yang tidak becus mengurusi sekumpulan bocah kemari sore. Ia kemudian membandingkannya dengan Lukas Suhendra yang selalu beres jika diberi pekerjaan. Pada malamnya, El Jamal, Marselano & Jose mendatangi Lukas. El Jamal mengembalikan Nokia Lukas untuk menelepon Imam Martino. Di wakili Lukas, El Jamal menyampaikan beberapa hal; pertama, Lukas & Tommy sedang diculik oleh El Jamal. Jika ingin keduanya bebas dan Imam Martino hidup dengan damai, polisi harus berhenti mengganggu bisnis dan kehidupan El Jamal berserta jajarannya. Dan yang terakhir, Imam Martino di minta untuk membebaskan gadis bernama Maya secepatnya.
Celakanya, Imam Martino membuat keputusan yang keliru. Ia berkata kepada Lukas yang tentu saja didengar oleh El Jamal dan kawan-kawan, bahwa karier Lukas & Tommy telah berakhir di kepolisian, sehingga polisi sudah tidak peduli lagi dengan nasib mereka berdua. Ia juga berkata bahwa dirinya sama sekali tidak takut dengan segala ancaman yang akan dilakukan oleh sekumpulan bocah tengik macam El Jamal. Lukas kemudian mengatakan bahwa tidak apa-apa jika polisi sudah tidak peduli lagi dengannya, tapi satu permintaannya, bebaskanlah Maya. Untuk pengecualian, Imam Martino menyanggupi permintaan Lukas. Dan sesaat setelah Imam Martino meletakan Nokia-nya dan hendak pergi tertidur, El Jamal menelepon Umar yang sudah menunggu di depan rumah Imam Martino, untuk melemparkan bom molotov ke rumahnya. Api pun dengan cepat melahap rumah Imam Martino. Ketika Imam Martino dan keluarganya telah berada di luar rumah dan menyaksikan rumahnya terbakar, El Jamal menelepon. El Jamal mengatakan bahwa ia tidak hanya bisa melenyapkan rumahnya, tapi juga nyawa dirinya. Ia menambahkan untuk menyampaikan pesan ini kepada Hendrik Van Pangalengan.
Di malam itu juga, El Jamal akhirnya membebaskan kedua eks-polisi tersebut. Lukas & Tommy yang merasa sakit hati dan terbuang menawarkan diri untuk bekerja padanya. El Jamal, dengan segala pertimbangannya, akhirnya menerima mereka berdua. Malam itu mereka disumpah untuk tidak berkhianat dan setia kepada El Jamal. Keduanya di tempatkan untuk membantu & mengawal bisnis narkobanya.
Maya akhirnya bebas. Ia mulai bekerja kembali dan menyanyi. Namun lagu-lagu yang dinyanyikannya begitu sedih dan pilu. Apalagi setelah ia menyanyikan lagu, "Mamah aku ingin pulang - Nike Ardila", membuat siapa pun yang mendengarnya ikut merasakan kesedihannya.
Pada malam buta, seorang pria misterius melemparkan bom molotov ke rumah El Jamal. Masih orang yang sama, ia juga melemparkan bom molotov ke arah perpustakaannya Marselano. El Jamal yang mendengar suara tersebut terjaga dari tidurnya. Ia berlari keluar kamar dan melihat bagian depan rumahnya yang mulai terbakar. Kemudian ia masuk ke kamar Marselano dan membangunkannya. Setelah berada di luar rumah, El Jamal berteriak meminta tolong kepada warga. Warga mulai keluar rumah dan bergotong-royong memadamkan rumah El Jamal. Sementara Marselano, ia bersimpuh seraya menangis menyaksikan perpustakaan dan buku-bukunya dilahap kobar api.
---
Di rumahnya sambil minum wiski, Peso Berani bercerita perihal sejarah Kota Ramunda kepada Moses Netanahu. Selain itu, ia juga bercerita tentang kakeknya yang menjadi salah satu Tim Sukses ketika pemilihan Wali Kota & Wakil Walikota pertama ketika Kota Rumanda baru saja dibentuk menjadi sebuah kota. Ia juga bercerita tentang ayahnya, seorang yang dahulu petani kemudian berubah menjadi seorang bandit yang melegenda. Di akhir ceritanya yang panjang lebar itu, Peso Berani memerintahkan kepada Moses Netanahu untuk meneror El Jamal. Malam itu, Moses Netanahu membakar rumah El Jamal & perpustakaan Marselano.
Tidak hanya El Jamal, Marselano yang murka bersumpah akan membunuh siapa pun pelaku yang membakar perpustakaannya. Mereka menemui Lukas untuk menelepon Imam Martino. Imam Martino bersumpah atas nama Tuhan bahwa pembakaran rumah El Jamal bukan atas perintahnya. Ia juga bisa memastikan bahwa polisi sama sekali tidak ikut campur atas peristiwa tersebut. Jika bukan polisi, El Jamal menduga bahwa Peso Berani pelakunya. Umar, yang sebelumnya pernah dimintai untuk mencari tahu tentang siapa Peso Berani menjawab; bahwa Peso Berani bergerak di bawah bayang-bayang. Begitu tertata, rapih, dan bersih. Bahwa selama ini yang berkeliaran adalah namanya, bukan orangnya. Sehingga ia kesulitan untuk mencari tahu bagaimana bentuk, di mana rumahnya, dan latar belakang Peso Berani. Pada saat itulah, Lukas & Tommy menawarkan diri untuk mengambil alih tugas Umar untuk melacak keberadaan Peso Berani. Umar cemberut.
Setelah mengikuti alur yang rumit bagaimana Peso Berani mengatur bisnisnya, Lukas & Tommy akhirnya menemukan sebuah rumah yang di duga rumah Peso Berani. El Jamal menanyakan mengapa rumah tersebut masih dugaan. Lukas menjawab bahwa ia tidak tahu bagaimana bentuk wajah seorang Peso Berani. Oleh sebab itu, ia menyarankan agar El Jamal untuk menelepon Imam Martino. Keesokannya, Lukas & Tommy menemui Imam Martino untuk mengambil sketsa wajah Peso Berani. Imam Martino sempat meminta maaf kepada Lukas & Tommy dan mengajaknya untuk kembali di kepolisian. Lukas menolak.
Setelah menunggu semalam di depan sebuah rumah yang di duga rumah Peso Berani, pada pagi hari, Lukas & Tommy mendapati Peso Berani tengah mengambil koran di depan rumahnya. Ia menyocokkan wajah Peso Berani dengan sketsa wajahnya. Dan cocok.
Sambil menangis, Maya berkata kepada Alice bahwa ia ingin pulang. Ia rindu ayah dan ibunya di kampung. Ia ingin berhenti dari perkerjaannya dan mulai kehidupan yang baru di kampungnya. Selama ini, Maya selalu teringat kejadian di malam celaka itu, di mana ia disiksa & diperkosa. Ia juga ingin mengajak Alice untuk ikut bersamanya pulang. Alice mendekap Maya dan mencoba menenangkannya.
---
Pada malam hari ketika Peso Berani tengah asyik menonton film, ia mendengar suara yang terjatuh di belakang rumahnya. Tapi ia mengabaikan suara itu dan melanjutkan menonton film. Sementara di rumah Moses Netanahu, ia tengah sibuk memasak steik ketika Marselano, Lukas, Tommy & Umar baru saja tiba di depan rumahnya.
Di dalam mobil El Jamal, Jose menunggu cemas El Jamal yang menyelinap masuk ke dalam rumah Peso Berani. Di dalam rumah, El Jamal muncul di antara gelap dengan pistol yang tertodong tepat di belakang kepala Peso Berani. Tangan kanan Peso Berani merogoh senjatanya dibalik bantal sofanya. Namun gagal setelah El Jamal menyuruhnya untuk mengangkat tangannya. El Jamal tidak akan segan-segan untuk menarik pelatuknya jika Peso Berani bertindak bodoh. Di meja makannya, Moses Netanahu mengangkat kedua tangannya ketika Marselano, Lukas, Tommy & Umar, yang masing-masing memegang senjata, menodongkannya ke arah Moses. Tanpa banyak bicara, Lukas segera memerintahkan Tommy untuk memborgol Moses Netanahu.
Dengan moncong pistol yang terus mengarah ke Peso Berani, El Jamal duduk di sofa seberang kirinya. Peso Berani menawarkan El Jamal segelas wiski. El Jamal mengangguk. Tapi ia harus mengambil gelasnya ke dapur. Sambil terus di awasi oleh El Jamal, Peso Berani mengambil gelas di dapur. Sementara Lukas, Tommy & Umar memasukkan Moses Netanahu ke dalam bagasi mobil, Marselano menelepon Jose menanyakan kabar El Jamal. Jose bilang bahwa ia telah menunggu 30 menit setelah El Jamal masuk ke dalam rumah Peso Berani.
Ketika El Jamal tengah menenggak wiskinya, Peso Berani kembali merogoh senjatanya. Ia berhasil mengambilnya dan segera menembakkan pistolnya itu kepada El Jamal. Dorr! Jose yang mendengar suara tembakan dari dalam segera menelepon Marselano dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Setelah melepaskan satu peluru di dada kiri El Jamal, Peso Berani hanya terheran-heran memandang El Jamal yang tidak kenapa-kenapa. Di seberangnya, El Jamal tersenyum. Ia bilang kepada Peso Berani bahwa ia tidak akan mungkin berada di pucuk seperti ini jika tak memiliki kesaktian di tubuhnya. El Jamal pun bangkit dan meninju Peso Berani dengan senjatanya.
Marselano bertanya kepada Peso Berani & Moses Netanahu yang dalam keadaan terikat dan wajah yang babak belur, perihal siapa di antara mereka yang membakar perpustakaannya. Keduanya tidak ada yang menjawab. Umar segera menyetrum Peso Berani & Moses Netanahu sampai Moses Netanahu mengakuinya. Sesaat setelah Moses mengakuinya, Marselano segera menembak mati Moses Netanahu. Ia kemudian menuding dengan senjatanya ke arah Peso Berani yang telah memerintahkan Moses Netanahu untuk membakar rumah El Jamal & perpustakaannya. Peso Berani sempat membela diri bahwa ia hanya memerintahkan untuk meneror. Kalau pun membakar perpustakaan & rumah El Jamal adalah keputusan Moses Netanahu sendiri. Kemudian, melihat Marselano yang berang, El Jamal mencoba menenangkannya dan mengambil senjatanya itu.
Sambil duduk santai di hadapan Peso Berani, El Jamal berkata kepada Peso Berani bahwa akhir kehidupan seorang Bandar Narkoba hanya ada dua; yaitu membusuk dipenjara atau mati mengenaskan antara oleh polisi atau musuh-musuhnya. Sementara El Jamal berpidato untuk kematian Peso Berani, Jose memandang Peso Berani sebagai seorang musuh yang harus dimusnahkan, dengan berlapis dendam di dalamnya. Di dalam pikirannya sekilas muncul kisah-kisah masa kecilnya dulu yang mengerikan. Di mana Jose kecil mendapatkan perlakuan keras oleh ayahnya. Ia sering dicambuk & ditampar. Di sekolah, Jose sering mendapatkan perundungan oleh teman-temanya. Lalu kemudian ia teringat pada kejadian di hari di mana istri & putrinya itu mati. Dan semua tiba-tiba hilang kala Jose mengambil pistol dari tangan El Jamal dan menembaki Peso Berani sampai pelurunya habis. Sejenak, El Jamal, Marselano, Lukas, Tommy & Umar terpaku memandang Jose yang tiba-tiba mendadak bengis seperti kesetanan. Dengan perlahan, El Jamal mengambil revolver di tangan Jose dan menenangkannya.
Euis & Maemunah berpamitan dengan Mami Arti dan teman-temannya yang lain. Keduanya akan kembali ke kampungnya dan memulai kehidupan baru. Di dek kapal, sambil memandang Pulau Sumatera yang menjauh, Maemunah tersenyum. Di sampingnya, Euis mendekap Maemunah. Keduanya kemudian berpaling memandang ke arah Pulau Jawa. Setibanya di rumah, Maemunah langsung memeluk Satimin. Ia juga langsung bersujud pada Dian dan memohon ampun.
---
Dan film di akhiri tanpa dialog, hanya murni sinema. Sebuah epilog tentang kisah seorang Cobra. Berlatar belakang tahun 1972, cerita bermula ketika sebuah mobil tengah menyebarkan pamflet-pamflet program investasi ke seluruh Kota Ramunda. Pamflet tersebut sampai ke tangan Cobra yang kala itu tengah mendorong sepedanya di antara persawahan. Sebagaimana dengan kebanyakan masyarakat di Kota Ramunda, Cobra berprofesi sebagai petani padi.
Program investasi tersebut hanya kedok dari sebuah penipuan yang menggunakan sistem Skema Ponzi. Setelah melewati serangkaian proses dimana Si Penipu meyakinkan para calon investor dengan menunjukkan legalitas perusahaan, ditambah dengan retorika belaka mengenai mekanisme investasi juga keuntungan yang dijanjikan kepada para calon investor, pertama-tama, untuk membangun kepercayaan, di setiap bulannya si Penipu itu akan memberikan keuntungan 10% dari modal awal investor, dan 100% setelah satu tahun berlangsung. Seiring berjalannya waktu dan perusahaan tersebut terbukti dapat dipercaya, masyarakat Kota Ramunda berbondong-bondong mendatangi kantor perusahaan tersebut untuk menginvestasikan uangnya. Cobra yang tergiur melihat hal tersebut, menjual tanahnya untuk kemudian diinvestasikan. Setelah hampir seluruh masyarakat Kota Ramunda menginvestasikan uangnya, perusahaan bodong itu mulai macet menyetorkan uang nasabah. Tak lama kemudian, terciumlah kedok perusahaan bodong tersebut sebelum akhirnya terbongkar.
Si Penipu berhasil melarikan dengan membawa uang nasabah ketika masyarakat Kota Ramunda, termasuk Cobra, mendatangi kantor perusahaan bodong itu untuk menuntut uangnya di kembalikan. Namun mereka tidak akan pernah mendapatkan uangnya kembali. Masyarakat Kota Ramunda mengamuk. Mereka menjarah, menghancurkan, juga membakar properti-properti perusahaan bodong tersebut. Selain terjadinya chaos di hari itu, dimana seorang ibu-ibu keluar dari dalam rumahnya dan berlarian di jalan raya dengan keadaan telanjang bulat sambil menjerit histeris, ada juga sebagian warga yang mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Cobra yang baru saja kena tipu hanya dapat menangis dengan segala penyesalannya.
Setelah kekacauan di Kota Ramunda berlalu, perekonomian Kota Ramunda turun drastis. Hampir semua orang jatuh miskin. Maka untuk bertahan hidup, Cobra berserta teman-temannya yang lain, mereka menjarah dan merampok siapa pun pengendara yang lewat di Jalur Lintas Sumatera. Tidak hanya Cobra dan kawan-kawannya, hampir semua orang di kota Ramunda menjadi bandit. Cobra tidak hanya merampok, ia berserta teman-temannya mulai menaklukan pasar-pasar dan terminal. Ia juga mulai membuka bisnis narkobanya, rumah judi, dan tempat-tempat hiburan.
Lima tahun berselang, seorang Cobra kini telah menjadi seorang bandit yang disegani juga ditakuti. Seorang yang paling berpengaruh di Kota Ramunda. Semua orang akan menundukkan kepala jika berpapasan dengannya. Cobra tak segan-segan memenggal kepala seseorang atau menyiksa mereka bagi siapa pun yang berani bikin perkara dengannya. Tapi sekali pun Cobra dikenal dengan kebengisannya, ia seorang yang dermawan. Ia sering membagi-bagikan uangnya kepada masyarakat miskin, membantu mereka yang sedang dalam kesulitan dan menyumbangkan sebagian uangnya ke yayasan-yayasan yatim piatu. Ia dicintai sekaligus dibenci.
Pada masa-masa kejayaannya, Kota Ramunda serupa Texas. Orang-orang tanpa segan membunuh, para bandit merajalela, dan narkoba dijual dengan begitu bebas. Polisi-polisi tak bisa berbuat apa-apa ketika Cobra berkuasa. Namun, Cobra kemudian melihat bahwa hal tersebut tak bisa terus-terusan dibiarkan. Ia pun bikin peraturan untuk melarang para bandit melakukan aksinya di Kota Ramunda. Semua orang pada akhirnya harus tertib sesuai dengan hukum, perintah & komandonya sendiri. Para bandit pun pergi keluar kota, khususnya Jakarta, untuk melakukan aksinya. Mereka akan kembali dengan membawa hasil rampokannya dan menghabiskan uangnya dengan berfoya-foya. Setelah uang mereka habis, mereka kembali pergi keluar kota dan merampok. Dan begitu seterusnya.
Di luar kota, para bandit tersebut tak hanya merampok atau menjarah. Tapi juga memperkosa dan membantai. Contoh kasus, seorang gadis 15 tahun diperkosa secara bergilir oleh 10 orang perampok di depan keluarganya. Contoh yang lain, satu keluarga berserta pembantu-pembantunya di bantai oleh sekawanan perampok. Mereka begitu bengis dan kejam. Dan seandainya pun jika mereka kena tangkap polisi, oleh Cobra mereka akan dibebaskan.
Mendengar kebengisan yang dilakukan oleh para bandit, Sang Jenderal, presiden yang telah berkuasa lebih dari tiga dekade itu, membuat pertemuan dengan para Menteri, Panglima TNI dan Kapolri untuk membahas pencegahan hal tersebut kembali terulang. Pada pertemuan itu, Panglima TNI menawarkan diri kepada Presiden dengan berbisik ditelinganya agar masalah tersebut biar ia yang mengurus. Presiden mengiyakannya.
Panglima TNI itu kemudian membentuk pasukan khusus yang kemudian dikenal dengan nama Petrus (Penembak Misterius). Ketika Petrus-petrus tersebut memasuki Kota Ramunda, banyak mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan, di depan toko-toko, di sudut-sudut kota atau mengambang di tepi kali. Kota Ramunda, yang semula selalu hidup dengan dunia malamnya, mendadak menjadi kota mati. Banyak dari para bandit tewas mengenaskan dengan peluru bersarang ditubuhnya.
Cobra semula ingin melawan balik namun Petrus-petrus tersebut bukan seorang aparat biasa. Mereka terlatih dan mendapatkan pelatihan khusus untuk menjadi mesin pembunuh. Petrus-petrus itu bergerak di bawah langit malam dengan gerak-gerik yang begitu misterius. Melawan mereka sama saja melawan sepasukan setan. Menyadari bahwa Cobra tak bisa melakukan apa-apa, ia dan sebagian para bandit yang masih selamat melarikan diri ke suatu kabupaten di pedalaman Sumatera. Namun belum sempat melarikan diri, Petrus-petrus itu telah menembaknya mati di Kebun Tebu. Cerita yang beredar menganggap bahwa Cobra masih hidup. Sebagian ada yang menganggap bahwa ia telah tewas di telan peluru panas. Pada intinya, keberadaan Cobra begitu misterius. Ia menghilang begitu saja seperti di telan bumi.
TAMAT.
Sinopsis
Disukai
0
Dibaca
1.3k
Tentang Penulis
Alwien Rizkialatul Amazid
-
Bergabung sejak 2020-12-14
Telah diikuti oleh 0 pengguna
Sudah memublikasikan 2 karya
Menulis lebih dari kata
Rekomendasi dari Thriller
Rekomendasi